Minggu, 30 November 2014

Iwan Fals: Gunung Padang Identitas Bangsa Kita

Iwan Fals: Gunung Padang Identitas Bangsa Kita
Minggu, 30 November 2014 , 00:55:00 WIB
Laporan: Ade Mulyana

IWAN FALS/NET
  
RMOL. Situs Megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, mendapat tempat spesial di hati musisi kawakan Indonesia, Iwan Fals.

Di hadapan ribuan penggemar yang memadati panggung di lapangan Yonif/Raider 300, malam ini (Sabtu, 29/11), Iwan Fals mengatakan, Gunung Padang adalah identitas bangsa Indonesia.

"Lestarikan Gunung Padang," ujar Iwan Fals.

Dia mengatakan dirinya tertarik menciptakan lagu tentang Cianjur dan Gunung Padang yang disebutkan sebagai warisan tertua dunia.

"(Gunung Padang) tempat saya menggali sukma," sambungnya.

Iwan Fals juga mengatakan dirinya mendukung penelitian Gunung Padang yang sejak 2011 dilakukan Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM).

"Kita belajar sejarah dan peradaban agar kita tahu diri, Gunung Padang adalah identitas bangsa kita. Orang Cianjur harus menjaga kelestarian Gunung Padang, kelastarian beras pandan wangi, dan hayam pelungnya," kata Iwan Fals lagi.

Kutipan dari isi orasi Iwan Fals itu disebarkan inisiator TTRM Andi Arief.

Artefak terakhir dari Gunung Padang yang hingga kini masih menjadi misteri adalah batu berputar ataurolling stones yang ditemukan di kedalaman 12 meter.

Untuk sementara penelitian Gunung Padang dihentikan. Sementara sebelum mengakhiri masa pemerintahannya, Presiden SBY sempat mengeluarkan Peraturan Presiden 148/2014 tentang Pengembangan, Perlindungan, Penelitian, Pemanfaatan dan Pengelolaan Situs Gunung Padang. [dem]


Sumber:
http://www.rmol.co/read/2014/11/30/181654/Iwan-Fals:-Gunung-Padang-Identitas-Bangsa-Kita-

Sabtu, 29 November 2014

TATAR SUNDA, DANGKALAN SUNDA DAN KERAJAAN SUNDA

TATAR SUNDA, DANGKALAN SUNDA DAN KERAJAAN SUNDA

55902228indonesia0061.jpg
Nama wilayah (tanah, tatar) yang menurut sumber setempat meliputi bagian Barat Pulau Jawa yang mula-mula (sampai akhir abad ke 16) batasnya sebelah Timur adalah Sungai Cimapali (Kali Pemali sekarang), tetapi kemudian batas itu pindah ke sebelah Barat ke sungai Cilosari. Menurut Tome’ Pires, orang Portugis, pada tahun 1513, batas sebelah Timur itu ialah Sungai Cimanuk. Tetapi mungkin berdasakan tafsiran atau informasi tentang perbedaan agama yang dianut, yaitu antara agama Hindu (Sunda) dan Agama Islam (Jawa). Bagian terbesar (2/3) Tanah Sunda berupa dataran tinggi dan pegunungan, hanya bagian Utara yang berupa dataran rendah. Pegunungan itu memanjang dari Barat ke Timur.

Tanahnya subur, karena bagian atasnya dilapisi tanah hasil semburan lava gunung berapi. Banyak pula dijumpai sungai yang berkelok-kelok mengalir dari daerah pedalaman (pegunungan) menuju laut, baik di Utara (Laut Jawa), Barat (Selat Sunda) maupun di Selatan (Lautan Hindia). Dalam Geologi (Ilmu Bumi) dikenal nama Dataran Sunda, yaitu dataran pada masa lampau (masa glasial) yang terbentang dari Barat ke Timur antara Lembah Brahmanadapura di Myanmar sekarang hingga Maluku.
Begitu pula dikenal istilah Sunda Besar yang meliputi pulau-pulau: Sumatera, Kalimantan,
naga.jpg
 Pulau Jawa, dan Pulau Madura. Serta Sunda Kecil yang terdiri dari pulau-pulau: Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor (sekarang wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Timur). Batas sebelah Barat Tatar Sunda berupa laut yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera, yang disebut Selat Sunda. Letak Selat ini sangat strategis sehingga memiliki peranan penting dalam perjalanan sejarah kawasan ini, salah satu jalan yang dilalui route perdagangan laut yang menghubungkan kawasan Nusantara dan Asia Tenggara dengan kawasan Asia Timur, Asia Selatan, dan Asia Barat serta kemudian Eropa sejak awal masa sejarah (abad-abad pertama masehi).

p39974.jpg
Di selat ini terdapat pulau berupa gunung berapi yang dinamai Rakata atau Krakatau yang terkenal karena sering meletus, terutama letusan yang sangat dahsyat pada Tahun 1883. Di Tanah Sunda terdapat banyak gunung berapi dan salahsatu dari gunung berapi itu ialah Gunung Sunda. Gunung ini terletak di tengah-tengah wilayah ini, yaitu di sebelah Barat Gunung Tangkuban Parahu atau di sebelah Barat Daya kota Bandung.

Secara geologis gunung ini meletus dengan dahsyat sekali pada masa lampau sehingga lava dan tanah terlempar ke sebelah Selatan dan menutup sungai Citarum yang mengakibatkan terbentuknya Danau Bandung. Penduduk di Wilayah Tatar Sunda disebut urang (orang) Sunda. Mereka bersikap baik terhadap kaum pendatang (somea’ah hade’ ka se’mah). Secara fisik sulit dibedakan antara Orang Sunda dan Orang Jawa yang sama-sama mendiami Pulau Jawa. Perbedaan yang nampak sebagai penduduk Pulau Jawa, akan tampak jelas ditinjau dari segi kebudayaannya, termasuk bahasanya.
Penamaan Sunda bagi tanah, wilayah dan penduduknya diketahui telah digunakan pada abad ke 18, sebagaimana dibuktikan oleh prasasti Parahajian Sunda yang ditemukan di Bogor. Segala sesuatu yang bertalian dengan Kebudayaan Sunda yang merujuk kepada kebudayaan masa pra Islam (sebelum abad ke -17) disebut Sunda Buhun (Sunda Kuna); tetapi yang intensif digunakan adalah menyangkut bahasa, sastera, dan aksara (Bahasa Sunda Kuna dan Aksara Sunda Kuna).
Sunda juga digunakan pula sebagai nama kerajaan yang diketahui telah ada sejak abad ke-8 hingga runtuhnya pada akhir abad ke -16 (1579). Pada masa jayanya luas wilayah Kerajaan Sunda meliputi seluruh Tatar Sunda. Ibukota kerajaan ini mengalami beberapa kali pindah, antara lain di Galuh (Ciamis) dan Pakuan Pajajaran (Bogor). Berpindah-pindahnya ibukota kerajaan ini dimungkinkan oleh karena masyarakatnya merupakan masyarakat ladang (huma), yaitu bertani dengan menggarap lahan kering yang memang selalu berpindah-pindah lahan garapannya. Sistem pertanian ladang tradisional masih dilakukan hingga sekarang oleh masyarakat Kanekes atau Baduy di Banten Selatan.
DANGKALAN SUNDA
Istilah dalam geologi Indonesia untuk menamai dataran atau paparan Indonesia barat; meliputi Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, dan pulau-pulau serta dasar laut transgresi (laut Jawa, Laut Natuna, di bagian selatan Laut Cina Selatan dan Selat Malaka); sebelum Zaman Pleistosen menjadi satu kesatuan dengan benua Asia.
Batas daerah dangkalan Sunda di sebelah timur yaitu “Garis Wallace” garis yang melintang mulai dari perairan Timur Pulau Mindanau (Filipina) terus ke laut Sulawesi, Selat Makasar, Selat Lombok dan berakhir di Samudera Indonesia. Laut-laut transgresi di wilayah Dangkalan Sunda berkedalaman rata-rata 200 m.
KERAJAAN SUNDA
Kerajaan Sunda di Jawa Barat merupakan salah satu kerajaan yang pernah berperan di Indonesia. Menurut berbagai sumber, kerajaan itu didirikan tahun 669 oleh Maharaja Tarusbaya, dan runtuh pada tahun 1579 oleh serbuan pasukan gabungan Banten dan Cirebon.
Nama Sunda pertama kali muncul dalam prasasti Rakryan Jurupangambat (736); lalu prasasti Sanghiang Tapak (1030) yang dikeluarkan oleh Sri Maharaja Jayabhupati. Dari masa yang kira-kira sejaman, nama Sunda tercantum dalam prasasti Horen dari Jawa Timur.
Nama Sunda lebih banyak ditemukan dalam sumber naskah dan tradisi lisan. Hingga saat ini, naskah tertua yang menyebutkan nama Sunda adalah Sanghyang Siksa kandang Karesyan (1518), kemudian Carita Parahyiangan (1580). Naskah Sajarah Banten pada abad ke-18 menjadi penting karena dapat digunakan sebagai pangkal untuk melacak masa berakhirnya kekuasaan Kerajaan sunda.
Selain sumber Indonesia, sejumlah sumber lain dapat dijadikan saksi mengenai kehadiran Negara Sunda. Tome’ Pires, misalnya, menyebutkan bahwa pada awal abad ke 16 ada negara yang disebutnya regno de cumda; Antonio Pigafetta menyebutkan bahwa ada Negara Sunda yang bernama Sunda yang banyak menghasilkan lada; bahwa penyair Luis de Camoes juga menyebutkan negara itu dalam sajaknya yang terkenal Os Lusiada.
Menurut carita Parahyiangan, Rahyang Sanjaya oleh kakeknya disuruh pergi menghadap Tohaan di Sunda (yang Dipertuan di Sunda), dan bahkan kemudian ia menjadi menantu Maharaja Tarusbawa, pendiri Negara Sunda dan perencana pembangunan Ibukota Pakuan Pajajaran.
Setelah Tarusbawa meninggal, Sanjaya menggantikannya sebagai Raja Sunda. Kedudukan yang kemudian diserahkan kepada Rahyang Tamperan, anak dari puteri (cucu) Tarusbawa, karena Sanjaya sendiri menjadi Raja Galuh dan kemudian di Mataram. Kerajaan Sunda terdiri dari negara kembar: Galuh di Timur dan Sunda atau Pajajaran di Barat. Raja yang memerintah kadang-kadang menguasai kedua wilayah itu, atau hanya menguasai satu wilayah saja.
Dalam keadaan demikian, kedua negara mempunyai kedudukan yang sederajat. Hal itu dimungkinkan karena seringnya terjadi kawin-mawin di antara turunan Raja Sunda dan Raja Galuh sehingga pewarisan takhta sangat tergantung kepada pihak mana yang mempunyai anak lelaki. Menurut naskah Pangeran Wangsakerta, tercatat 40 raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sunda. Mulai dari (1) Maharaja Tarusbawa (669-723) hingga (40) Ratu Ranggamulya (1567-1579). Pada masa pemerintahan Prebu Ajiguna Linggawisesa, sudah mulai terdapat orang yang beragama Islam di Daerah Sunda; yaitu Haji Purwa yang diduga masih kerabat Istana Galuh. Pada masa pemerintahan Prebu Maharaja, terjadi peristiwa Bubat (1357) akibat muslihat Mahapatih Gajahmada.

Sumber: Ensiklopedi Sunda
Penerbit: Pustaka Jaya


Sumber:
https://wawanhr.wordpress.com/2008/03/27/tatar-sunda-dangkalan-sunda-dan-kerajaan-sunda/

ASAL MULA KALA SUNDA DAN ISTILAH SUNDA - ASAL PAWUKON/ KALA SUNDA


ASAL MULA KALA SUNDA DAN ISTILAH SUNDA
ASAL PAWUKON/ KALA SUNDA

Cerita penemuan kembali Kala Sunda bermula ketika Ir. C.J Snijders, astronom Belanda, menemukan Pawukon. Pawukon adalah sistem kalender yang mempunyai waktu terukur, seperti wuku yakni penamaan per tujuh hari. Ada 30 nama wuku. Ada juga wara, model penanggalan “mingguan” dari seminggu hanya satu hari hingga seminggu ada yang sepuluh hari. Kala Sunda hanya menggunakan dua wara, yakni panca wara dan sapta wara. Dengan dua wara ini saja, Kala Sunda sudah berpenanggalan “stereo” seperti radite-pahing, sukra-kliwon. Seseorang yang lahir pada Senin wage, akan berbeda wataknya dengan orang yang lahir pada Senin-kliwon.
Pawukon adalah bukti adanya manusia tertua di Pulau Jawa. Dalam bukunya Beginselen der Astrologie, Snijders menyebutkan Pulau Jawa dan Kepulauan Indonesia lainnya sudah ada sejak jaman Lemuria atau Pleistoceen, kira-kira sejuta tahun yang lalu. Umurnya pun lebih tua dari daratan Asia sendiri. Di buku itu juga disebutkan perbandingan umur kalender bangsa-bangsa dunia. Snijders menaksir kalender Quichuas, penduduk asli Meksiko, berumur 15 ribu tahun. Usia kalender Cina 13 ribu tahun, Babilonia 6500 tahun, dan India, yang disebut Surya Sidhanta, berumur 2200 tahun. Adapun Sistem pawukon ini ditaksir berumur 17.183 tahun. Pawukon adalah bagian dari kalender Sunda. Dengan kata lain, KALENDER SUNDA ADALAH KALENDER TERTUA DI DUNIA.
Merujuk pada Ensiklopedi Winkler Prince, tingginya suatu peradaban, diukur dari tingkat akurasi penanggalan kalendernya. Secara logis pun, bangsa yang sudah mempunyai sistem kalender – terlebih yang rumit – pasti sudah menguasai aksara, bahasa, ilmu hitung, dan ilmu baca. Dalam konteks Kala Sunda, aksara yang digunakan atau dikuasai adalah Caraka atau Kagangan. Sebelum urang Sunda membuat tulisan, pasti sudah mengenal bahasa dan tata bahasa yang baku.
Bahkan, Dalam Penataran Dialetologi Tahap I, Juni-Agustus 1976, Proto Austronesia Etyma cunstituting An Asutronesian Cognate Finder List Dr. Bernd Nothafer, menggambarkan bahwa PROTO-SUNDIC MERUPAKAN INDUK BAHASA LAIN, SEPERTI MELAYU, MADURA, BALI.
Keberadaan Pawukon/ Kala Sunda dan budaya Sunda pada era lebih dari 10.000 tahun yang lalu diperkuat dengan ditemukannya bukti arkeologis berupa:
1. Situs Gunung Padang, Kabupaten Cianjur, dimana berdasakan pengujian Laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, Amerika Serikat merilis usia bangunan bawah permukaan dari Situs Gunung Padang, sebagai berikut: a). Pada lapisan tanah urug di kedalaman 4 meter (diduga man made stuctures /struktur yang dibuat oleh manusia) dengan ruang yang diisi pasir (di kedalaman 8-10 meter) di bawah Teras 5 pada Bor-2, adalah sekitar 7.600-7.800 SM. Usia bangunan ini jauh lebih tua dibandingkan dari Piramida Giza di Mesir yang berumur 2.560 SM.; b). Sedangkan umur dari lapisan dari kedalaman sekitar 5 meter sampai 12 meter, adalah sekitar 14.500–25.000 SM. Ini Artinya situs gunung padang ini telah ada sebelum peristiwa banjir besar (berakhirnya zaman es).
2. Penemuan kerangka manusia di sekitar Gua Pawon, Kabupaten Bandung serta jejak-jejak kehidupan/ kebudayaan manusia di puncak Pasir Pawon dan di lembah sekitar aliran Cibukur. Di puncak Pasir Pawon, di mana terdapat stone garden (mirip stone henge di Inggris) dapat dijumpai sebaran artefak berupa fragmen tembikar dan keramik. Selain itu juga terdapat beberapa batuan beku yang kemungkinan merupakan sisa unsur bangunan. Berdasarkan hasil analisis C-14 menunjukkan umur Manusia Pawon antara 5.660±170 SM sampai 9.520±200 SM.
ASAL ISTILAH SUNDA
Selama ini sebutan “Sunda” lebih dikenal hanya sebagai sebuah kerajaan atau suku (etnis) yang mendiami wilayah Jawa Barat, sesungguhnya itu tidak benar dan sama sekali salah. “Sunda” adalah nama atau sebutan sebuah wilayah yang sangat luas di Planet Bumi. Secara diagonal wilayah itu mencakup dari ujung Timor, sebagian India selatan hingga belahan timur Afrika dan kepulauan Madagaskar. Nama wilayah Sunda ini masih dapat ditemui dalam istilah geografi internasional, antara lain:
1. KEPULAUAN SUNDA BESAR DAN SUNDA KECIL
Bagi masyarakat yang mengenyam pendidikan pada medio 1960 an, istilah Sunda masih ditemukan didalam mata ajar Ilmu Bumi, suatu istilah yang menunjukan gugusan kepulauan yang disebut Sunda Besar (meliputi: Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulaweis), serta Sunda Kecil (meliputi: Pulau Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku).

2. PAPARAN SUNDA, TANAH SUNDA
a. PAPARAN SUNDA adalah landas kontinen perpanjangan lempeng benua Eurasia di Asia Tenggara. Massa daratan utama antara lain Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Madura, Bali, dan pulau-pulau kecil di sekitarya. Area ini meliputi kawasan seluas 1,85 juta km2. Kedalaman laut dangkal yang membenam paparan ini jarang sekali melebihi 50 meter, dan kebanyakan hanya sedalam kurang dari 20 meter. Tebing curam bawah laut memisahkan Paparan Sunda dari kepulauan Filipina, Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil.
b. TANAH SUNDA (SUNDALAND), Sundaland atau Tanah Sunda, sebuah istilah yang merujuk kepada bentang daratan lempeng benua dan landas kontinen di Asia Tenggara yang merupakan dataran di atas permukaan laut ketika permukaan laut jauh lebih rendah pada zaman es terakhir. Tanah Sunda termasuk Semenanjung Malaya, Kepulauan Sunda Besar termasuk Kalimantan, Sumatera, dan Jawa, serta laut dangkal di sekitarnya, yaitu Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata, Teluk Siam, dan bagian selatan Laut China Selatan.
3. SISTEM GUNUNG SUNDA
Adalah jajaran pegunungan yang melingkari paparan Sunda (CIRCUM-SUNDA MOUNTAIN SYSTEM) yang panjangnya se kitar 7000 km. Paparan Sunda terdiri dari dua bagian utama, yaitu (1) bagian utara yang meliputi Kepulauan Filipina dan pulau-pulau karang sepanjang Lautan Pasifik bagian ba rat dan (2) bagian selatan yang terbentang dari barat ke ti mur sejak Lembah Brahmaputera di Assam (India) hingga Maluku bagian selatan. Paparan Sunda itu bersambung dengan kawasan sistem Gunung Himalaya di barat dan dataran Sahul di timur (Bemmelen, 1949: 2-3).
4. LAUT SUNDA (SOENDA ZEE)
Isitilah Laut Sunda atau Soenda Zee masih dikenal pada zaman pemerintah kolonial Belanda hingga pada era sekitar tahun 1919. Soenda Zee adalah wilayah laut meliputi Laut Jawa, Selat Karimata, dan Laut Cina Selatan yang dikenal saat ini.
Istilah Sunda juga sebenarnya telah ada pada masa kerajaan Tarumanegara, yang ditunjukkan pada Prasasti batu yang ditemukan di kampung Pasir Muara (Cibungbulang) di tepi sawah kira-kira 1 kilometer dari prasasti telapak gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti ini merupakan peninggalan pemerintahan Suryawarman yang berisi inskripsi sebanyak 4 baris. Bacaannya (menurut Bosch):
”Ini sabdakalanda juru pangambai kawihaji panyca pasagi marsandeca barpulihkan haji sunda”. Artinya: Ini tanda ucapan Rakeyan Juru Pangambat dalam tahun Saka 458 bahwa pemerintahan daerah dipulihkan kepada raja Sunda”. Suryawarman di dalam sejarah tatar Pasundan tercatat sebagai raja Tarumanagara ketujuh. Diperkirakan memerintah pada tahun 457 sampai dengan tahun 483 Saka, bertepatan dengan tahun 536 sampai dengan tahun 561 masehi, sedangkan tahun 458 Saka bertepatan dengan 536 masehi atau abad ke enam masehi.
Dari prasasti ini jelas bahwa nama kerajaan Sunda yang didirikan raja Tarusbawa pada tahun 670 M bukan merupakan nama baru, namun mengambil dari istilah Sunda yang telah ada sejak zaman kerajaaan Tarumanegara, bahkan jauh lebih lama lagi. PERLU DICATAT, BAHWA KERAJAAN TARUMANAGARA PADA AWALNYA MELIPUTI SELURUH WILAYAH NUSANTARA, SEMENANJUNG MALAYA, THAILAND, KAMBOJA, bahkan mungkin lebih luas lagi. Pemecahan wilayah kerajaan Tarumanagara diawali ketika Maharaja Linggawarman (raja Tarumanagara terakhir) pada sekitar tahun 670 M memberikan wilayah Swarnadwipa (Sumatera), Kalimantan Barat, semenanjung Malaya, Thailand dan Kamboja (Tarumanagara Barat) kepada menantunya Dapunta Hyang Srijayanasa yang menikah dengan putrinya yang bernama Sobakancana, yang selanjutnya diberi nama kerajaan SRIWIJAYA. Dan sisanya, wilayah Tarumanagara Tengah dan Timur (pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku) diserahkan kepada menantunya yang lain, yaitu raja Tarusbawa yang menikah dengan putrinya yang bernama Manasih, yang selanjutnya diberi nama KERAJAAN SUNDA.
Adanya pemecahan wilayah ini mendorong KERAJAAN GALUH (kerajaan bawahan Tarumanagara) yang dipimpin Wretikandayun untuk ikut memisahkan diri dari kerajaan Sunda, untuk menjadi kerajaan mandiri, karena merasa bahwa raja Tarusbawa adalah sederajat (hanya menantu/ bukan turunan langsung dari raja Tarumanagara), dimana Kerajaan Galuh juga diawali dengan terbentuknya kerajaan KENDAN yang didirikan oleh Manikmaya (menantu Suryawarman) Tahun 526 M. Wretikandayun adalah cicit dari Manikmaya. Wilayah Kerajaan Galuh meliputi wilayah Jawa Barat bagian Timur (dibatasi oleh Sungai Citarum), Jawa Tengah bagian Selatan dan Jawa Timur. Oleh karena itulah daerah sekitar Sidoarjo disebut sebagai Hujung Galuh. Disamping kerajaan Galuh, wilayah lain yang memisahkan diri adalah KERAJAAN KALINGGA yang dipimpin Ratu Shima, wilayahnya mencakup wilayah Jawa Tengah bagian Utara.
Pemecahan wilayah kerajaan Tarumanagara di atas direstui oleh Maharaja Linggawarman, dengan syarat bahwa semua kerajaan yang memisahkan diri tetap harus menjalin kekeluargaan dan menghormati Maharaja Sunda Tarusbawa sebagai penerus dari kerajaan Tarumanagara. Hal lainnya adalah penobatan raja-raja tetap dilakukan di kabataraan (tahta suci) yang ada di kerajaan Sunda. Inilah sebabnya, kenapa Raja Panjalu (Kadiri) Prabu Kertajaya (1194-1222) juga disebut-sebut dalam Prasasti Galunggung. Paul Michel Munoz (2006) berpendapat bahwa sisa-sisa keluarga dan pengikut Prabu Kertajaya (Raja terakhir Dinasti Sanjaya di Jawa Timur) melarikan diri ke daerah Sukapura/Ciamis pada tahun 1222 untuk menghindari pembantaian Ken Angrok. Berdasarkan kitab Nagarakretagama, Prabu Kertajaya bersembunyi di Dewalaya (tempat Dewa) atau tempat suci. Tempat ini diperkirakan adalah Kabataraan Gunung Sawal (Ciamis). Di tempat persembunyiannya ini diperkirakan Prabu Kertajaya mendirikan kerajaan Panjalu Ciamis yang merupakan kelanjutan dari kerajaan Panjalu Kadiri (Jawa Timur).
MASA PRA TARUMANAGARA
Masa ini dikenal dengan sebutan ”SUNDA PURBA”, yang meliputi wilayah: Nusantara, semenanjung Malaya, Indo Cina, India Selatan, kepulauan Madagaskar hingga belahan Timur Afrika, bahkan ada yang menyebut hingga ke Jepang, Korea, dan benua Amerika. Beberapa sumber mengatakan bahwa bangsa Indian di Amerika juga berasal dari wilayah Sunda Purba dan dikenal dengan nama bangsa Melayu Indian (Indian Malay). Nama Sunda Purba kemudian berubah menjadi “Sundalarang” (Sunda Besar) lalu menjadi “Dwipantara” setelah itu berubah lagi menjadi “Nusantara” dan ketika jaman penjajahan kolonial Belanda berganti nama menjadi “Hindia Belanda”, lalu pada tahun 1928 ketika dicanangkan “Sumpah Pemuda” nama negeri ini berubah menjadi “Indonesia” hingga sekarang.
Berdasarkan beberapa sumber yang dapat dipercaya mengatakan bahwa pada tahun 52 Saka, Aki Tirem menyerahkan kekuasaan Kerajaan Sakalanagara (diperkirakan berada di sekitar wilayah Pandeglang) kepada putrinya, Nyi Putri Rarasati yang dinikahi oleh Dewa Warman. Cerita Sakalanagara ini jatuh pada abad kedua masehi (122 M). Jika dicocokkan dengan naskah Pangeran Wangsakerta (abad 17), sangat cocok. Apabila cerita Sakalanagara jaman Aki Tirem dan naskah Pangeran Wangsakerta dihubungkan, menurut data Atmadiredja, sangat cocok.
Ketika jaman “Purbanagara” (nama kerajaan Sunda Purba) berakhir pada tahun 78 M yang ditandai dengan pergantian nama wilayah besar Sunda Purba menjadi “Dwipantara” yang artinya adalah dua panutan bernegara yaitu “Panatagama dan Panatanagara”. Hal ini dapat diartikan bahwa tonggak atau pancang awal berdirinya sebuah kedaulatan wilayah adalah dengan penataan agama (spiritual/kepercayaan) dan penataan cara bernegara. Prinsip inilah yang mendasari konsep ”Tritangtu”, Rasi, Rama dan Ratu. Rasi adalah dewan (orang-orang) yang mengurusi urusan spiritual, wilayahnya disebut Kabataraan (Tahta Suci), Rama adalah dewan (orang-orang) yang mengurusi urusan peraturan, hukum, kebijakan negara (mirip dengan lembaga Legislatif); Ratu adalah yang bertugas mengurusi kenegaraan/pemerintahan (mirip dengan lembaga Ekskutif).
Pemerintahan negeri Dwipantra dipegang oleh Aji Saka-I dengan gelar Haji Raksa Gapura Sagara, nama kerajaannya disebut Salakanagara. Adapun misi negara pada saat itu disebut Salaka Domas atau Mulla Sarwa Stiwa Danikaya (“berawal dari kebersamaan menjadi kekayaan” atau dengan kata lain artinya ialah “bersama membangun kejayaan”). Misi negara tersebut dilanjutkan oleh Aji Saka–II yang bergelar Pangeran Dewawarman atau Sang Hyang Watugunung atau Ratu Agung Manikmaya (132 M).
Ketika Aji Saka-II digantikan oleh Aji Saka–III yang nama aslinya adalah Rakeyan Taruma Hyang (“Si Tumang”, suami Dayang Sumbi) atau Pangeran Wisnu Gopa, ia mengganti nama kerajaan Salakanagara dengan sebutan Tarumanagara. Di masa pemerintahan Aji Saka-III inilah perwujudan dari misi Salaka Domas negeri Dwipantara ini tercapai. Pernikahan antara Aji Saka-III dengan Dayang Sumbi yang bergelar Dewi Mayang Sunda atau nama aslinya Galuh Kaniawati menghasilkan lima orang anak yang kelak disebut sebagai Lima Putra Sunda atau Panca Putra Dewa.
Memang sungguh mengherankan, ketika bangsa Eropa menyusun sejarah Yunani-Romawi yang dilakukan dengan metode (teknik) penelusuran Metahistori yang dikaji dari berbagai puing-puing peninggalan serta artefak lainnya, tidak ada satupun bangsa yang menolak tuturan sejarah mereka. Demikian pula ketika penyusunan perjalanan sejarah peradaban kebudayaan Mesir Kuno di sekitar Sungai Nil atau Sumeria, Babylonia, Mesopotamia, serta kebudayaan lainnya yang berada di antara Sungai Tigris dan Eufrat. Dongeng sejarah yang mereka susun pada akhirnya dipahami sebagai sebuah ilmu pengetahuan dan seolah tidak diragukan lagi kebenarannya.
Berbeda halnya, ketika bangsa Indonesia mencoba menggali sejarah bangsanya sendiri, dengan “cara berpikir” bangsa Nusantara dan tidak dengan cara berpikir bangsa Barat, setiap hasil penelusuran yang dilakukan akan “disalahkan dan ditentang habis-habisan”, bahkan jika itu berupa fenomena logis sekalipun akan segera dimentahkan dengan argumentasi ala Baratnya. Mereka lupa, bahwa sejarah Nusantara adalah sejarah negerinya sendiri dan hanya dapat digali dan ditemui kebenaran sejatinya jika mempergunakan cara berpikir Nusantara yang penuh dengan nilai-nilai kearifan lokal.


Sumber:



Ada Situs Arkeologi Lain di Sekitar Kawasan Gunung Padang

Jumat, 21/11/2014 08:36 WIB

Ada Situs Arkeologi Lain di Sekitar Kawasan Gunung Padang

Ray Jordan - detikNews
Jakarta - Ada dugaan situs arkeologi lain di sekitar kawasan Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat. Situs itu akan segera diekskavasi. Belum diketahui persis ada peninggalan pada di sekitar kawasan Gunung Padang.

"Wakil Gubernur Jawa Barat juga meminta tim untuk melakukan riset di sekitar Situs Gunung Padang. Berdasarkan hasil riset yang telah dilakukan, dalam radius 2 kilometer dari situs terdapat beberapa lokasi yang diduga kuat juga merupakan situs arkeologi," terang arkeolog UI Ali Akbar, Jumat (21/11/2014).

Menurut Ali, perlu dilakukan riset terlebih dahulu sebelum menentukan situs apa yang ada di sekitar kawasan Gunung Padang.

Selain itu juga, Ali melanjutkan, Tim Nasional Pelestarian dan Pengelolaan Situs Gunung Padang yang telah dibentuk oleh Mendikbud pada pemerintahan sebelumnya akan diaktifkan dan siap melakukan riset lagi. 

"Menteri Pariwisata yang juga tergabung sebagai pengarah pada tim tersebut akan memberi arahan khusus agar pariwisata di situs ini cepat berkembang," jelas Ali.

Menpar Arief Yahya pada Kamis (20/11) menyambangi Gunung Padang. Arief sempat ditunjukkan mengenai temuan-temuan unik seperti koin, kujang, dan batu yang dapat berputar (rolling stone).



(ndr/mad)
Sumber:
http://news.detik.com/read/2014/11/21/083618/2754935/10/ada-situs-arkeologi-lain-di-sekitar-kawasan-gunung-padang



Sabtu, 22/11/2014 15:03 WIB

Ini Temuan Menarik Susunan Batu Misterius yang Terletak Tak Jauh dari Gunung Padang

Ramdhan Muhaimin - detikNews
Jakarta - Kawasan situs megalitikum Gunung Padang masih menyimpan misteri yang perlu dikuak. Belum selesai dengan Gunung Padang, di sekitar kawasan itu sudah ditemukan susunan batu bertumpuk yang diperkirakan juga menyimpan sejarah.

"Menurut laporan masyarakat, sekitar 700 meter di selatan situs Gunung Padang terdapat tumpukan batu. Saya kemudian diantar oleh masyarakat untuk melihat tumpukan yang dimaksud. Letaknya ternyata di bawah pohon bambu dan penuh semak belukar," jelas arkeolog UI, Ali Akbar, Sabtu (22/11/2014).

Menurut Ali, setelah semak belukar tersebut disingkirkan, ternyata berupa struktur atau susunan batu andesit yang berundak atau bertingkat tiga. Ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan Situs Gunung Padang. 

"Namun, jenis batuan penyusunnya sama dengan batuan di Situs Gunung Padang, yaitu berukuran panjang dan berpenampang segi lima. Batuan seperti ini secara khusus disebut kekar kolom atau kekar tiang (columnar joint).
Struktur berteras tiga tersebut terletak di Desa Ciukir," urai Ali yang juga dikenal sebagai peneliti Gunung Padang ini.

Yang menarik, menurut Ali, warga setempat menuturkan, seingat mereka sepertinya pernah ada peneliti sebelumnya yang diantar ke lokasi. Tapi mereka tidak diberitahu apa hasil dari kunjungan tersebut.

"Desa Ciukir tersebut cukup luas. Akhirnya diputuskan untuk membuat tim kecil untuk melakukan survei selektif dengan radius 300 meter, sehingga secara keseluruhan berjarak 1 kilometer dari Situs Gunung Padang. Karena pernah dikunjungi peneliti lain, mungkin pernah dicatat. Catatan itu yang perlu dicari untuk mengetahui apakah ada perubahan bentuk struktur pada waktu pertama dicatat dengan kunjungan berikutnya," urai dia.

"Pada saat survei dilakukan, ternyata cukup banyak ditemukan batuan columnar joint baik di sawah maupun di pekarangan rumah warga. Di salah satu lokasi bahkan terdapat beberapa columnar joint dengan posisi rapat dan vertikal atau tegak serta masih menancap di tanah dengan kokoh. Terdapat kemungkinan sumber batu untuk membuat Situs Gunung Padang berasal dari Ciukir. Tentu saja analisis laboratorium yang akan dapat memastikannya," tutup Ali.



(ndr/mad)

Sumber:
http://news.detik.com/read/2014/11/22/150355/2756176/10/ini-temuan-menarik-susunan-batu-misterius-yang-terletak-tak-jauh-dari-gunung-padang

Jumat, 28 November 2014

Peneliti: jumlah Adam dan Hawa ternyata banyak

Peneliti: jumlah Adam dan Hawa ternyata banyak

Reporter : Alvin Nouval | Sabtu, 25 Januari 2014 03:18

Peneliti: jumlah Adam dan Hawa ternyata banyak
Manusia purba. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Sebelumnya, sebuah teori menyatakan bahwa manusia pertama di dunia, Adam dan Hawa hidup sekitar 200 ribu tahun lalu. Namun, sebuah penelitian terbaru berhasil membantah teori itu.


Seperti yang dilansir oleh Dailymail (23/1), para peneliti dari Inggris yakin bahwa Adam sebenarnya hadir di muka bumi lebih lama dari itu. Setidaknya, dia dan Hawa sudah mendiami bumi pada 209 ribu tahun silam.

Hal ini berdasarkan data genetik yang berhasil dikumpulkan oleh para peneliti. Mereka mengumpulkan kromosom Y dan didapat dari rata-rata seorang pria memiliki anak pertama.
Selain itu, para peneliti juga yakin bahwa sebenarnya tidak hanya ada satu Adam dan Hawa yang diturunkan ke bumi pada saat itu. Melainkan, ada beberapa pasangan yang sudah mendiami bumi dan terpencar lokasinya di seluruh dunia.

"Sangat jelas bahwa manusia modern tidak kawin silang dengan manusia kera yang hidup pada 500 ribu tahun lalu. Juga jelas bahwa ada lebih dari sepasang Adam dan Hawa yang hidup berdampingan dan mengelilingi dunia kita," kata Dr Elhaik, perwakilan peneliti.

Hasil penelitian ini membantah penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arizona University. Saat itu, Arizona University berpendapat bahwa kromosom Y berasal dari spesies lain selain manusia. Dalam arti lain, Adam pernah berkembang biak bukan dengan Hawa.

"Kami telah membuktikan bahwa penelitian dari Arizona University tidak memenuhi unsur saintifik," sambung Elhaik.

Sumber:
http://www.merdeka.com/teknologi/peneliti-jumlah-adam-dan-hawa-ternyata-banyak.html

Penampakan Manusia Purba Stonehenge Berumur 5.500 Tahun: Ganteng!

Penampakan Manusia Purba Stonehenge Berumur 5.500 Tahun: Ganteng!

By Elin Yunita Kristanti 
on Jan 07, 2014 at 05:29 WIB
Dari penampilannya, pria itu masih muda, berusia kurang dari 40 tahun, dengan cambang di wajahnya yang lumayan ganteng. Tapi, faktanya, umurnya 5.500 tahun! Raut wajahnya itu adalah hasil rekonstruksi tengkorak dari masa prasejarah yang ditemukan di situs Stonehenge di Inggris. 

Seperti dimuat situs Gizmodo, 6 Januari 2014, ia 'dihidupkan kembali' oleh pematung Swedia, Oscar Nilsson, dari sebuah kerangka berusia 5.500 tahun yang ditemukan di dekat Stonehenge, yang memicu kontroversi. 

Sejumlah pendemo dari kalangan penduduk lokal menuntut ia dimakamkan kembali. Namun, analisis forensik memungkinkan para ilmuwan menciptakan kembali model manusia prasejarah Inggris yang nampak hidup. Kerja para ahli menguak bagaimana ia hidup dan makan di masa lalu, bahkan lebih jauh lagi, menguak asal usul Stonehenge. 

Kerangka pria tersebut ditemukan di sebuah makam yang rumit di tahun 1860-an, menjadi contoh langka anatomi orang Neolitik. Saat merekonstruksi wajahnya, pematung Oscar Nilsson menggunakan informasi dari analisis tulang dan gigi. 

Dari panjang tulang, berat kerangka, dan usianya -- diduga ia berusia 25 sampai 40 tahun -- data tersebut digunakan untuk menentukan ketebalan kulit wajah dan otot. 

Nilsson menggunakan salinan vinil tengkorak, yang dibuat oleh Andrew Wilson dari University of Bradford, Inggris dan merekonstruksi otot dan daging pada wajah. Ia lalu membuat kulit dari bahan silikon, diberi pigmen, sebelum menambahkan rambut. 

Tonjolan pada tengkoraknya mengungkapkan bahwa pria itu berotot -- fakta yang tidak mengejutkan mengingat gaya hidup Neolitik . Ia memiliki fitur yang sangat maskulin, seperti dagu dan tulang rahang tegas. "Aku harus memberinya jenggot. Tidak ada pisau cukur saat itu," kata Nilsson, seperti Liputan6.com kutip dari situs sains NewScientist. 


Sementara, ahli biologi kerangka manusia, Simon Mays dari  University of Southampton belum bisa menentukan apa penyebab kematian 'manusia Stonehenge' itu. Ia berspekulasi si pria tewas akibat penyakit menular yang dengan cepat mencabut nyawanya -- sehingga tak sampai meninggalkan bekas pada tulang.  Namun, Mays menemukan dua luka pada kaki -- cedera otot dalam dan penonjolan tulang. 

Analisis gigi yang dilakukan Alistair Pike dari University of Southampton menunjukkan, ia makan banyak daging, yang kemungkinan direbus. Pemakamannya yang rumit menunjukkan, bahwa ia orang penting dalam masyarakatnya. 

Sayangnya, gigi pria itu luar biasa bersih -- yang tak seperti biasanya pada manusia purba. "Jika kami bisa menganalisis  tartarnya, kita bisa mengidentifikasi spesies yang ia makan dari protein yang terselip di giginya. Sementara bakteri bisa mengungkapkan kesehatan pencernaannya," kata Pike.

Tim peneliti tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan analisis warna kulit 'Stonehenge Man'. Kalaupun ada waktu, ini bakal sulit, karena DNA kerangkanya telah terkontaminasi. Para ahli menduga, pria tersebut memiliki warna coklat, rambut coklat gelap dan sedikit semburat coklat muda -- untuk mencerminkan kemungkinan keturunan Celtic.

Seandainya model tampan Stonehenge Man hidup, ia tak seperti datang dari masa lalu. "Dia bisa saja duduk di sebelah Anda di kereta bawah tanah , " kata Nilsson. (Ein)

Sumber:
http://news.liputan6.com/read/793527/penampakan-manusia-purba-stonehenge-berumur-5500-tahun-ganteng

Misteri Formasi Lingkaran Stonehenge Akhirnya Terungkap Oleh Musim Panas

Misteri Formasi Lingkaran Stonehenge Akhirnya Terungkap Oleh Musim Panas

Musim kering dan panas telah membantu mengungkap formasi asli Stonehenge, yaitu saat selang yang digunakan untuk menyiram rerumputan tidak dapat mencapai sekitar Stonehenge yang menyebabkan rerumputan mengering dan membentuk formasi lingkaran sempurna pada struktur batu-batu raksasa itu. Sebetulnya para Arkeolog telah menduga tentang formasi tersebut namun sejak sebelum ditemukan fakta tersebut mereka tidak mempunyai bukti tentang dugaan bahwa Stonehange adalah sebuah formasi lingkaran raksasa yang membentuk susunan batu-batu tersebut. Saat ini mereka telah dapat membuktikannya.

Tim Daw, pengelola Stonehenge di WiltshireInggrismengalami kesulitan menjaga rumput di sekitar Stonehenge agar tetap hijau karena kondisi kekeringan di daerah tersebut saat musim panas beberapa waktu  laluSelang yang biasa digunakan untuk menyiram rerumputan terlalu pendek untuk mencapai Stonehenge sehingga menyebabkan rumput menjadi keering. Semula Tim Daw marah melihat kondisi tersebut, daerah Stonehenge tidak lagi hijau dan berubah menjadi warna coklat rumput kering ... hingga akhirnya ia melihat fprmasi lingkaran yang selama ini dicari oleh para Arkeolog.

Daw melaporkan kemudian melaporkan hal tersebut yang disertai dengan foto-foto udara yang diambil dari bintik-bintik coklatArkeolog kemudian menegaskan bahwa formasi Stonehenge cocokdi mana letak batu-batu yang hilang dalam formasi Stonehenge sebenarnya dibangun dalam bentuk lingkaran

Penemuan ini kemudian dipublikasikan dalam sebuah artikel edisi terbaru jurnal Antiquity olehSusan Greaney, seorang sejarawan senior Inggris Heritageyang mengakui bahwa meskipun situs tersebut telah dipelajari secara ekstensif untuk menemukan bukti formasi Stonehenge yang sebenarnya (yang terakhir menggunakan radar pemotret kontur tanah)- "penemuan kali ini benar-benar signifikan

 Ini menunjukkan kepada kita betapa banyak hal-hal yang harus kita pelajari tentang Stonehenge.Masih terdapat banyak misteri yang belum terpecahkan hingga hari ini. Tentang bagaimana batu-batu itu diangkut ke lokasi tersebut, dari mana asalnya juga untuk keperluan apa, semuanya masih menjadi misteri bagi para Arkeolog juga masyarakat. 

Jadi, di mana batu-batu yang hilangGreaney mengakui belum ada jawaban hingga saat ini dantidak ada rencana untuk menggali di bawah bekas-bekas rumput warna coklat yang mengering.Namun, Kemungkinan Inggris Heritage akan membiarkan rumput mengering lagi sehingga formasi lingkaran akan semakin terlihat jelas.
 Stonehenge circle formation discovered
Penjaga Stonehenge Tim Daw (Foto Mysterius Universe)
Stonehenge adalah sebuah peninggalan prasejarah yang berada di Inggris dan merupakan situs yang cukup terkenal di dunia. Diperkirakan dibangun pada zaman Perunggu dan Neolotikum. Bangunan ini terletak di Amsbury Wiltshire, Inggris, sekitar 13 kilometer dari Salisbury.Situs ini berbentuk lingkaran besar yang dibentuk dengan menggunakan batu-batu besar berbentuk persegi panjang yang ditanam di dalam tanah.

Mengenai usia dari Stonehenge hingga kini masih menjadi perdebatan para Arkeolog, namun rata-rata para Arkeolog memperkirakan bangunan ini dibuat antara 3000 hingga 2000 Sebelum Masehi. Uji penanggalan radiokarbon yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa batu pertama didirikan pada 
2400 hingga 2200 SM, namun teori lain menyebutkan bahwa dari pengujian yang dilakukan terhadap Blue Stone mengindikasikan bahwa batu tersebut didirikan pada 3000 tahun Sebelum Masehi. 
 Stonehenge circle formation discovered
Tujuan awal pembuatan Stonehenge masih tetap diselimuti misterinamun temuan bentuk lahan alami adalah petunjukdramatis di balik mengapa situs Stonehenge harus dibangun di daerah ini (Foto Daily Mail)
Secara harfiah Stone berarti batu sedangkan henge adalah lingkaran, atau dapat diartikan bahwa Sonehenge adalah formasi batu melingkar.Arkeolog mendefinisikan henge sebagai tembok tanah yang berbentuk melingkar dan terdapat parit di dalamnya.
 Stonehenge dibuat selaras membujur ke arah timur laut - barat daya yang merupakan titik balik matahari dan equinox, analoginya pada saat musim panas matahari akan berada searah dengan puncak heel stone (batu tumit), dengan demikian saat sinar matahari setelah melalui heel stone cahaya pertama sinar matahari akan langsung menembus bagian tengah Stonehenge yang berada di antara susunan dua batu berbentuk setengah lingkaran.
 Stonehenge circle formation discovered
Ruteyang kemudian disebut sebagai Avenue, panjangnya 1,5 kilometer terletak disebelah timurlaut pintu masuk.Setelah penutupan A344 (foto), para arkeolog  menggali di lokasi tersebut untuk pertama kalinyaProfesor ParkerPearson mengidentifikasi celah yang pernah ada di antara gundukan tanah yang mengikuti rute yang terjadi secara alamiah (Foto Daily Mail)
Para ahli Arkeologi menyimpulkan bahwa letak batu yang membentuk formasi lingkaran dengan sinar matahari pertama akan menembus pusat Stonehenge bukan dibuat secara kebetulan, mereka yakin formasi tersebut dibuat secara sengaja untuk tujuan tertentu. Matahari akan muncul pada posisi derajat yang berbeda-beda pada bulan yang berbeda dan pada landskap horison yang berlainan.  Untuk penyelarasan itu agar sinar matahari berada tepat dipusat Stonehenge pada saat pertama melewati heel stone, formasi batu Stonehenge harus selaras dengan garis lintang  pada 51° 11'. Penyelarasan inilah yang diduga merupakan dasar untuk menentukan bentuk dan tempat peletakan batu Stonehenge.
 Stonehenge circle formation discovered
Pusat situs Stonehenge formasi batu (warna biru), dengan bentuk lingkaran 'sarsen horseshoe'. Bagian teluar berupa gundukan tanah kembar dengan jarak 12m dipisahkan dengan parit. Garis berwarna merah menandakan bagaimanamatahari terbit sejajar dengan parit (Foto Daily Mail)
 Stonehenge circle formation discovered
Formasi Stonehenge selaras dengan pergerakan matahari yang terbenam pada pertengahan musim dingin dalam satu arah dan matahari terbit pada pertengahan musim panas. (Foto Daily Maile)
Para peneliti mengungkapkan bahwa Stonehenge adalah sebuah observatorium kuno yang digunakan oleh masyarakat ketika itu untuk memperkirakan terjadinya gerhana matahari, titik balik matahari, untuk mengetahui kapan matahari melintasi khatulistiwa dan kejadian-kejadian penting lainnya terkait dengan matahari, sistem penanggalan kala itu dan religi kontemporer. (RR/tr/14)


Sumber:
http://www.univer-science.com/2014/09/misteri-formasi-lingkaran-stonehenge.html