Rabu, 11 Mei 2011
SINKRONISASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan Masyarakat adalah suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Selain bertujuan meningkatkan perekonomian masyarakat, pemberdayaan masyarakat juga bertujuan menumbuhkembangkan kemandirian serta kreatifitas masyarakat dalam menciptakan peluang lapangan kerja. Apabila diamati, pemerintah sangat konsen terhadap pemberdayaan masyarakat dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang saat ini mencapai % (kementerian Sosial, 2010) dengan berbagai program diantaranya PNPM Mandiri oleh Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, Desa Peradaban oleh Kementerian Sosial, Bantuan Operasional Sekolah oleh Kementerian Pendidikan Nasional, Jaminan Kesehatan Masyarakat oleh Kementerian Kesehatan, Desa Wisata oleh Kementerian Pariwisata dan Budaya dan Model Desa Konservasi (MDK) oleh Kementerian Kehutanan. Bila dihitung-hitung, dalam 1 wilayah/desa/kabupaten sudah masuk anggaran yang cukup besar dalam rangka pengentasan kemiskinan namun yang terjadi di lapangan program tersebut belum sepenuhnya menyentuh kepada sasaran utama.
Menyikapi hal tersebut, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) mengadakan kegiatan Sinkronosasi kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka yang melibatkan dinas/instansi yang memiliki tugas pokok dan fungsi memberdayakan masyarakat. untuk Kabupaten Kuningan dilaksanakan pada tanggal 25 April 2011 di hotel ayong, sedangkan di Kabupaten Majalengka dilaksanakan pada tanggal 26 April 2011 di Hotel Putra Jaya. Audiens yang diundang diantaranya Komisi B DPRD, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Pariwisata Alam dan Budaya, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Badan pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan, Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Tk Kecamatan yang berbatasan dengan kawasan TNGC, dan Bappeda. Pemateri dalam kegiatan ini adalah Balai TNGC, Dinas kehutanan dan Perkebunan Kabupaten dan Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat. Maksud diadakan kegiatan sinkronisasi ini adalah menyelaraskan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa penyangga TNGC yang diprioritaskan kepada masyarakat eks penggarap.
Dalam menangani permasalahan perambahan di dalam kawasan TNGC yaitu penggunaan lahan untuk pertanian dan perkebunan oleh masyarakat memerlukan kerjasama yang baik dengan pemerintah daerah khususnya dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Hal ini dikarenakan jumlah penggarap cukup banyak yaitu 4.553 orang dari 3.060 KK lingkup Kabupaten Kuningan dan Majalengka. Dari 4.553 orang tersebut, hanya yang memiliki modal dan lahan terbatas yang menjadi prioritas sasaran pemberdayaan masyarakat sehingga output dapat dicapai sesuai dengan rencana.
Adapun hasil kegiatan sinkronisasi yaitu penyusunan kegiatan pemberdayaan masyarakat tahun 2011 dan 2012 yang menjadi acuan dan pedoman pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, pembagian peran antar pihak apabila ada sasaran program yang sama, menyamakan persepsi mengenai sasaran pemberdayaan masyarakat yang harapannya sama dengan TNGC bahwa sasaran utama saat ini adalah masyarakat eks penggarap. TNGC sudah membentuk 6 Lembaga MDK (Model Desa Konservasi) yaitu Desa Karang Sari, Sankanerang, Cisantana (Kab Kuningan) dan Desa Bantaragung, Gunung Wangi dan Cipulus (Kab Majalengka). Apabila dikemudian hari, dinas/instansi lain merencanakan pembentukan Lembaga MDK/kelompok di desa-desa tersebut diharapkan agar tidak membentuk kembali Lembaga MDK/kelompok namun difasilitasi dengan penguatan kapasitas kelembagaan tersebut dengan berbagai variasi kegiatan sesuai dengan potensi wilayah.
OLEH NISA SYACHERA, S. HUT
PENYULUH KEHUTANAN
Senin, 09 Mei 2011
SOLO TOURING # 4 (SOLO-SRAGEN-KR.ANYAR-SOLO)
SOLO TOURING (2 JAM MELEPAS PENAT)
Pict: info-sragen.blogspot.com |
Catatan perjalanan ini bukanlah sharing lokasi wisata yang indah ataupun touring dengan penuh tantangan yang luar biasa. Ini hanyalah sebuah aktifitas ketika penat yang iseng saya lakukan karena sekedar ingin "Lost" hilang atau menghilangkan diri entah kemana. Berdasarkan pengalaman pribadi maupun beberapa orang yang lain, pengalaman "menghilangkan diri sendiri" ini memang efektif untuk menemukan sesuatu yang seru dan menyenangkan yang sama sekali tidak kita duga sebelumnya.
START @ SPBU SEKARPACE (10.30 WIB) km 0
Dimulai dengan isi bensin Rp 10.000 lalu membenahi perkap, menset ransel agar nyaman, minum air putih dari botol bekal yang sudah disiapkan dan let's go...berangkat. Belum tahu ingin hilang kemana akhirnya memilih rute Palur-Bak Kramat-Masaran.
Pertimbangan awal mengambil rute ini karena sepintas pingin menjajal jalur yang "bertegangan tinggi" jalan sempit lalu lintas padat dan kencang serta jalanan yang cukup banyak lubang sehingga menjadikan rawan kecelakaan. Dan benar, memang bertegangan tinggi karena sepanjang perjalanan tidak boleh lengah. Sedikit lengah ban bisa menghajar kubangan jalan atau kita yang dihajar kendaraan lain. Cukup untuk memanaskan naluri berkendara agar lebih waspada. Tapi jika beralama-lama bakal capek juga.
Pertimbangan awal mengambil rute ini karena sepintas pingin menjajal jalur yang "bertegangan tinggi" jalan sempit lalu lintas padat dan kencang serta jalanan yang cukup banyak lubang sehingga menjadikan rawan kecelakaan. Dan benar, memang bertegangan tinggi karena sepanjang perjalanan tidak boleh lengah. Sedikit lengah ban bisa menghajar kubangan jalan atau kita yang dihajar kendaraan lain. Cukup untuk memanaskan naluri berkendara agar lebih waspada. Tapi jika beralama-lama bakal capek juga.
PEREMPATAN LAMPU MERAH - KANAN ARAH JAMBANGAN (11.07) km 25
Seumur-umur belom pernah jajal ini rute, datang kesini tanpa peta, tanpa gps, tanpa teman, tanpa petunjuk, pokoknya hanya ingin "lost" itu saja. Masuk jalanan ini suasana berubah drastis, sangat nyaman walaupun di panas terik karena dikanan kiri banyak pepohonan dan sawah sehingga udara bertiup dengan cukup kencang mengipasi badan tetapi tidak terpanggang matahari karena berkendara di bawah pohon sepanjang jalan.Mmmm...ini baru asik.
Pingin jajal geber motor agak kenceng tapi gak berani, sesekali aspal pecah gak keliatan cukup mengancam. Ya sudah, kecepatan sedang masih seru juga.
Makin jauh, makin gak ngerti tempat, jalanan makin jelek, kanan kiri sawah, gak ada rumah penduduk. Tapi jalan jelek bisa jadi tantangan, riding berdiri kayak motocross ternyata asik...lagipula gak ada orang suka-suka mau bentuknya kayak gimana.
Selesai sesi motocross ganti trek, jalanan aspalnya halus tapi lobangnya gak kira-kira. Ganti style "Ekstra manuver" sesekali ngerem ndadak sesekali menghindar dengan bermanuver tajam. Masih tetap asik, gak ada orang yang nggagas...
MOJOGEDANG (11.26) km 37
Tau kalo ini udah masuk dalam wilayah Mojogedang dari baca papan kecil di tepi jalan, sambil bergumam dalam hati "Oh..Mojogedang"..padahal gak mudeng Mojogedang bagian mana, asal jalan terus. Kalo ada perempatan, tikungan, belokan, pertigaan, ngikutin insting saja enaknya ambil arah mana.
Tau-tau masuk kampung, jalan makin jelek, pohon makin jarang, udara makin panas. Jalanan jelek bikin badan getar semua ternyata, pengin riding berdiri gak enak diliat orang (dikampung aneh2 bisa dilempar sendal nanti)...terpaksa jalan pelan sambil nahan badan rasanya getar semua.
Tiba-tiba nemu tulisan "Pojok Mojogedang" lalu kaget...Hahhh...Kok jalannya jadi bagus yah..
Dan ternyata ini jalan tembus menuju ke Delingan (ke Waduk Delingan juga bisa).
DELINGAN (11.49) km 52
Masih kaget dengan jalan yang bagus dan halus muncul ide baru yang lain, geber gas ampe 90 kpj aja nanti kalo ada tikungan direm dikit terus beloknya merebah kayak pembalap. Jalan mendukung, waktunya di puas-puasin.
Tapi gak semuanya asik ternyata, pernah 2 kali udah siap2 merebah ternyata tikungan berpasir...Terpaksa tegak lagi sambil ngerem, gak jadi rebahan, terlalu berbahaya. Akhirnya jalan biasa nyampe lampu merah Bejen Karang Anyar. (Oalah...tembuse nyampe sini jalan tadi)
JALUR SATU ARAH - KR.ANYAR KE SOLO (11.55) km 56
Disini udah gak ada tantangan yang seru lagi, soalnya udah pernah lewat jadi jalan biasa nyampe jalan raya Solo-Karang Anyar. Tapi nyampe jalan raya yang lumayan sepi jadi pengin ngebut...Ya sudah, sebagai hiburang terakhir sebelum pulang geber motor 100 kpj nyampe menjelang Palur. Sebenere jalan masih memungkinkan untuk lebih kenceng lagi tapi apa daya mesin tidak mendukung, tak apa... yang penting udah dapet serunya.
SAMPE RUMAH LAGI (12.20) km 72
Alhamdulillah nyampe rumah dengan selamat tak kurang suatu apapun. Perjalanan seru, dapet petualangan ngebut, bermanuver diantara kubangan, belok dengan merebah, riding berdiri ala motocross dan masih banyak lagi. Bensin gak habis 2 liter, gak keluar uang jajan juga, pikiran segar saatnya mengerjakan pekerjaan lainnya lagi, tapi makan dulu...
http://topixsolo.blogspot.com/
http://topixsolo.blogspot.com/
Rabu, 04 Mei 2011
TEST AP BOOT MOTO 2
AP BOOT MOTO banyak yang suka, banyak juga yang mentertawakannya. Tapi apapun alasan masing-masing mereka, disini saya hanya ingin sharing tentang bagaimana kualitas, kenyamanan dan kekuatan AP BOOT MOTO 2 yang baru saja saya beli dan saya uji coba untuk Adventouring jelajah pacitan selama 2 hari 1 malam. Kesan yang pertama saya dapatkan dari sepatu ini adalah "keren" jika dilihat dari samping maupun dari belakang, karena di AP BOOT MOTO 2 sudah terdapat variasi yang tidak terdapat di keluaran awal AP BOOT MOTO. Tapi jika dilihat dari depan kesan "sepatu proyek" masih terasa.hehehe (maaf ini jujur pendapat pribadi)
Tetapi yang menjadi pertimbangan saya ketika hendak membeli sepatu ini adalah 2 keuntungan yang didapat sekaligus:
Pertama
Habis dijajal jelajah |
Kedua
Dari segi harga, sepatu ini memang sangat ekonomis jika dibandingkan dengan sepatu-sepatu touring maupun sepatu motocross yang dijual di internet maupun di toko-toko aksesoris motor. Rata-rata sepatu touring berada kisaran harga Rp 200.000 ke atas, sedangkan untuk sepatu cross bisa mulai dari harga Rp 400.000-500.000an. Sedangkan jika kita bandingkan dengan AP BOOT MOTO sangat jauh, karena sepatu ini di berbagai lokasi di Indonesia berada pada kisaran harga dari Rp 70.000-100.000 saja. Padahal beberapa merek sepatu touring yang seharga 200an ribu itu belum 100% tahan air, jika hujan gerimis masih bisa menahan tapi jika hujan deras atau tercelup air ya tetap saja basah.
Berdasarkan dua hal pokok diatas akhirnya saya mantab memilih AP BOOT dan ingin menjajalnya. Setelah menjajal produk ini untuk keliling pacitan selama 2 hari 1 malam saya cukup puas dengan sepatu ini.
Berikut ini beberapa hal yang menjadikan saya puas dan bangga dengan sepatu ini:
Pertama
Label ketika beli AP BOOT MOTO 2 |
Kedua
Rumor bahwa memakai sepatu ini rasanya sangat panas tidak terbukti (bagi saya) karena saya sudah membuktikan berkendara maupun berjalan di siang terik yang panas sekali toh masih bisa berjalan dengan nyaman-nyaman saja. Memang sesekali waktu kaki perlu di angin-anginkan agar tetap nyaman ketika istirahat, namun ketika hendak riding lagi sepatu ini tetap nyaman dipakai.
Diantara sekian banyak kehebatan sepatu ini tetap saja ada kelemahannya, ibarat pepatah maka tak ada gading yang tak retak. AP BOOT ini juga punya kelemahan, berdasarkan pengalaman kemaren menjajal untuk keliling pacitan kelemahan sepatu ini adalah pada alasnya yang sangat elastis, lentur, dan nyaman menjadikan sepatu ini alasnya tidak terlalu kuat. Tidak terlalu kuat dalam artian jika kita menginjak karang yang tajam2 kaki kita masih bisa merasakan bahwa yang kita injak ini adalah benda batuan yang cukup tajam, sehingga berjalan di karang yang tajam harus pelan-pelan. Berbeda jika kita menggunakan sepatu tentara maka diatas karang yang tajam kita menginjak2 sambil berlari pun gak masalah.
Sebagai closing statement, saya tidak merekomendasikan untuk membeli ataupun menghalau agar
tidak membeli bagi yang sudah berniat beli. Saya hanya ingin berbagi pengalaman yang semoga bisa menjadi pertimbangan dan bermanfaat bagi yang lainnya.
Langganan:
Postingan (Atom)