Rabu, 11 Februari 2015

Pendakian Merbabu



Kata orang, bukan seberapa tinggi gunung yang kau daki tetapi bagaimana kamu bisa menghayati arti dari perjalanan pendakian itu sendiri. Saya sepakat. 

Kali ini kami memang tidak sampai puncak. Tapi tahukah kamu bahwa Merbabu itu mempesona? Kami sepakat bahwa tempat tersebut amat mempesona. Ada banyak bagian-bagian yang membuat kami terkesan hingga sekarang.

Pernahkah kamu melihat langit biru yang benar-benar biru? Yang bersih dengan warna biru secantik wallpaper? Disini kita berjumpa dengannya. Atau kamu ingin melihat padang rumput bersih yang hening, tanpa kebisingan, lalu lintas, polusi, tempat ini memberikan jawabannya.


Kami berangkat ber enam dengan motor. Sabtu sore hujan deras teramat sangat, namun dalam perjalanan hanya gerimis. Menyusuri jalanan Solo Boyolali malam hari, rasanya ada nuansa yang berbeda. Entah itu hanya perasaan saja atau bagaimana. Entahlah, indah.

Tanjakan ekstrim menuju basecamp membuat aroma kampas terbakar tercium dimana-mana. Motor-motor para pendaki berjuang keras menaklukkan rute untuk sampai di lokasi. Tiba di basecamp penjaga parkiran sedang menghangatkan diri di depan api unggun yang ala kadarnya. Pemandangan sederhana namun tetap istimewa.

Banyak kendala teknis menuju lokasi yang menjadikan kami harus mulai pendakian menjelang tengah malam. Sejak berangkat memang aku tidak menarget untuk bisa sampai puncak. Kali ini aku hanya ingin menikmati suasana, entah suasana atau ada hal lain yang membuat ini jadi istimewa. Entahlah.

Banyak yang bilang kalau Merbabu itu gunung PHP, lucu juga, emang siapa yang di PHP? Tapi kenyataannya memang demikian, karena ketika setelah merasa sampai di ketinggian harus turun lagi, naik lagi turun lagi baru pada akhirnya sampai ke puncak. Siapkan kakimu, dengkulmu juga. Itulah kenapa dikata-katai sebagai PHP.

Sejak menjelang pagi sempat terpisah karena yang depan bebannya ringan melaju ynpa henti meninggalkan yang di belakang. Hmmm. Semoga next tidak kayak gini. Bukan hilang atau nyasar dan yang lain, tapi ketiadaan konunikasi membuat tidak nyaman. Bagaimana bisa tau kalau yang depan memutuskan untuk melanjutkan atau turun. Bagaimana jika terjadi apa-apa yang kita tidak tau, atau sebaliknya. Sungguh tidak nyaman, walaupun akhirnya ketemu juga di salah satu bukit sebelum Sabana 1.

Cukup, tempat ini sudah cukup nyaman untuk istirahat. Kalau sesuai training motivasi kami lebih mirip dengan 'orang-orang yang berkemah' tapi buat apa, kami memang sedang tidak ingin mengejar puncak. Hari ini bisa menggapai puncak, tapi esok pas bekerja dengan banyak deadline, fisik tak mau diajak kompromi. Hmm, ya mending menikmati suasana saja. Tempat ini indah.

Tulisan ini hanya sedikit menceritakan keindahan dari naik gunung, selebihnya datangilah, mendakilah. Dan akan kamu temukan betapa perjalanan ini mengajarkan banyak hal dalam kehidupanmu. Mengajarkan kesabaran, keteguhan dalam menggapai impian, mengajarkanmu cinta.

-sepotong kenangan merbabu-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar