Boleh jadi banyak orang yang masih asing dengan nama gunung yang satu ini. Gunung Andong memang bisa dikatakan sebagai gunung tapi lebih tepatnya bukit, karena ketinggiannya hanya 1.726 MDPL. Bukan tempat yang tinggi memang, dan mungkin tidak terlalu istimewa buat mereka yang haus tantangan.
Tapi sengaja kali ini kami tidak ingin mengejar "sesuatu" yang ekstrim. Kita hanya ingin menikmati menyatu dengan alam. Bekerja sebagai seorang karyawan yang masih terkendala untuk mengambil cuti panjang menjadikan kami harus memilih tempat yang terjangkau dengan waktu yang hanya akhir pekan saja, trip sabtu malam hingga ahad. Pun demikian kami masih harus menghitung bahwa senin esoknya masih ada tenaga untuk masuk kerja. Apakah itu menyedihkan? Ah ternyata tidak juga. Banyak hal yang lebih layak untuk disyukuri.
Dimana sih letak gunung Andong? Bagi seorang yang hobi mainan gps seperti saya pasti yang kemudian dilakukan pertama kali adalah berapa titik koordinat basecampnya. Setelah sekian lama mencari ternyata hanya mendapatkan kekecewaan. Belum ketemu yang memposting koordinatnya. Bagi saya, yang jarang main ke daerah kopeng, magelang dan sekitarnya titik koordinat lebih membantu daripada sekedar "ancer-ancer" tempat dan rute. Tapi apa daya belum ada yang berkenan men share berapa titik koordinatnya. Di everytrail.com juga belum ada (waktu itu). Solusinya yang paling logis buka google maps kemudian mencari dimana gunung itu berada, selanjutnya menandai desa terdekat, buka koordinatnya, catat lalu masukkan ke dalan ponsel andorid, selesai. Bekal awal sudah siap.
Saya ingin menceritakan banyak tentang perkap yang saya bawa, tapi tampaknya lebih pas kalau dibuat postingan tersendiri. Sekarang kita ngomongin perjalanannya.
Kami mengambil rute dari Solo, Boyolali, Selo, Keteb, Magelang. Seperti biasa, koordinasi dengan banyak orang ada saja cerita harus saling tunggu dan gak ketemu-ketemu. Tapi kemudian bisa sampai basecamp jam 22.30 malam.
Parkir dikenakan biaya Rp 7.000,- per motor. Kemudian mengisi buku tamu dan masuk rumah yang dijadikan basecamp. Rebahan sejenak sambil yang lain packing ulang barang-barang yang hendak dibawa naik.
Apa yang saya bayangkan pertama kali ternyata sama sekali berbeda. Bagaimana tidak, dari parkiran motor di basecamp ini sudah bisa kelihatan kelap-kelip senter pendaki yang sudah hampir tiba di puncak.hehe. Sedikit tersenyum. Bukan bermaksud meremehkan, tapi lega karena nanti perjalanan tidak terlalu berat. Semoga beberapa orang pemula yang ikut dalam rombongan kali ini kuat.
Start mulai jalan kaki pukul 23.00 waktu setempat. Tidak terlalu dingin, dan jalur pendakian memang ramai karena akhir pekan. Nampaknya banyak orang yang bernasib hampir sama dengan kami, bisa punya waktu luang di akhir pekan saja.
Selanjutnya mari kita bicara rute. Boleh dikatakan rutenya cukup mudah, tanjakan tidak terlalu terjal. Bagi pemula dalam batas aman tempat ini. Dua jam berlalu, kami tiba di puncak gunung ini. Pukul 01.00 dini hari, ya, genap 2 jam saja. Selanjutnya mendirikan tenda, masak mie instan dan persiapan tidur.
Sayang memang, berada di tempat yang indah malah buru-buru tidur. Tapi inilah cara mensyukuri hidup, menurut kami. Hemat tenaga agar senin masih bisa masuk kerja dengan kondisi fit. 2 tenda telah berdiri, namun ternyata tidak muat untuk rombongan kami. Kali ini saya tidur di luar, beralaskan matras, memakai SB, jaket, slayer di muka lalu tidur diatas langit puncak gunung Andong. Selamat malam semua.
Adzan subuh berkumandang.
Udara makin basah, matras basah, SB basah, slayer agak basah, rumput pun basah. Mungkin ketika tidur terlentang tanpa masker akan rawan paru-paru basah kalau kondisi seperti ini. Alhamdulillah perkap kali ini cukup lengkap. Saya masih terheran dengan suara adzan yang terdengarbsampai puncak gunung ini, keluar dari kantong SB menengok ke jurang di sebelah saya tidur. Ternyata memang perkampungannya kelihatan. Tersenyum sendiri. Ini memang bukit.
Kami sholat subuh di samping tenda lalu dilanjutkan membuat minuman hangat. Inilah yang dikatakan indahnya hidup di alam. Pernah menikmati secangkir kopi panas di dinginnya pagi pegunungan disertai pemandangan langit di ufuk timur menjelang terbitnya mentari? Cobalah, hidup itu indah kawan.
Kami tidak mendapatkan sunrise kali ini, cuaca sedang tidak bersahabat. Tapi tak apa, tunggulah hingga golden hour, dan disitulah indahnya alam akan bercerita kepadamu dengan sejujur-jujurnya. Langit biru akan sangat biru, hijuanya rumput akan sangat segar, udara bersih tanpa polusi. Jangan sia-siakan moment ini untuk sebanyak-banyaknya mengambil gambar. Kami juga.
Setelah itu kami sarapan dan berkemas. Pukul 9 pagi kabut mulai naik, walaupun memang sesekali panas. Perjalanan turun memakan waktu hanya satu jam.
Ohya, ada satu hal yang menarik ketika perjalanan pulang turun gunung. Kami berpapasan dengan beberapa anak yang naik gunung membawa layang-layang. Mereka ingin menerbangkan layang-layang mereka di atas puncak gunung. Hmmm. Kami harus bilang apa? Ternyata gunung ini memang sudah seperti bukit di belakang sekolah dalam kartun Doraemon. Kemudian kami berpapasan dengan bapak, ibu dan anaknya yang naik gunung sekeluarga. Ada seseorang yang nyletuk pengin suatu saat ingin naik gunung bersama sekeluarga. Hmmm, sama. Aku berharap dan meng amininya.
Perjalanan pulang masih jauh, cukup melelahkan. Semoga lain kesempatan bisa mendaki gunung tanpa harus motoran jika jaraknya jauh.hehe. Aamiiin, semoga.
Terakhir, tempat ini adalah indah. Memang indah. Sayang harus menempuh motoran jauh menuju lokasi ini. Bagi yang berminat menuju ke lokasi ini namun masih belum tahu lokasinya, berikut saya cantumkan koordinat lokasi yang saya lock menggunakan aplikasi Sygic di hape android saya. Semoga bermanfaat.
S 07.39074*
E 110.38096*
(* adalah derajat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar