"Karst" Sangkulirang-Mengkalihat Menuju Situs Warisan Dunia
Minggu, 27 April 2014 15:20 WIB
Jejak kehidupan manusia purba berupa lukisan tangan di dinding goa batu kapur berusia sekitar 10.000 tahun sebelum masehi juga menjadi salah satu keunikan keunikan alam "Benua Etam"
Jejak kehidupan manusia purba berupa lukisan tangan di dinding goa batu kapur berusia sekitar 10.000 tahun sebelum masehi juga menjadi salah satu keunikan alam "Benua Etam". Gugusan karst raksasa itu juga menjadi salah satu habitat penting orang utan (Pongo pygmaeus).
Sejatinya "Karst" Sangkulirang-Mangkalihat yang membentang di Kabupaten Berau dan Kutai Timur itu bak lukisan alam yang memiliki sejuta keindahan dan keunikan yang sulit ditemukan di daerah lain.
Di bagian lain bisa ditemukan goa sungai dengan lorong panjang dengan bentukan ornamen-ornamen unik seperti "gourdam" (salah satu ornamen goa) dan beberapa stalagtit dan stalagmit serta "flowstone" (ornamen goa yang seperti air terjun yang mengalir di dinding goa) yang memancarkan kristal kalsit.
Tak hanya itu sebagian karst raksasa ini juga merupakan sumber air dari lima sungai utama yang mengalir ke daerah wilayah Karangan, Sangkulirang, Bengalon, Tabalar, Kelay dan Wahau. Sungai-sungai itu menjadi sumber kehidupan utama bagi masyarakat yang bermukim disekitar kawasan tersebut.
Karst Sangkulirang-Mangkalihat juga menjadi kawasan yang mempunyai potensi penyerapan karbon tinggi, karena selain penyerapan karbon oleh vegetasi di perbukitan itu dalam proses karsifikasi juga terdapat penyerapan karbon.
"Karst" adalah sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping.
Pemerhati Lingkungan Hidup dan Sosial Kaltim, Niel Makinuddin beberapa waktu lalu menjelaskan kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat yang terbentang di dua kabupaten, Berau dan Kutai Timur merupakan gugusan karst raksasa di pulau Kalimantan yang banyak menyimpan potensi.
Ia menyebutkan diantaranya, sumber daya alam yang bernilai ekonomi tinggi, seperti sarang burung walet, potensi wisata alam, hasil hutan kayu maupun nonkayu serta batuan mineral.
Gugusan karst itu juga memiliki Keanekaragaman hayati cukup tinggi, diantaranya menjadi salah satu habitat penting orangutan di Kalimantan Timur dan beberapa jenis fauna endemik lain yang hanya ditemukan kawasan itu.
Dari hasil penelitian, Karst Sangkulirang dan Mangkalihat ditemukan jejak peradaban awal manusia juga terdapat. Karena itu Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengusulkan Sangkulirang jadi warisan dunia.
Kalimantan Timur memiliki potensi besar terhadap nilai budaya di negeri ini. Provinsi ini merupakan salah satu pemilik peradaban pertama di negeri ini, termasuk kerajaan-kerajaan awal yang berdiri di "Benua Etam Kaltim"
Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kacung Marijan menuturkan penyebaran rumpun manusia purba Austronesia berawal di daerah pegunungan karst, Kecamatan Sangkulirang di Kutai Timur.
Kabupaten Kutai Timur memiliki situs cagar budaya yang punya arti penting bagi sejarah manusia. Hasil penelitian oleh peneliti asing maupun dalam negeri, diketahui bahwa Kutim memiliki situs dan benda cagar dengan berbagai rupa yang terbilang luar biasa di Sangkulirang.
Di kawasan ini terdapat gua-gua berusia sekitar 10 ribu tahun sebelum Masehi yang pernah dihuni manusia purba. Kala itu, manusia purba telah mampu membuat alat-alat dari bebatuan dan tulang serta wadah berbahan tanah liat.
Terdapat pula lukisan dinding pada 37 gua di lokasi itu. Lukisan itu antara lain berupa cap tangan, berbagai jenis binatang, dan perahu.
Menurut hasil peneltian para ahli purbakala manusia gua di pegunungan karst di Sangkulirang adalah manusia purba yang melakukan migrasi global ke wilayah selatan, timur, hingga Asia Pasifik.
Pegunungan karst di Sangkulirang diperkirakan merupakan titik awal masuknya manusia ke Indonesia. Manusia purba di gua ini memiliki kemampuan untuk membuat gerabah, serta tulisan tangan yang terdapat di gua.
"Kondisi ini menjadikan Sangkulirang berbeda dengan pegunungan karst di wilayah Indonesia lain. Pegunungan karst di Sangkulirang memiliki kebudayaan yang sangat tua. Bisa dilihat Sangkulirang juga luar biasa," ujar ucap Kacung Marijan.
Kondisi ini menunjukkan potensi peradaban di Sangkulirang perlu terus digali. Perlu pula dilakukan konservasi, berikut pengembangan dalam pemanfaatan cagar budaya tersebut.
Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangat mendukung dan ikut sebagai pengusul Sangkulirang jadi warisan dunia.
Harapan Ditjen Kabudayaan itu agaknya gayung bersambut dengan kebidajakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang juga menginginkan Karst Sangkulirang-Mangkalihat itu diusulkan menjadi warisan budaya dan alam dunia atau "Cultural and Natural World Heriatage".
Kalitim Usulkan
Pemeritah Kalimantan Timur mengusulkan kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat sebagai warisan budaya dan alam dunia atau yang telah dirintis dan dimulai perencanaannya sejak 2013.
"Salah satu kegiatan yang senantiasa saya pantau adalah upaya untuk mengangkat dan mengusulkan kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat sebagai warisan budaya dan alam dunia yang telah dirintis dan dimulai perencanaannya sejak 2013," kata Wakil Gubernur Kalimantan Timur HM Mukmin Faisyal.
Ia mengatakan pada 2014 Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Wilayah Kalimantan di Samarinda telah menyelesaikan penyusunan daftar sementara (tentative list) kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat sebagai syarat pengajuan untuk world heritage.
Menurut dia, ini merupakan bagian dari upaya mengangkat salah satu kekayaan alam dan budaya Sangkulirang-Mangkalihat sebagai warisan dunia.
"Karst Sangkulirang-Mangkalihat merupakan kawasan alam yang mempunyai nilai penting bagi kehidupan masyarakat sekitar maupun seluruh Kalimantan, bahkan dunia karena kawasan tersebut menjadi salah satu faktor penunjang Kalimantan sebagai paru-paru dunia," ujarnya.
Pemprov Kalimantan Timur memberikan apresiasibaik kepada BPCB Wilayah Kalimantan di Samarinda, karena telah aktif dan menjadi motivator dalam upaya-upaya pelestarian cagar budaya di Kalimantan, khususnya di Kalimantan Timur.
Selain itu Pemprov Kalimantan Timur bersama pemerintah Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau telah melakukan berbagai upaya pelestarian dan pengelolaan kawasan tersebut, diantaranya membentuk Forum Pengelolaan berdasarkan Keputusan Gubernur Kaltim Nomor 660/K.833-/2011, tertanggal 22 Desember 2011.
Selain itu Pemprov Kalimantan Timur juga telah menerbitkan Peraturan Gubernur Kaltim Nomor 67 tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Karst Sangkulirang-Mangkalihat di Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau. Pengusulan Penetapan Hutan Desa seluas 11.000 hektare yang berada dalam lokasi bentang alam karst Desa Merabu Kecamatan Kelay Kabupaten Berau. Usulan tersebut telah diterima Kementerian Kehutanan dengan menetapkan Hutan Desa melalui SK Hutan Desa Nomor 28/Menhut-H/2014, tertanggal 4 Maret 2014. Pemprov Kalimantan Timur juga telah melaksanakan penyusunan Atlas Karst Sangkulirang-Mangkalihat Kabupaten Berau-Kutai Timur.
Selain itu, menurut Mukmin, juga dilakukan survei identifikasi kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat yang bernilai penting terhadap ekologi, sosial budaya dan keanekaragaman hayati.
Selain itu mendorong pembentukan kelembagaan pengelola karst di tingkat desa, trmasuk menginisiasi pengelolaan kawasan karst lintas Kabupaten Berau-Kutai Timur, melalui penandatanganan kesepakatan antara Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kaltim dan BLH Kabupaten Berau serta Kutai Timur.
Kesepakatan tersebut, kata dia, mengenai kerja sama dalam program perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kawasan karst lintas wilayah administrasi Kabupaten Berau dan Kutai Timur.
"Kita juga telah mengusulkan kawasan bentang alam karst yang terletak di Kecamatan Karangan dan Kecamatan Sandaran dalam Raperda RTRW Kabupaten Kutai Timur periode 2013-2032 menjadi Kawasan Lindung Geologi," katanya.
Mukmin menilai kehadiran Kantor BPCB Wilayah Kerja Kalimantan di Samarinda yang merupakan kepanjangan tangan dari Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, diharapkan meningkatkan sinergisitas antara pusat dan daerah dalam pelestarian dan pengelolaan sumberdaya budaya dan alam terhadap kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat.
Bentang alam, karst raksasa Sangkulirang-Mangkalihat bukan tidak mungkin ke depan akan menjadi warisan dunia satu-satunya di Kalimantan untuk warisan alam dan budaya. Sungguh suatu kebanggaan apabila keinginan tersebut dapat tercapai, tidak saja bagi masyarakat Kalimantan, tetapi juga bagi masyarakat Indonesia secara keseluruhan. (*)
Editor: Masnun
COPYRIGHT © 2014
COPYRIGHT © 2014
Sumber:
http://www.antarakaltim.com/berita/20228/karst-sangkulirang-mengkalihat-menuju-situs-warisan-dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar