Misteri Tapak Purba Persaudaraan Dayak Kuno-Aborijin ?
Samarinda (ANTARAKaltim) - Jejak berbagai lukisan purba pada dinding goa di pedalaman Bumi Kalimantan tersimpan selama puluhan ribu tahun dan belum lama ini ditemukan.Menariknya, usia dan motif lukisan purba, antara lain tapak tangan, rusa dan babi itu sama dengan yang ada pada goa yang tersebar di dataran Australia, yakni sekitar 10.000 tahun.
Apakah Dayak Purba memang masih bersaudara dengan suku asli Australia, Aborijin masih menjadi misteri, ataukah dulunya bumi Borneo memang satu daratan dengan Asutralia sehingga mereka mengembara kesana?
Meskipun sudah ada penelitian pendahuluan namun sampai kini keberadaan berbagai lukisan serta benda purbakala di goa-goa itu masih menjadi sebuah misteri yang sangat menarik untuk dikunjungi.
Salah satu satu goa purba yang paling mudah dijangkau, yakni yang dekat dengan jalan raya, Lintas Kalimantan di Kaltim pada poros utara, Sangkulirang-Muara Wahau atau sekitar 80 Km dari Ibukota Kabupaten Kutai Timur, Sangatta.
Menjangkau kawasan itu dari Samarida, Ibukota Provinsi Kaltim butuh biaya cukup mahal yang bisa mencapai satu juta rupiah apabila menggunakan mobil carteran karena berjarak sekitar 225 Km arah utara Samarinda dengan kondisi jalan banyak rusak.
Begitu memasuki goa yang tidak jauh dari ruas jalan utama Sangkulirang-Muara Wahau maka terlihat pemandangan yang menakjubkan saat melihat ornamen stalagtit dan stalagmit yang terjadi akibat proses alam selama ribuan tahun.
Proses alam melahirkan bentuk stalagtit dan stalagmit sangat indah, misalnya berbentuk sedotan limun (sodastraw stalagtite), mangkuk (canulite), kristal bercahaya (gaudam), lempengan transparan tipis (cave craft), dan bentuk taji ayam.
Saat mengamati pada dinding goa akan terlihat sebuah lukisan bukan karena proses alam namun jelas karena karya manusia purba yang sudah bisa menampilkan gambar tapak tangan, binatang dan manusia dengan warna-warni didominasi merah dan coklat.
Keunikan lukisan di dinding goa itu mungkin tidak begitu menarik apabila Tim Ekspedisi Perancis yang bekerjasama dengan perusahaan Migas (Minyak Bumi dan Gas Alam), TotalFinaElf (sebagian beroperasi di wilayah Kutai Timur) berhasil mengungkapkan sebuah misteri mengenai usia dan motif lukisan tersebut.
Perusahaan multinasional dari Perancis itu sejak 1993 telah mengeluarkan dana jutaan dolar AS untuk menjadi sponsor untuk mengungkapkan misteri lukisan kuno itu.
Tim pada 2001 kembali melakukan penelitian sepanjang 10 km lereng bagian barat Gunung Marang, antara Gua Tewet dan Gua Lungun, dan menemukan sekitar 20 gua yang menjadi tempat penyimpan benda-benda arkeologi.
Hasil penelitian lebih lanjut mengungkapkan hal mengejutkan karena ternyata motif, usia lukisan dan bahan untuk melukis ternyata sama dengan yang ditemukan di Australia oleh Suku Aborijin, yakni sekitar 10.000 tahun silam.
Timbul pertanyaan lain dari kenyataan itu, apakah Dayak Kuno yang mengembara jauh sampai ke Negeri Kanguru atau kaum Aborijin yang "merantau" hingga ke "Heart of Borneo". Apakah berjalan kaki atau menggunakan perahu ? itu pertanyaan lain yang belum terungkap.
Masih Ribuan
Dari hasil pengkajian Tim Survey Perancis itu memperkirakan bahwa kawasan hutan di Kaltim masih menyisakan ribuan lokasi bersejarah yang sangat penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian, termasuk goa-goa kuno yang diperkirakan pernah menjadi tempat manusia purba untuk bermukim.
Selain tempat bermukim, goa-goa di jatuh hutan Kalimantan itu juga diperkirakan menjadi tempat pemakaman karena ditemukan banyak tengkorak manusia. Selain gua yang di dalamnya terdapat lukisan purba, pada gua lain ditemukan benda cagar budaya berupa keramik tanah liat.
Dari sekitar 1.000 goa yang diinventisir tersebut ditemukan sedikitnya 20 goa yang dihiasi oleh lukisan indah dari tanah liat yang sama usianya dengan yang ditemukan di Australia oleh kaum Aborijin.
Usia lukisan yang sangat tua terungkap dari catatan pada deposit calcite (karbon kalsium) yang berumur lebih dari 10.000 tahun.
Tim Survey Perancis menilai bahwa dengan penemuan itu maka masyarakat ilmiah internasional mempunyai minat yang berbeda terhadap Borneo dalam kawasan India-Pasifik.
Penemuan itu menyebabkan Borneo yang terletak antara Asia dan Oceania menempati tempat yang menentukan dalam kronologi pemukiman manusia sejak ribuan tahun.
Pemerintah Kabupaten Kutai Timur sudah menetapkan kawasan itu sebagai situs bersejarah yang dilindungi namun karena beberapa lokasi goa cukup jauh di pedalaman, maka cukup sulit untuk mengawasinya.
Lokasi yang jauh di pedalaman di satu sisi menguntungkan karena tidak mudah dijamah oleh pengunjung yang suka iseng mencoret-coret goa, namun di lain sisi merugikan dalam upaya pelestarian, khususnya mengamankan situs bersejarah itu.
Misalnya, ada lokasi yang harus dijangkau setelah beberapa kali pindah alat transportasi, mulai dari mobil angkutan umum, menggunakan kapal kayu, pindah perahu cepat (speed boat), pindah lagi dengan menumpang mobil perusahaan dan harus berjalan kaki sehingga butuh waktu 10 jam menjangkaunya.
Letak yang jauh terpencil itu menyebabkan butuh biaya besar bagi Tim Survei Perancis untuk melakukan penelitian karena sebagian lokasi harus dijangkau dengan menggunakan pesawat helikopter.
Awang Faroek Ishak ketika masih Bupati Kutai Timur bertekad membangun sebuah museum di Sangatta yang menyimpan benda-benda kuno dan replika dari goa purba di pedalaman kawasan itu.
"Peninggalan purba ini bukan hanya milik Kutai Timur atau Kalimantan Timur namun merupakan warisan dunia karena bisa mengungkapkan tentang misteri migrasi manusia purba di Bumi Borneo dan Australia," imbuh Awang.
Pernyataan Awang itu didukung hasil penelitian Tim Survei Perancis menemukan bahwa selain gua yang berisikan gambar purba juga terdapat gua yang usianya lebih tua yang diperkirakan sudah ada ketika daratan Borneo masih bersatu dengan Asia.
Bersamaan dengan terus meningkatkan aktifitas pembukaan hutan dan lahan, serta perburuan kayu gaharu dan sarang burung menyebabkan kawasan yang menjadi "tabir" untuk mengungkapkan misteri migrasi manusia purba itu juga akan terancam.
Meskipun menjangkau kawasan itu butuh biaya tidak sedikit, namun bagi wisatawan yang berhasil melihat peninggalan purba tersebut merupakan sebuah keberuntungan karena berhasil melihat sebuah karya manusia yang hidup 10.000 tahun silam dengan
Sumber:
http://kaltim.antaranews.com/print/2924/misteri-tapak-purba-persaudaraan-dayak-kuno-aborijin-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar