Jika membaca judul postingan diatas saya harap jangan ada yang tersinggung dulu karena "mental buruk" diatas tidak dipukul rata terhadap semua pengusaha lokal. Ini hanya sebuah ulasan tentang kejadian yang saya alami yang harapannya bisa diambil pelajaran bagi siapa saja baik itu pelaku usaha ataupun konsumen, agar kedepan tidak terjadi hal yang seperti ini.
Kisah tukang pigura
Tanpa perlu saya sebutkan lokasi ataupun siapa oknum yang bersangkutan akan saya tuliskan pengalaman tidak menyenangkan yang saya alami akibat dari tingkah laku si tukang pigura. Tapi jika ada yang ingin bertanya secara privat saya layani.
Hari senin saya menyerahkan lukisan yang akan saya pasangkan pigura di salah satu tukang pigura dikota Solo. Setelah diukur dan kesepakatan model serta harga saya membayar DP sebesar 50.000 dari total biaya 87.500 dan dia berjanji pesanan saya bisa diambil pada hari kamis sore, awalnya saya komplain kenapa lama sekali tapi karena dia beralasan stok bahan sedang habis jadi dia harus mengupayakan terlebih dahulu dan agak memundurkan hari agar pas diambil memang sudah jadi. Ya sudahlah...
Hari kamis sore, tepat seperti yang ia janjikan saya mendatangi pesanan saya. Benar-benar saya sorekan menjelang dia tutup, eh ternyata belum jadi. Dengan alasan yang masih sama, kayunya masih dicarikan. Lah, dari kemaren ngapain? Akhirnya diundur hari rabu. Gilaaa...Pasang pigura lukisan ukuran 1 meter saja 2 minggu. Nomer hape yang bisa dihubungi tidak ada, niat buka usaha gak sih. Okelah, kalo sampe hari rabu masih berkilah saya ambil paksa uang DP dan lukisan saya.
Pelajaran:
Ingat, hati-hati dengan konsumen yang kecewa. Jika setelah dikecewakan oleh pelaku usaha dan konsumen tidak mendapatkan kompensasi, minimal minta maaf yang tulus karena benar-benar belum bisa maka jangan harap konsumen akan kembali. Dan ia akan menceritakan kejelekan usaha tersebut kepada orang banyak.
Kisah kedua, tukang tambal ban
Ini adalah murni tukang "malak"
Sore hari saya hendak ke pasar palur melewati Jurug bersama 2 orang teman yang berboncengan, karena merasa ban depan motor teman saya agak gembos maka berinisiatif berhenti di tukang tambal ban ini untuk tambah angin. (Perhatikan akal busuk tukang ini)
- Modus pertama:
Dia langsung mengatakan, wah ini bocor ini ditambal saja. Awalnya saya tidak begitu memperhatikan akal busuk ini tukang, ya sudah akhirnya motor teman saya ditambal dan saya yang menunggu sedangkan motor saya dibawa kepasar. Sambil menunggu ban dicongkel saya melihat ke kanan kiri ternyata tempat ini juga dipake nongkrong beberapa orang yang saya gak tau ini orang pengangguran atau gelandangan atau apa.
- Modus kedua:
Setelah ban dalam dikeluarkan maka tempat bekas tambalan yang pernah ada di ban ini disobek (tanpa sepengetahuan saya). Saya bukan berprasangka buruk, tapi logikanya mana mungkin ban sobek sepanjang ruas jari kelingking masih bisa dikendarai dengan angin setengah, belum kempes habis. Niatnya tadi saya mau nodong, "bocore dimana pak?" tapi ternyata dia duluan yang manggil saya menunjukkan bekas sobekan yang dia buat. Akhirnya saya marah-marah, loh gak mungkin kok kayak gitu!!!
Tukang ini juga ngotot, lha ini kenyataane segini...ini udah gak bisa ditambal, ganti saja pake ban bekas (sambil menawarkan ban bekas koleksinya) ini tinggal pasang!!! cuma 10.000. Dan parahnya lagi orang nongkrong tadi membelanya...Astaghfirulloh, karena kelepasan tak doakan ini orang ketabrak mobil di lokasi ini juga. Dengan berat hati saya keluarkan juga uang 10.000 demi ban bekas yang ia tawarkan.
Pelajaran:
Bukan tidak mungkin doa saya dikabulkan, jadi hati-hati saja dengan orang yang kamu aniaya.
Tips untuk yang belum pernah mengalami:
Jika ada yang mencurigakan maka pastikan benar-benar diawasi didepan mukanya ketika memeriksa kebocoran agar jangan sampai ada kesempatan untuk menyobek ban seperti yang terjadi diatas.
Saya tahu, banyak orang yang sangat jujur dan baik hati dalam menjalankan profesi ini. Tapi memang terkadang ada juga orang-orang kurang ajar seperti ini. Untuk itu waspada adalah lebih baik. Dimanapun kapanpun...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar