Selasa, 06 September 2011

KAWASAN TNGC TERBAKAR



kebakaran hutan merupakan salah satu gangguan yang kerap terjadi setiap tahun di kawasan hutan Gunung Ciremai khususnya pada puncak musim kemarau pada lokasi-lokasi rawan kebakaran yaitu Di Kabupaten Kuningan kebakaran hutan biasa terjadi di Kecamatan Pasawahan terutama di wilayah Desa Pasawahan dan Padabeunghar. Di Kecamatan Mandirancan terjadi di Desa Seda dan Trijaya serta di Kecamatan Cilimus terjadi di wilayah Desa Setianegara. Sedangkan di Kabupaten Majalengka kejadian kebakaran biasa terjadi di Kecamatan Sindangwangi terutama di Desa Padaherang dan Desa Bantaragung. sebagai antisipasi pecegahan kebakaran hutan, Balai TNGC mengupayakan kegiatan pengendalian berupa pencegahan kebakaran hutan melalui kegiatan patroli pencegahan kebakaran, pembuatan sekat bakar, hingga posko siaga.

namun berdasarkan evaluasi, pelaksanaan kegiatan pencegahan belum dapat mencapai output yang diinginkan karena faktor koordinasi, komunikasi, dan efektivitas pengendalian kebakaran masih sangat lemah di tingkat lapangan. selain itu efektifitas penjagaan oleh regu pengendali masih sangat kurang sehingga oknum2 tertentu yang diindikasikan sebagai sumber terjadinya kebakaran hutan masih dapat berkeliaran. tahun 2010 kebakaran hutan dapat dikendalikan akibat musim penghujan yang panjang, sedangkan tahun 2011 diprediksi menjadi musim kemarau panjang.

untuk itu, Balai TNGC mengerahkan seluruh tenaga baik petugas maupun regu patroli masyarakat untuk melakukan patroli pencegahan dengan melakukan penjagaan pada titik2/lokasi rawan kebakaran. sampai dengan Bulan September 2011, kawasan TNGC telah terjadi 4 kali kebakaran yaitu pada tanggal 8 Agustus 2011 pukul 18.40 - 21.55, 9 Agustus 2011 pukul 16.30-18.40, 24 Agustus 2011 pukul 17.00 s.d 22.00 dan tanggal 2-4 September 2011. Tanggal 8 dan 9 Agustus 2011, kebakaran hutan tidak dapat dihindarkan di blok Cirendang. luasan areal kebakaran hutan tidak terlalu luas karena antisipasi cepat dari regu patroli masyarakat yaitu 5,33 ha. pada tanggal 24 Agustus 2011 terjadi di blok Batu Saeng seluas 9.77 ha dan tanggal 2 September 2011 terjadi di blok lambosir dan simpang angin (22,6 ha) dan blok batuluhur dan telaga remis (90 ha).

hasil identifikasi ini akan dievaluasi untuk memperketat penjagaan kawasan TNGC dari oknum2 yang sengaja membakar baik dengan alasan apapun. apabila tertangkap maka sanksinya sesuai dengan UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan Pasal 50 ayat (3) huruf d, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta rupiah).

*) Nisa Syachera F, S. Hut
Calon Penyuluh Kehutanan

Senin, 05 September 2011

SOLO TOURING # 5 (SOLO-KETEP-KOPENG-BANDUNGAN)



Start

Sebenarnya ini bukanlah ritual rutin tahunan, hanya saja terasa ada yang kurang jika libur lebaran sudah mau habis dan belum menemukan spot atau track baru untuk menambah referensi. Jika tahun lalu saya melakukan ritual ini ke selatan, maka tahun ini gantian ke utara. Untuk liputan waktu ke selatan tahun lalu bisa dilihat Solo Touring 3 Pantai.

Ini sebenarnya bukan rute baru yang masih benar-benar fresh, karena sebagian lokasi sudah pernah saya jelajahi walaupun saat itu tanpa membawa kamera (sebuah jalan-jalan yang cukup tragis, tidak ada foto) hanya saja kali ini saya mengambil rute dari arah berlawanan dari Touring Kopeng kemaren. Tujuan mengambil rute dari arah yang sebaliknya adalah daerah Selo-Ketep merupakan rute yang sangat asik untuk riding, sehingga sayang jika melewati lokasi ini sudah siang banget maka seringnya dapet kabut atau panas atau ya banyak kemungkinan yang pastinya udara serta pemandangan lebih bagus jika dipagi hari. Tujuan yang lain adalah mencoba jalur tembus Kopeng-Bandungan, yang kemaren sih sempet ada temen yang ngomporin kalo jalur tembus ini viewnya bagus dengan dominasi hutan bambu yang gelap dan lumayan adem. Tapi perkiraan saya yang hutan bambu itu malah jalur tembus Ketep-Kopeng yang kemaren pernah saya jelajahi pas gak bawa kamera.

Start (Indomaret Colomadu) 08.13
Lucu sebenarnya, karena ketika hari minggu pagi seperti ini sebenarnya masih bingung pingin jalan-jalan kemana sehingga setelah mengantar adik ke Mangkunegaran saya masih muter-muter kota Solo belum bisa memastikan tujuannya kemana. Tetapi niat untuk jalan-jalan sudah ada, sudah pake jaket, sepatu boot, helm full face, siap kamera, peta Jawa Tengah, dan yang lain-lainnya. Akhirnya setelah berputar-putar saya mantapkan pilihan untuk jalan ke arah Ketep Pass, sehingga yang pertama dilakukan adalah mampir mini market terdekat dengan lokasi saat itu untuk membeli minuman isotonik (logistik wajib untuk jalan-jalan, terutama saat cuaca panas). Setelah membeli minuman langsung berangat melalui jalur Asrama AURI di Colomadu tembus ke Jalan Raya Boyolali.
Jalanan Boyolali - Semarang sepi amat yah..
Disambut suasana lengang sepanjang jalan, karena berdasarkan laporan di berita bahwa puncaknya arus balik adalah hari sabtu kemaren, bukan hari minggu ini. So, geber motor sekencang-kencangnya dijalan ini...maksimal 100 kpj saja, kasian motornya juga cuma 100cc. Lanjut jalur arah Semarang memang cukup lancar, tapi tidak tahu jika sudah menjelang Salatiga. Karena tujuannya adalah Ketep maka lewatnya adalah Selo, dari jalan raya sudah masuk ke jalan yang lebih kecil. Jelas lebih sepi dan sebentar lagi lebih dingin tentunya. Yupp, dari Selo makin naik maka udara makin bersih, langit makin cerah, suasana makin sejuk dan yang pasti pemandangan bagus banyak sekali. Sejenak berhenti untuk sekedar minum dan mengambil foto di tempat yang dapet view cantik adalah wajib. Sayang, kamera tidak bisa menangkap semua detil yang bisa dilihat oleh mata, jadi seadanya saja yang penting lokasi ini layak dijajal rutenya untuk jalan-jalan ketika pagi hari dengan suasana cerah seperti ini.
Nice view 1
Nice view 2

Jalane halus banget, sepi lagi...
Satu hal lagi yang membuat rute ini menarik untuk dipake jalan-jalan, aspalnya udah halus booo. Terakhir lewat jalur ini aspalnya banyak yang mengelupas, hampir-hampir tidak menemui jalanan yang halus mulus sepanjang 500m saja. Tapi sekarang, jangan tanya...riding sambil merem-merem pun bisa, asal jangan nabrak. Jadi bisa disimpulkan bahwa secara umum untuk kualitas aspal dari Selo ke arah Ketep Pass 90% bagus. Dan untuk tikungan dan tanjakan juga tidak terlalu ekstrim, asal tidak ngebut dan tetap fokus hampir tiap orang yang bisa naek motor juga bisa melewati rute ini.


Ketep Pass 09.44 (60km dari Solo)

Saya fotoin motor
Motor fotoin saya
Dengan kecepatan rata-rata 60 kpj dan beberapa kali berhenti untuk ambil gambar saya bisa sampai lokasi ini 90 menit saja. Cukup singkat dan belum melelahkan karena udara dingin menjadikan tubuh lebih tahan lama berkendara daripada kepanasan. Rupanya disini masih banyak juga orang yang piknik untuk sekedar jalan-jalan, makan-makan, nonton Puncak Panca Arga (5 gunung) atau yang lainnya...maka saya malas untuk berhenti didekat lokasi wisatanya. Menjauh ke arah atas agar dapet jalan yang lebih sepi dan bisa nongkrong sejenak melihat langit dan hamparan lahan yang sebagian tertutup kabut tipis-tipis. Wihh, manteb lagi kalo ada kopi panas sebenernya, tapi lain waktu sajalah...

Lanjut lagi ke arah Kopeng, dari sini saya mulai menyiapkan kamera karena kalo tidak salah jalur tembus dari Ketep-Kopeng terdapat beberapa lokasi yang cukup menarik untuk dinikmati pemandangannya. Ya, hutan pinus dan hutan bambu yang cukup rimbun menambah suasana makin sejuk sayang hutan bambunya belum terfoto karena lalulintas cukup ramai dan jalanan disini sudah makin jelek saja aspalnya.
Jalan tembus yang ajiiiib
Numpang narsis

Kopeng
Hampir sama keadaanya dengan ketika saya lewat dahulu, disini tidak terlalu banyak spot yang menarik seperti Selo-Ketep namun disini saya hanya pingin jalan-jalan dan mengenal rute saja jadi tidak masalah viewnya biasa-biasa saja. Disini saya tidak berhenti lama karena hanya berhenti untuk njepret beberapa kali dan isi bensin eceran 1 botol sambil bertanya kepada penduduk jalur tembus dari Kopeng-Bandungan. Dan ternyata memang ada, but I like this description...
Saya: Mas, mo tanya...kalo dari sini tu ada jalan tembus Kopeng-Bandungan ya?
Masnya: Oh, ada mas...dari sini turun terus sampe ada Kampus di kanan jalan, turun 100m lagi ntar ada pertigaan yang ada pos ojeknya. Dari situ ambil kiri terus nanti udah tembus Ambarawa trus Bandungan.
Saya: Makasih mas...
(Sebuah deskripsi singkat yang ternyata hanya membuat saya senang beberapa saat sebelum benar-benar mencobanya)
Ini jalur tembus (difoto dari bawah karena kebablasan)


Mencari Jalur Tembusan (Kopeng-Bandungan)
Setelah menemukan pertigaan yang dimaksud maka saya langsung lanjut mencari apakah masih ada hawa dingin disini karena makin turun dari Kopeng saya makin kepanasan dengan jaket yang berat ini. Tapi ternyata tidak makin adem tetapi makin panas, ditambah lagi jalur tembus ini punya seabreg pertigaan yang membuat saya harus bertanya 7kali ditempat yang berbeda agar bisa sampai ke Bandungan. 

Ini jalan kok makin panas ya
5km menjelang Bandungan ngecer bensin 1 botol lagi, membenahi jala diatas braket, membuka beberapa resleting jaket agar angin bisa masuk mendinginkan badan (takut kepanasen overheat lalu pingsan dijalan) akhirnya tiba di Bandungan pas terdengan adzan dzuhur. Lokasi pertama yang saya cari mini market lagi, beli bateray untuk kamera sambil ngadem sejenak dan ngobrol-ngobrol dengan satu keluarga (Bapak, Ibu, 1 anak yang mudik ke Bandungan) si Bapak juga pusing kepanasan, waktu tak tanyai ternyata lewat jalur jalan gedhe semua. Dari Purwodadi > Solo > Boyolali > Salatiga > Bandungan...oh tidak, aku sudah pusing membayangkan panas dan pegelnya karena mereka naik Mio sambil membawa bawaan yang banyak.

Alfamart Bandungan
Perkap jelajah






Ngadem di Masjid yang belom selesai dibangun daerah Bandungan 12.09 
(110km dari Solo)

Sendirian
Ini kali pertama dalam perjalanan saya bisa tidur rebahan dengan nyaman dilantai keramik yang adem. Wisss...nikmat abis. Setelah sholat dzuhur dijamak ashar lanjut tiduran lagi sambil ngademin mesin. Lokasi Masjid ini diatas komplek Villa dan penginapan-penginapan kecil lainnya di daerah Bandungan.
Salah satu view disini


























Back to Solo
Karena tujuannya bukan berwisata tapi sekedar jalan-jalan ditempat yang baru maka Masjid ini jadi titik terjauh perjalanan kali ini, setelah ini persiapan kembali ke Solo karena sore nanti sudah ada agenda yang harus diselesaikan. Perjalanan pulang saya lewat jalur utama lalu lintas mudik 2011, tanpa perlu buka peta lagi tiap ada tulisan arah Solo saya ngikut saja. Perjalanan kembali tidak seseru berangkat tadi, karena namanya jalan raya sudah bisa dipastikan isinya keramaian dan cuaca yang panas jadi sejak awal fisik dan hati disiapkan agar bisa happy dan enjoy dengan 2 hal itu. Pun begitu tetap saja ada hal-hal lucu, menyedihkan, luar biasa dsb. Ada sebuah mobil dengan merek TERIOS tapi tulisane diotak-atik sama yang punya jadi EROTIS.WAkakakakak (Ini mobil fotonya ada dibawah)
Mobil "EROTIS" eh salah, TERIOS
Ada juga 1 kecelakaan yang cukup serem juga, 1 buah Vario Techno dinaiki Bapak sama Ibu dan dengan barang bawaan yang seabreg khas orang mudik jatuh ditengah jalan dalam kondisi pas rame-ramenya, untung semua mobil dari 2 arah bisa segera mengendalikan dan beberapa orang warga setempat segera menolong (untuk yang ini belom sempet ngambil gambar)

Finish 14.59 (km 200 sejak keberangkatan tadi)
Alhamdulillah, akhirnya sampai dirumah dengan selamat tak kurang suatu apapun dengan total biaya yang saya keluarkan:
Bensin          : 20.000
Pocari Sweat :  6.100
Energizer      : 10.500
TOTAL
Rp 36.600
Finish @ km 200 sajah..
Mengakhiri liburan dengan sesuatu yang menyenangkan bisa membuat semangat ketika menjalani hari aktif esok pagi. Ketika yang lain pada update status bernada sedih di akhir liburan saya bisa tersenyum dan semangat untuk esok hari :D


Sabtu, 03 September 2011

JALUR ALTERNATIF SOLO-GEMOLONG (rute plupuh)

Jalur tembu ke Sangiran

Beberapa hari yang lalu sempat muncul keinginan untuk jalan-jalan mencoba rute baru mumpung liburan, kesepian dirumah karena memang tidak punya lokasi yang dituju untuk mudik, dirumah hanya berkutat dengan bersih-bersih kebon dan ngutak-atik komputer saja. Maka ketika hari ini diajak untuk silaturahim ke saudara yang ada di Gemolong langsung siapp berangkat.

Memilih berangkat pagi-pagi pukul 06.30 agar tidak terjebak macet dan menghindari panasnya jalanan Solo yang panasnya minta ampun ketika siang hari adalah pilihan yang tepat. Segera motor disiapkan dan melakukan SOP check up motor, mengecek tekanan ban, rem, memanaskan motor, lalu menyiapkan segala sesuatu yang sekiranya diperlukan dalam perjalanan diantaranya:

Pompa portable
PPPK
Toolkit standart motor
Jaring 
Botol minum
Jaket
Helm
Sarung tangan
Sepatu boot
Kamera saku
Uang+surat-surat
Dll


Perjalanan mengambil jalur standart dengan rute Joglo > Kalioso > Gemolong adalah jalur standart yang sudah biasa ditempuh sehingga agak malas untuk melewati jalur yang sudah biasa, lagipula harus berpayah-payah konsentrasi untuk menghindari lubang dan siap-siap digasak RELA yang ugal-ugalan. sehingga jalur alternatif melalui Plupuh dipilih dengan harapan bisa lebih santai dan menikmati pemandangan pedesaan yang masih terpencil.

Bismillah berangkat melalui Ring Road (Mojosongo-Palur) ke utara lurus terus, melewati daerah Pelangi, Jeruk Sawit dan sekitarnya. Melaju pelan dengan kecepatan rata-rata 50 kpj, mmmmhh...ini baru namanya jalan yang asik. Sepanjang perjalanan hanya berpapasan dengan motor penduduk dan mobil colt sayur, sehingga tidak perlu pusing-pusing berkendara bisa sambil ngobrol. Udara yang masih cukup dingin menembus jaket kulitku, walaupun matahari sudah terbit namun udara dingin masih cukup terasa.
Pas nemu jalan halus (yang njepret ikut narsis)
Masuk daerah Gondangrejo Karanganyar terpaksa harus fokus, karena ternyata mulai dari sini hingga hampir masuk Gemolong jalanan banyak yang hancur, rusak parah. Niat di awal ingin menikmati perjalanan di jalur alternatif menghindari keruwetan jalan Solo-Purwodadi gagal, karena mau tidak mau harus offroad di jalanan yang penuh kubangan dan aspal pecah. Jalanan yang sepi dan enjoy memang ada, tapi tadi sekitar 2-4 km di awal perjalanan. Namun selebihnya ya untung-untungan, kadang nemu jalan halus tapi baru beberapa km hancur lagi. Terakhir lewat jalur ini baru sekitar 2 bulan yang lalu kondisinya masih bagus, bisa dikatakan tanpa ada cacat jalan yang berpotensi membuat orang celaka. Tapi sekarang...oh tidak, nanti pulang aku tak mau lagi ambil jalur ini. Lebih baik kebut-kebutan sama bus daripada harus menghajar kubangan terus-terusan.

Km 24 terhitung dari rumah, kami tiba di lokasi saudara yang letaknya tidak jauh dari Pasar Gemolong. Acara dilanjutkan silaturahim dan ngobrol ini-itu.
Jalur tembus (Plupuh - Gemolong)
Datang membawa oleh-oleh, pulang dapet oleh-oleh juga.hehe
Walaupun tidak mengharapkan diberikan apa-apa, tapi tetap saja kalo dikasih tidak boleh menolak rezeki :D sehingga seplastik besar buah tangan harus ikut perjalanan pulang. Karena sudah tidak lagi punya box untuk merampok jajanan seperti biasa maka oleh-oleh diikat diatas braket dengan jaring yang biasanya untuk helem. Setelah itu siap hard riding pulang lewat jalur Solo-Purwodadi.

Lewat perempatan Gemolong sudah disuguhi pemandangan rutin tahunan, macet total dari perempatan hingga sekitar 2 km ke selatan, ckckckck...udahlah, satu kali ambil gambar saja seterusnya langsung tancap gas dan konsentrasi 100% full.
Perempatan Gemolong (Langgana macet tiap lebaran)

Dapet bonus oleh-oleh
Alhamdulillah, tiba dirumah lagi dengan selamat. Total jarak tempuh 45km saja namun cukup membuat lelah pikiran dengan ruwetnya jalanan. Cita-cita pingin jajal jalan nanti sajalah jika sudah hari aktif, semoga dapet lokasi yang lebih seru lagi...

Kamis, 01 September 2011

PETA MUDIK 2011 (GRATIS)

Untuk yang sudah terbiasa dengan jalur yang ditempuh ketika perjalanan mudik biasanya tidak terlalu khawatir dengan rute, misalkan karena sesuatu hal jalur yang ditempuh harus dialihkan maka tinggal cari jalur alternatif dan melanjutkan perjalanan dengan lancar. Namun bagi pemudik yang belum begitu hafal dengan jalur yang ditempuh beserta rute-rute alternatif maka peta mudik menjadi sangat penting untuk dimiliki.

Zaman sekarang jika mau memanfaatkan teknologi sebenarnya tidak perlu repot lagi karena bisa mengakses peta secara digital dengan HP ataupun perangkat lainnya yang sekarang bisa dibilang tidak begitu mahal. HP yang bisa mengakses internet dengan lancar untuk membuka google maps ataupun wikimapia harganya cukup terjangkau, bahkan ada merek tertentu yang sudah mengeluarkan edisi "navigator" untuk seri tertentu yang harganya juga rata-rata dibawah 1 jutaan. Namun karena satu atau yang lain hal peta konvensional masih juga diperlukan, entah karena HP yang dimiiki tidak bisa mengakses internet dengan lancar ataupun tidak terdapat fitur internet atau karena alasan yang lain.


Solusi yang paling sederhana sebenarnya sudah disiapkan pemerintah melalui Dinas Perhubungan yang mencetak Peta Mudik dari berbagai versi, rata-rata tiap tahun mengeluarkan. Ada juga yang bisa diakses secara online dalam resolusi yang cukup tinggi sehingga jalur-jalur yang ditampilkan cukup detil. 

Kali ini yang mau tak tulis adalah yang versi cetak seperti yang ada dibawah ini:
GRATIS

Peta Mudik 2011 versi cetak ini saya dapatkan dari Posko Mudik dan Rest Area yang disediakan oleh Dinas Perhubungan dan Posko Kepolisian di kota Solo. Sebenarnya yang saya cari adalah yang versi cetak edisi "Jawa-Bali" yang ukurannya lumayan panjang. Namun ternyata itu versi tahun lalu dan ketika saya tanyakan kepada Polisi dan Dinshub yang sedang bertugas di posko katanya tahun ini sepertinya tidak mencetak yang versi "Jawa-Bali" yang dicetak ya yang seperti diatas (versi Joglosemar;Jogja Solo Semarang) untuk area tersebut. Ada beberapa kemungkinan, bisa jadi dicetak juga namun tidak semua posko mendapatkan stok peta tersebut atau memang karena berbagi evaluasi dari tahun sebelumnya peta mudik edisi cetak dibuat sesuai dengan area, jika posko mudik di area Solo maka diberi stok peta mudik versi Joglosemar, mungkin di Surabaya versinya beda lagi sehingga biar lebih detil untuk wilayah setempat.
Halaman depan terdapat peta ringkas Solo dan Jogja























Bagian belakang ada peta Semarang + Jawa Tengah (+ Jabar n Jatim dikit)

Kalo menurut saya pribadi itu tidak menjadi masalah dicetak sesuai dengan area masing-masing, sehingga bisa lebih detil dan lengkap dengan informasi yang dibutuhkan para pemudik. Malah bisa memberikan dampak positif yang lain, dengan memberikan peta mudik (bagi yang membutuhkan) sesuai dengan area setempat maka bagi pemudik jarak jauh bisa singgah sejenak untuk beristirahat di Rest Area yang telah disediakan setelah badan kembali segar siap melanjutkan perjalanan dan bisa minta ke petugas peta mudiknya. Peta ini diberikan secara GRATIS alias TIDAK BAYAR SAMA SEKALI. 

Jika dilihat memang ini kerjasama juga antar Dinas Perhubungan dengan beberapa perusahaan, restoran, travel, persewaan mobil dan berbagai jenis usaha yang ikut beriklan di dalam peta ini. Sehingga dengan demikian menguntungkan semua pihak, pemilik usaha bisa ber iklan di dalam peta yang banyak diberikan kepada pemudik dan pemudik sendiri bisa mendapatkan peta dengan kualitas bagus, cukup bagus kalo boleh dikatakan seimbang dengan peta yang dijual di toko-toko buku. Memang tidak sedetil jika dibandingkan ketika kita membeli peta per kota atau kabupaten, namun justru yang simpel-simpel inilah yang mudah untuk dilipat dan dibawa untuk perjalanan mudik tanpa harus menambah beban barang bawaan namun sudah mencakup rute yang akurat disertai dengan info dan nomor-nomor penting yang bisa dihubungi seperti Rumah Sakit, Ambulance, dll.

So, bagi para pemudik sekalian yang sedang mudik atau sedang mempersiapkan untuk perjalanan balik jika membutuhkan Peta Mudik edisi cetak jangan sungkan untuk mampir di Posko mudik yang banyak terdapat di tempat-tempat strategis, karena peta ini diberikan secara cuma-cuma. Semoga tulisan sedikit ini bisa memberikan manfaat bagi yang memerlukan.

Selamat mudik, selamat balik, tetap safety riding dan berdoa sebelum melakukan perjalanan.