Jalur tembu ke Sangiran |
Beberapa hari yang lalu sempat muncul keinginan untuk jalan-jalan mencoba rute baru mumpung liburan, kesepian dirumah karena memang tidak punya lokasi yang dituju untuk mudik, dirumah hanya berkutat dengan bersih-bersih kebon dan ngutak-atik komputer saja. Maka ketika hari ini diajak untuk silaturahim ke saudara yang ada di Gemolong langsung siapp berangkat.
Memilih berangkat pagi-pagi pukul 06.30 agar tidak terjebak macet dan menghindari panasnya jalanan Solo yang panasnya minta ampun ketika siang hari adalah pilihan yang tepat. Segera motor disiapkan dan melakukan SOP check up motor, mengecek tekanan ban, rem, memanaskan motor, lalu menyiapkan segala sesuatu yang sekiranya diperlukan dalam perjalanan diantaranya:
PPPK
Toolkit standart motor
Jaring
Botol minum
Jaket
Helm
Sarung tangan
Sepatu boot
Kamera saku
Uang+surat-surat
Dll
Perjalanan mengambil jalur standart dengan rute Joglo > Kalioso > Gemolong adalah jalur standart yang sudah biasa ditempuh sehingga agak malas untuk melewati jalur yang sudah biasa, lagipula harus berpayah-payah konsentrasi untuk menghindari lubang dan siap-siap digasak RELA yang ugal-ugalan. sehingga jalur alternatif melalui Plupuh dipilih dengan harapan bisa lebih santai dan menikmati pemandangan pedesaan yang masih terpencil.
Bismillah berangkat melalui Ring Road (Mojosongo-Palur) ke utara lurus terus, melewati daerah Pelangi, Jeruk Sawit dan sekitarnya. Melaju pelan dengan kecepatan rata-rata 50 kpj, mmmmhh...ini baru namanya jalan yang asik. Sepanjang perjalanan hanya berpapasan dengan motor penduduk dan mobil colt sayur, sehingga tidak perlu pusing-pusing berkendara bisa sambil ngobrol. Udara yang masih cukup dingin menembus jaket kulitku, walaupun matahari sudah terbit namun udara dingin masih cukup terasa.
Pas nemu jalan halus (yang njepret ikut narsis) |
Masuk daerah Gondangrejo Karanganyar terpaksa harus fokus, karena ternyata mulai dari sini hingga hampir masuk Gemolong jalanan banyak yang hancur, rusak parah. Niat di awal ingin menikmati perjalanan di jalur alternatif menghindari keruwetan jalan Solo-Purwodadi gagal, karena mau tidak mau harus offroad di jalanan yang penuh kubangan dan aspal pecah. Jalanan yang sepi dan enjoy memang ada, tapi tadi sekitar 2-4 km di awal perjalanan. Namun selebihnya ya untung-untungan, kadang nemu jalan halus tapi baru beberapa km hancur lagi. Terakhir lewat jalur ini baru sekitar 2 bulan yang lalu kondisinya masih bagus, bisa dikatakan tanpa ada cacat jalan yang berpotensi membuat orang celaka. Tapi sekarang...oh tidak, nanti pulang aku tak mau lagi ambil jalur ini. Lebih baik kebut-kebutan sama bus daripada harus menghajar kubangan terus-terusan.
Km 24 terhitung dari rumah, kami tiba di lokasi saudara yang letaknya tidak jauh dari Pasar Gemolong. Acara dilanjutkan silaturahim dan ngobrol ini-itu.
Jalur tembus (Plupuh - Gemolong) |
Datang membawa oleh-oleh, pulang dapet oleh-oleh juga.hehe
Walaupun tidak mengharapkan diberikan apa-apa, tapi tetap saja kalo dikasih tidak boleh menolak rezeki :D sehingga seplastik besar buah tangan harus ikut perjalanan pulang. Karena sudah tidak lagi punya box untuk merampok jajanan seperti biasa maka oleh-oleh diikat diatas braket dengan jaring yang biasanya untuk helem. Setelah itu siap hard riding pulang lewat jalur Solo-Purwodadi.
Lewat perempatan Gemolong sudah disuguhi pemandangan rutin tahunan, macet total dari perempatan hingga sekitar 2 km ke selatan, ckckckck...udahlah, satu kali ambil gambar saja seterusnya langsung tancap gas dan konsentrasi 100% full.
Perempatan Gemolong (Langgana macet tiap lebaran) |
Dapet bonus oleh-oleh |
Alhamdulillah, tiba dirumah lagi dengan selamat. Total jarak tempuh 45km saja namun cukup membuat lelah pikiran dengan ruwetnya jalanan. Cita-cita pingin jajal jalan nanti sajalah jika sudah hari aktif, semoga dapet lokasi yang lebih seru lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar