Pada tanggal 10 Juni 2010 yang lalu di kantor Balai Taman Nasional Gunung Ciremai telah disepakati perjanjian kerja sama penelitian antara Balai TNGC dan Universitas Kuningan (UNIKU) dalam hal rehabilitasi kawasan dan kajian sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan TNGC untuk mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat. Kerja sama ini tentunya sangat mendukung tugas dan fungsi Balai TNGC dalam pengelolaan kawasan konservasi Gunung Ciremai yang saat ini sedang fokus dalam hal penghentian kegiatan perambahan dalam kawasan yang selanjutnya tentu perlu didukung oleh kegiatan pemberdayaan masyarakat. Adanya kajian sosial ekonomi masyarakat yang akan dilakukan oleh UNIKU tentunya akan dapat membantu dalam hal penyediaan data sosial ekonomi masyarakat sehingga kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat tepat sasaran sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar kawasan terutama kepada masyarakat bekas penggarap di dalam kawasan TNGC.
Prioritas kegiatan Balai TNGC dalam rehabilitasi kawasan diarahkan dalam upaya untuk mengurangi luasan lahan kritis yang saat ini luasannya sekitar 60% dari luasan kawasan TNGC yang totalnya seluas 15.500 ha. Luasan lahan kritis ini sebagian besar disebabkan oleh kegiatan perambahan yang membuka lahan hutan untuk kegiatan pertanian sayuran dan juga disebabkan oleh kejadian kebakaran hutan yang rutin terjadi di kawasan TNGC. Meskipun sejak tahun 2006, Balai TNGC telah melakukan kegiatan rehabilitasi kawasan melalui penanaman bibit tanaman lokal endemik tetapi hingga saat ini tingkat keberhasilannya masih belum dapat dirasakan. Adanya kerja sama penelitian dengan UNIKU ini diharapkan dapat diketahui metode dan teknik rehabilitasi yang baru yang dapat diterapkan sehingga tingkat keberhasilan RHL dapat lebih tinggi. Satu hal lainnya yang menarik dari kegiatan RHL ini adalah bahwa untuk mendukung kegiatan ini diperlukan peran serta masyarakat mulai dari pembibitan, penanaman hingga pemeliharaan. Bila dihubungkan dengan pemberdayaan masyarakat tentunya kegiatan RHL ini juga merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar kawasan TNGC.
Dilain pihak hubungan kerja sama antara BTNGC dengan Akademi Farmasi Muhamadiyah dilakukan dalam rangka pembuatan kebun koleksi tanaman obat. Untuk tahun-tahun pertama maka kegiatan kerja sama akan diarahkan pada upaya pembangunan kebun pembibitan tanaman obat yang berasal dari kawasan TNGC. Berdasarkan data yang dimiliki oleh BTNGC jumlah tanaman obat yang telah teridentifikasi berjumlah 50 jenis tanaman obat sedangkan berdasarkan data dari Akademi Farmasi Muhamadiyah jumlah tanaman obat adalah 70 jenis tanaman. Perbedaan data ini tentunya dapat lebih dikembangkan dalam kegiatan identifikasi tanaman sehingga jenis-jenis baru yang memiliki indikasi dapat berguna sebagai tanaman obat dapat diketahui dan dimanfaatkan untuk masyarakat. Apabila pembangunan kebun bibit ini dapat berjalan dengan baik maka ada peluang yang dapat dikembangkan kegiatan pembibitan tanaman obat secara komersial dengan menggandeng kerja sama dengan perusahaan obat ataupun pabrik-pabrik jamu yang membutuhkan bahan baku tanaman obat ini. Walaupun demikian terkait dengan pengelolaan kawasan konservasi, pembangunan kebun bibit tanaman obat tetap harus sesuai dengan aturan yang ada, misalnya bibit tanaman obat yang ditanam hanya diperbolehkan untuk jenis-jenis lokal Gunung Ciremai.
Harapannya dengan adanya kebun bibit tanaman obat ini tentunya dapat pula dikembangkan bersama dengan masyarakat, sehingga kebutuhan industri tanaman obat juga dapat disuplai oleh masyarakat sekitar kawasan TNGC. Bagi pihak BTNGC sendiri, adanya kerja sama ini sangat mendukung kegiatan pengelolaan TNGC sehingga bentuk-bentuk kerja sama dengan lembaga dan institusi lain juga sangat diharapkan terutama terkait dengan pengelolaan kawasan wisata dan juga pengelolaan jasa lingkungan yang ada di TNGC.
*) Oleh : Mufti Ginanjar, S.Pi, M.T, M. Sc
Pengendali Ekosistem Hutan TNGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar