Rabu, 17 Juni 2015

‘Sejenak’ Gantung Sepatu


Hidup mengajari kita untuk memilih.

Saat kecil, kita diajari untuk memilih roti, permen, camilan dan yang lainnya. Menjelang remaja kita diajari untuk memilih melanjutkan sekolah dimana. Menjelang dewasa kita diajari untuk memilih kuliah atau bekerja. Kita juga diajari memilih pekerjaan A atau B. Lalu kehidupan mengajari kita untuk memilih akan menjalani hidup berumah tangga dengan siapa. Selanjutnya masih ada pilihan kehidupan yang sangat banyak, menyodori kita pilihan-pilihan dengan segala konsekuensinya, dengan segala tawa dan tangisnya. Hidup mengajari kita untuk memilih, bahkan dengan pilihan yang tidak selalu berarti hitam atau putih, baik atau buruk, sepakat atau tidak, tapi kita tetap harus memilih.

Melanjutkan petualangan atau berhenti sejenak juga sebuah pilihan, yang tidak bisa disamakan dengan hitam atau putih, baik atau buruk, tapi tetap harus dipilih.
Aku berdoa agar tahun 2015 aku bisa menggenapkan separuh dien ku, entah caranya bagaimana masih terus diupayakan dan didoakan. Aku percaya, doa-doa yang baik akan didengarkan dan dikabulkan. Urusan kapan dikabulkan, itu kehendakNya, dan pasti ketika doa-doa itu terkabul, itu adalah waktu yang memang benar-benar sudah tepat, momen yang benar-benar tepat. Tak perlu risau dengan karunia dariNya, karena apa pun hasilnya pasti itu yang terbaik yang pantas kita dapatkan. Teramat banyak nikmat yang harus disyukuri dari pada menggerutu karena pinta belum terjawab.

Pendakian Prau yang lalu seolah memberi tanda, bahwa akan ada sesuatu hal yang berbeda setelah ini. Rerumputan yang lebih indah dari biasanya, foto-foto yang lebih indah dari biasanya, momen yang lebih indah dari biasanya, serta masih banyak hal yang lainnya, yang berbeda dari biasanya. Saat itu aku takut jika setelah itu yang terjadi selanjutnya adalah kebalikannya. Dan ternyata…
***

Kelak, apakah sepasang sepatu itu akan turun di rerumputan, batuan di pegunungan, menyusuri bibir pantai saat senja, menapaki sebuah perjalanan bersama sepasang sepatu yang lain? Yang lebih kecil ukurannya. Kemudian melanjutkan perjalanan petualangan dalam status yang jauh lebih baik. Melanjutkan petualangan-petualangan yang tertunda. Atau sepasang sepatu itu akan turun ke lantai-lantai keramik, jalanan ber paving, jalanan beraspal yang jauh dari tantangan dan petualangan untuk menemani sepasang sepatu yang lainnya? Allah pasti tahu yang terbaik untuk hambaNya.

Tapi ternyata kehidupan mengajari kita untuk memilih, bukan hanya pasrah tanpa upaya. Pilihan terbaik saat ini adalah Gantung Sepatu. Insya Allah itu yang lebih baik untuk semuanya.

Ada saat sepatu itu harus berada di tempatnya, bertahan di situ tanpa harus memaksanya untuk turun menapaki sebuah perjalanan. Namun nanti pada saatnya, sepatu itu harus turun. Aku tidak ingin sepatu itu terus berada di sana, sepatu itu harus turun.

Dia harus turun untuk menapaki perjalanan membersamai sepasang sepatu yang lainnya. Menjadi penjaga, pemberi rasa nyaman, membimbing kehidupan, menghapus kesedihan dan gelisah sepasang sepatu lain yang akan melangkah bersamanya, menapaki kehidupan yang lebih baik. Bersabar lah.


Catatan 1 Ramadan 1436 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar