Seorang pemandu wisata berjalan bersama untanya saat mendekati piramida Meroe di al-Bagrawiya, 125 mil utara Khartoum, Sudan, 16 April 2015. Pariwisata Sudan hancur oleh sanksi ekonomi terhadap negara itu dan juga karena perang saudara serta konflik di Darfur.
Situs arkeologis di Sudan bernama Sedeinga menyimpan kekayaan sejarah dari masa 2.000 tahun yang lalu. Situs tersebut memiliki sedikitnya 35 piramida kuno berukuran kecil.
Piramida-piramida itu ditemukan dalam kurun waktu 2009 sampai dengan 2012 oleh tim arkeolog yang tergabung dalam misi French Archaeological Mission to Sedeinga. Pada masa penggalian, para arkeolog terkejut melihat begitu padatnya piramida yang berada di situs tersebut.
Sebagai contoh, tahun 2011 tim menemukan 13 piramida yang dibangun pada area seluas 1.640 meter persegi atau hanya sedikit lebih besar daripada lapangan bola basket NBA.
Peneliti menduga, padatnya kompleks piramida itu disebabkan tingginya hasrat penduduk Kerajaan Kush (Kerajaan kuno di Sudan) untuk membangun piramida. Pembangunan piramida dipengaruhi oleh piramida Mesir. Pengaruh tersebut masuk setelah Kerajaan Kush membagi daerahnya dengan Mesir pada masa Kekaisaran Roma.
"Kepadatan piramida di Sedeinga sangat tinggi,” ujar Vincent Francigny, peneliti di American Museum of Natural History, New York, kepada Livescience, Rabu (6/2/2013) lalu.
"Sebab, selama ratusan tahun mereka terus membangun lebih, lebih, dan lebih banyak piramida. Dan, setelah berabad-abad, mereka mulai mengisi setiap ruang yang masih tersedia di pekuburan itu."
Pembangunan piramida terus berlangsung hingga pada satu titik dimana orang Kush kehabisan ruang untuk membangun piramida. Mereka menyadari bahwa ruang mulai penuh dan menggunakan lagi makam yang sudah dibangun sebelumnya untuk mengubur orang baru.
Peneliti mengungkapkan, ukuran piramida yang ditemukan sangat beragam. Piramida terbesar yang ditemukan berukuran hampir 7 meter. Sementara yang terkecil sepertinya digunakan untuk mengubur anak kecil, ukurannya hanya sebesar 76,2 cm
Pada saat ditemukan, puncak piramida sudah tak ada. Atap diduga rusak seiring waktu karena lokasi juga digunakan sebagai jalur iring-iringan unta.
Francigny menduga, puncak piramida mungkin dihiasi dengan batu yang bergambarkan burung atau bunga lotus di atas sebuah bola surya.
Francigny menjadi direktur penggalian dalam misi ke Sedeinga tersebut. Ia dan Claude Rilly, ketua tim peneliti, telah memublikasikan hasil temuan ini di edisi terbaru The Journal Sudan and Nubia.
Sumber:
http://u.msn.com/id-id/travel/travelinspiration/piramida-sudan-yang-terlupakan-zaman/ss-BBiKsud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar