Kamis, 12 Februari 2015

Jelajah Air Terjun Njalin Semuncar



Jelajah susur sungai memang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Namun kali ini ketika ada tawaran untuk mencobanya saya langsung sangat bersemangat, kapan lagi mencoba sesuatu yang berbeda?

Tempat ini memang belum familier, justu disinilah letak istimewanya. Bukan untuk sombong terhadap orang lain, tapi untuk lebih bersyukur menikmati keindahan ciptaan Yang Maha Kuasa dengan maksimal.

Air terjun ini tepatnya berada di lereng kaki gunung Merbabu. Daerah Ampel, Boyolali. Tidak jauh dari SMPN 3 Ampel kalau tidak salah. Saat itu lupa tidak menyimpan koordinat lokasinya. Kami berlima ke lokasi ini dengan motor berangkat hari Ahad pagi-pagi. Cuaca mendung dan memang berpotensi hujan. Agak sedikit konyol memang melakukan jelajah susur sungai di musim hujan. Tapi kapan lagi? Bismillah semoga lancar tidak ada kendala apapun.


Perlu menjadi catatan di awal, bahwa lokasi ini agak ekstrim, agak berbahaya. Jadi ini dicatat dulu ya. Bukan mau menakuti tapi agar prepare dengan baik dan tidak menyepelekan alam.

Kami tiba disambut oleh penjaga basecamp dengan ramah dan hangat. Sambutan bersahabat dari seorang pecinta lingkungan dan penduduk lokal yang sumeh (murah senyum). Untuk melakukan jelajah memang harus dibersamai seorang guide dari penjaga yang ada di basecamp. Peralatan yang disediakan di basecamp ini hanya sebuah tali saja yang nantinya akan digunakan ketika memanjat air terjun di sepanjang perjalanan. Hanya tali, tanpa harnes tanpa carabiner dan sejenisnya. Apakah aman? Insya Allah. Asal terbiasa mbolang tantangan di tempat ini tidak terlalu susah untuk dilewati.

Persiapan berangkat
Sebelum memulai perjalanan kami briefing sebentar dengan guide yang akan memandu kami sepanjang perjalanan. Niat kami ingin menggapai Semuncar, air terjun tertinggi di kawasan ini. Namun apa daya, musim hujan tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan ke sana, terlalu berbahaya. Menurut guide kami, untuk bisa kesana perlu waktu 6 jam sekali jalan. PP 12 jam, itu baru jalannya saja, belum dihitung berapa lama waktu untuk istirahat di sana. Luar biasa, hampir sama dengan naik ke Lawu, dan kali ini lebih ekstrim karena menyusuri lembah dan sungai yang kapan saja debit air bisa naik dan tebing bisa longsor. Hmmm, mulai agak sedikit menciutkan nyali.hehe. Bismillah persiapan optimal, berdoa dan berangkat.

Kali ini saya mengenakan sandal gunung dan celana panjang dengan bahan quick dry. Tujuannya agar kalau terpaksa berbasah-basahan tidak terlalu menyiksa badan. Sepatu memang lebih aman, namun ketika basah sampai ke dalam maka tidak nyaman lagi. Pastikan sandal atau sepatu yang dipakai masih ada giginya. Bawa ransel, logistik, perkap medis, cover dan pastinya jas hujan. Jangan lupa berdoa, ini alam yang agak liar. Karena walaupun hari Ahad kami tidak bertemu rombongan lain kecuali ketika perjalanan turunnya saja, ketemu satu rombongan.

Untuk urusan fotografi, jika punya kamera tahan air pergunakan, karena akan banyak interaksi dengan air apalagi ketika musim hujan. Satu lagi, jika punya lensa tambahan yang bisa wide atau fisheye bawa juga, ini akan sangat bermanfaat untuk mendokumentasikan titik sempit agar bisa ter capture dengan lebih bagus, sayang saya gak punya.



Prinsip susur sungai itu ketika ada jalan yang bisa dilewati maka lewatnya tepi sungai, tapi ketika tidak memungkinkan ya terpaksa harus nyemplung ke sungai. Hati-hati ya. Prinsip kedua, ketika ketemu air terjun ya harus didaki. Di sinilah fungsi tali dan guide. Selain menunjukkan jalan, memilihkan sudut pendakian yang aman, dan memasangkan tali ke atas pohon atau tebing. Memilih tempat mengikat itu perlu keahlian dan pengalaman agar bisa lebih tepat dan kuat.

Air mineral yang kami bawa sisa banyak, karena di tempat ini airnya cukup segar dan alami dan kami minum dari sungai ini. Bawa air mineral perlu, tapi jangan banyak-banyak karena beraaat. Logistik juga diperhatikan, jalan di air dan basah karena hujan menjadikan kita cepat lapar. Jangan terlalu berharap ada tempat nyaman, disini memang tidak ada tempat lain kecuali memang lembab, basah, karena memang susur sungai.

Start pukul 09.30an dari basecamp sampai di air terjun Njalin pukul 13.00, itu waktu kira-kira saja memang. Kami banyak berhenti di jalan untuk makan dan pasang copot jas hujan. Sekali lagi banyak tempat yang mungkin memaksa orang untuk mengatakan enggak nyaman, tapi inilah petualangan, nikmati saja.

Jalur kembali
Sama dengan jalur berangkat, ketika berangkat harus dengan menaiki air terjun maka turunnya harus dengan menuruninya. Hati-hati, karena sepenuhnya hanya bersandar pada tali yang kita pegang dan tanah batuan yang kita pijak. Tanpa helm dan pelindung lainnya, maka pastikan yang kita pijak aman sebelum melanjutkan pada pijakan selanjutnya.

Hujan dan air terjun telah berhasil membuat kami menggigigil karena pakaian basah semua, dalam kondisi seperti ini asupan makanan sangat penting agar sedikit lebih hangat di tubuh.

Tiba kembali di basecamp sekitar pukul 16.00 waktu setempat. Istirahat dan ramah tamah sejenak di lokasi. Selanjutnya berkemas untuk pulang. Sebelumnya pastikan sudah memberikan uang untuk kas di basecamp ini. Waktu itu kami berlima dipandu seorang guide kami menitipkan Rp 100.000,- atau jika mau memberikan lebih ya lebih baik tapi sebaiknya jangan dibawah itu :) biar pengembangan dan pengelolaan lokasi yang indah ini jadi makin baik kedepannya.

Selamat berpetualang. Kami masih ingin kembali untuk rute yang lain di area ini insya Allah kemarau esok.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar