Minggu, 11 Januari 2015

Malaysia Kuasai Peta Genom Orang Indonesia

Malaysia Kuasai Peta Genom Orang Indonesia

"Kami ingin menguji teori yang menyebut, Orang Asli adalah pribumi tertua di dunia".
Sabtu, 31 Desember 2011 00:34
Oleh : Arfi Bambani Amri, Amal Nur Ngazis
Rumah Gadang di Nagari Pariangan, yang diklaim negeri asal mula masyarakat Minangkabau (Antara/ Iggoy el Fitra)


VIVAnews - Peneliti dari Universitas Teknologi Mara (UiTM), Malaysia, berhasil memetakan genom orang Melayu. Chief Executive Officer Malaysian Biotech Corporation (BiotechCorp) Mohd Nazlee Kamal menyatakan peta genom ini bisa menghasilkan "sekitar RM2 miliar per tahun" atau sekitar Rp5,7 triliun per tahun.

Lompatan ilmu pengetahuan ini membuka jalan untuk pengobatan khusus atau pribadi di Asia Tenggara. Warga Malaysia merupakan komposisi yang mewakili sejumlah negara tetangganya seperti Thailand, Indonesia dan Filipina.

"Populasi etnik Melayu berjumlah sekitar 200 juta orang di Asia Tenggara -- Malaysia, Indonesia, Thailand dan Filipina. Wilayah ini terlihat sebagai sebuah pasar menguntungkan karena kondisi rakyatnya yang makin sejahtera," kata Nazlee dilansir New Strait Times.

"Genom Melayu sangat berharga untuk perusahaan obat dalam mengembangkan pengobatan yang dipersonalisasi, yang lebih efektif sehingga bisa ditargetkan untuk orang-orang yang memiliki jejak genetika yang sama." Nazlee menjelaskan, kebanyakan obat yang dikembangkan sekarang sebenarnya tidak cocok dengan populasi lokal karena didesain untuk pasar Eropa. 

Riset ini dilakukan atas tiga generasi keluarga Melayu menggunakan teknik yang sama dengan yang digunakan untuk mengidentifikasi genom orang Kaukasia dan Jepang. Proyek senilai RM150.000 ini sepenuhnya UiTM dengan menggunakan peralatan dan teknologi 
BiotechCorp sejak Juni 2010 dan selesai tujuh bulan kemudian.

Hasil penemuan ini diumumkan Deputi Perdana Menteri Malaysia, Tan Sri Muhyiddin di kampus UiTM pada Selasa 27 Desember lalu. "Penemuan ini mendorong perkembangan, khususnya bioteknologi sebagai industri berpendapatan tinggi yang potensial," kata Muhyiddin.

Dia menyampaikan, BiotechCorp, badan utama negeri itu untuk bioteknologi, telah memfasilitasi 207 perusahaan berstatus BioNexus, dengan nilai investasi RM2,118 miliar, di mana tiga persen di antaranya terdaftar di bursa saham Malaysia, Australia dan Eropa.

Sementara ketua peneliti Prof Mohd Zaki Salleh menyatakan, riset genom Melayu ini akan masuk dalam database Proyek Genom Manusia yang bisa diakses peneliti yang berminat.  Kepala Pharmacogenomics Centre itu juga mengatakan, penemuan tersebut akan membantu para ilmuwan dan peneliti mengembangkan perawatan kesehatan dan obat-obatan yang spesifik dan lebih efektif untuk penduduk  Asia Tenggara.

"Selain membantu menyediakan pengobatan yang lebih baik, pemetaan genome juga membantu para ilmuwan memperdalam pengetahuan teori migrasi dan studi populasi," kata dia.

Dia juga mengungkapkan, Menteri Pendidikan Tinggi telah menyetujui grant RM8 juta untuk penelitian lanjutan atas populasi Orang Asli, suku asli Malaysia. "Bantuan ini untuk pemetaan genome Orang Asli, termasuk membiayai penelitian di universitas negeri dan swasta," kata dia. "Kami ingin menguji teori yang menyebut, Orang Asli adalah pribumi tertua di dunia, setelah suku-suku Afrika."

Siapa Asli Malaysia?

Pemetaan genom lengkap ini merupakan lompatan jauh setelah pada April 2011 ini, sejumlah peneliti Malaysia dan China berhasil memetakan struktur genetika populasi empat etnis Melayu di Malaysia. Mereka meneliti perbandingan genotipe Melayu Kelantan, Melayu Minang, Melayu Jawa dan Melayu Bugis yang hidup di Malaysia.

Data keempat macam Melayu ini, di mana tiga di antaranya adalah keturunan Indonesia, dibandingkan dengan genotipe 11 populasi lain dari Indonesia, China, India, Afrika, dan warga asli semenanjung Malaysia yang disimpan Pan-Asian SNP Database. Hasilnya, mereka menemukan keempatnya terbagi atas tiga klaster berbeda, di mana Melayu Kelantan merupakan kelompok tersendiri.

Dalam hasil riset yang dilansir di Public Library of Science (PLoS), klaster pertama berisi Melayu Minang dan Melayu Bugis. Klaster kedua berisi Melayu Jawa yang ditemukan ternyata memiliki kedekatan dengan China. Sehingga para peneliti yang datang antara lain dari Universiti Sains Malaysia, Universiti Malaya dan Chinese Academy of Sciences ini menyimpulkan, percampuran China dengan Jawa lebih massif dibanding Melayu lainnya yang diperkirakan jauh sebelum orang Jawa bermigrasi ke Malaysia.

Di klaster ketiga, terdapat Melayu Kelantan. Para peneliti menyimpulkan, Melayu yang menempati sebelah timur semenanjung ini agak berbeda dengan Melayu lainnya. Genetika orang Kelantan ini malah ditemukan memiliki unsur India, yang menandakan nenek moyang mereka lebih dulu bercampur dengan pendatang dari sebelah barat semenanjung itu.

Temuan, salah satu Orang Asli --suku pribumi di Malaysia, ternyata ditemukan memiliki kekerabatan dekat dengan populasi Jawa. Para peneliti seperti Wan Isa Hatin, Ab Rajab Nur-Shafawati, Mohd-Khairi Zahri, Shuhua Xu, Li Jin, Soon-Guan Tan, Mohammed Rizman-Idid, dan Bin Alwi Zilfalil ini menyimpulkan, nenek moyang Temuan berasal dari Kalimantan lalu bermigrasi ke semenanjung dan Sumatera.

Sementara Orang Asli Kensui dan Jahai yang juga dikenal sebagai negrito diakui sebagai "orang asli" semenanjung sebenarnya. Variasi DNA mitokondria mereka menunjukkan kedalaman waktu 60 ribu tahun, sehingga diduga kuat mereka ini yang menempati pertama kali semenanjung Malaysia.

Riset Genom di Indonesia

Di Indonesia, penelitian soal genetika terutama dilakukan Eijkman Institute for Molecular Biology. Lembaga yang bertanggung jawab langsung pada Kementerian Riset dan Teknologi ini bergerak di enam program riset utama, salah satunya pemetaan genom manusia.

Ferza Elita, Hubungan Masyarakat Eijkman, menyatakan, lembaga ini satu-satunya yang menangani penelitian genom manusia di Indonesia. Sementara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, menurut Siti Nur Amaliati Prijono, Kepala Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, hanyalah meneliti genom hewan dan tumbuhan.

Feta, panggilan Ferza Elita, Eijkman telah mengumpulkan sampel genetika sejumlah populasi di Indonesia. Namun, Feta menyatakan, penelitian genetika di Eijkman lebih banyak untuk keperluan praktis seperti untuk identifikasi DNA dan forensik.


Sumber:
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/276165-malaysia-kuasai-peta-genom-orang-indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar