Sabtu, 31 Januari 2015

Ini Hasil Riset Arkeolog di Situs Batu Naga di Kuningan

Rabu, 24/12/2014 15:56 WIB
Ini Hasil Riset Arkeolog di Situs Batu Naga di Kuningan
Fajar Pratama - detikNews
http://images.detik.com/content/2014/12/24/10/155741_bupati3.jpg

Jakarta - Situs Batu Naga di Gunung Tilu di Kuningan, Jawa Barat akhirnya selesai di ekskavasi tim arkeolog UI. Sejak awal 2013 lalu, batu menhir dengan gambar naga ini diteliti dan hasilnya pun sudah diperoleh.
  
"Secara keseluruhan situs ini diperkirakan merupakan bangunan punden berundak," jelas Ketua Masyarakat Arkeologi Indonesia (MaRI) Ali Akbar, Rabu (24/12/2014).
  
Menurut dia, situs ini merupakan peninggalan prasejarah berupa struktur megalitik. Mega yang berarti besar dan litik yang artinya batu di situs berupa menhir atau batu tegak. 
"Tidak banyak menhir yang memiliki relief pada permukaan batunya. Menhir di Situs Batu Naga tidak hanya memiliki relief, tetapi juga terdapat gambar naga, sesuatu yang mungkin belum pernah ditemui dalam khasanah kepurbakalaan Indonesia," urai dia.
  
Hasil riset Situs Batu Naga telah diserahkan secara resmi kepada Bupati Kuningan pada 21 Desember 2014. Meskipun baru penelitian awal, namun sudah cukup banyak pengetahuan yang diperoleh. 
  
"Relief naga di situs ini berbeda dibandingkan gambar naga yang berkembang di India, Cina, maupun Eropa. Meskipun naga adalah figur yang universal, namun naga di situs ini dapat dikatakan khas Indonesia," tuturnya.
  
"Selain itu, di sekitar menhir berelief naga ditemukan struktur batu yang berbentuk persegi yang seperti bagian alas suatu bangunan. Pada salah satu sisinya ditemukan tangga naik. Pada bagian lain terdapat struktur yang menyerupai sumur dengan diamater yang cukup besar, yakni 3 meter," tutup Ali. 


http://images.detik.com/content/2014/12/24/10/155754_bupati1.jpg


http://images.detik.com/content/2014/12/24/10/155813_bupati.jpg



Sumber:

http://news.detik.com/read/2014/12/24/155640/2786837/10/ini-hasil-riset-arkeolog-di-situs-batu-naga-di-kuningan?nd771104bcj

Melacak Masyarakat Pembangun Situs Batu Naga di Kuningan


Rabu, 24/12/2014 16:38 WIB
Melacak Masyarakat Pembangun Situs Batu Naga di Kuningan
Fajar Pratama - detikNews
https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEhllRn3IcIWUG0r5Q3jWaZrdtU10YLNdWMWNa_HEVT9kWQbiyVFRdvVuCO37BDrRAioxTJbn2nYw8QZkoKxz9L90s4hdsB1e-03thvlVWdrAO86y6zy0M3WZNFuyGZV60pJ-mgY5Szzh6tH1vglnRXr8gRhOeUJzYwRVX7UVihHnQfg3zaoQJLoX_k=

Jakarta - Ada situs Batu Naga di Gunung Tilu, Kuningan, Jawa Barat. Di kawasan yang terletak di Dusun Banjaran Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana tersebut ada batu menhir bergambar naga. Dan uniknya naga itu berbeda dengan naga yang ada dalam mitologi China, Eropa, atau India.

Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) pun diundang Pemkab Kuningan untuk melakukan penelitian. Kawasan itu merupakan punden berundak. Lalun siapa pembangunnya?

"Situs yang terletak di puncak gunung tersebut berupa bangunan punden berundak yang diperkirakan berasal dari kebudayaan megalitik pada masa prasejarah. Salah satu temuan yang menonjol adalah menhir dengan relief naga," jelas Ketua MARI, Ali Akbar, Rabu (24/12/2014).

Menurut dia, kemungkinan pemukiman atau lokasi tempat tinggal masyarakat prasejarah pembangun situs itu diperkirakan terdapat di kaki gunung atau di Dusun Banjaran. 

"Umumnya bangunan pemujaan terdapat di puncak gunung, sementara tempat tinggal masyarakatnya terdapat di lokasi yang relatif datar dan umumnya di kaki gunung yang dekat dengan sungai. Oleh karena itu, penelitian kali ini mengambil tempat di Dusun Banjaran," urai Ali. 

Penelitian berupa survei permukaan akan dilakukan di sekitar halaman rumah penduduk sampai ke ladang dan sawah. Kondisi tanah di susun tersebut terlihat subur dengan hamparan sawah yang menghijau. 

"Apakah pada masa lalu juga pernah terdapat aktivitas pertanian, masih perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu," tambahnya.

Penelitian, lanjut Ali, juga dibarengi dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat Dusun Banjaran. Masyarakat diberi pengetahuan mengenai prasejarah, megalitik, menhir, berbagai pengetahuan arkeologi khususnya mengenai Situs Batu Naga. 

"Masyarakat juga dilatih dan mendapat keterampilan sehingga dapat menjadi pemandu untuk pengunjung yang ingin melihat situs. Upaya ini dilakukan agar masyarakat setempat tidak menjadi penonton, tetapi harus mendapat manfaat dengan adanya situs arkeologi di daerahnya," tutupnya.


https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEhm2-LiD-AySiqa7qV8UOpTu3KuV4sBADA5dEZiC4YvkllOrfSLggbxJD3zDrPROx6P1T76ox-54GLi3frxv5VCuu03jNjORmptK_6XdoTWvtag6z6CgUNcV5srMUdgUQx6tQb98da4pEYN6GegESYPUOJ6sMx3qpQTw0rRUdNn9A=






Sumber:
http://news.detik.com/read/2014/12/24/163820/2786885/10/melacak-masyarakat-pembangun-situs-batu-naga-di-kuningan?nd771104bcj








Arkeolog Temukan Data Baru Soal Batu Bergambar Naga di Gunung Tilu Kuningan


Sabtu, 31/01/2015 17:40 WIB

Arkeolog Temukan Data Baru Soal Batu Bergambar Naga di Gunung Tilu Kuningan

Dhani Irawan - detikNews
Jakarta - Dua batu menhir yang berdiri tegak di Puncak Gunung Tilu, Kuningan, Jawa Barat masih menyimpan misteri. Di batu itu ada relief bergambar naga, yang masih menyimpan misteri.

Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) pun kembali melakukan ekspedisi arkeologi publik di Situs Batu Naga di Dusun Banjaran Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana Kabupaten Kuningan Jawa Barat pada 23-25 Januari.

Menurut Ketua MARI yang juga Arkeolog UI Ali Akbar, jalur yang dilalui untuk menuju Situs Batu Naga yang terletak di puncak Gunung Tilu relatif sulit untuk ditempuh. 

"Gunung Tilu relatif tidak tinggi yakni sekitar 1300 meter di atas permukaan air laut dan dusun terakhir untuk memulai pendakian yakni Dusun Banjaran berada di ketinggian sekitar 600 meter. Vegetasi yang lebat, sergapan pacet, cenderung terjal dan pada beberapa bagian terdapat longsor menjadi bagian dari perjalanan," jelas Ali, Sabtu (31/1/2015).

Menurut dia, survei permukaan yang dilakukan sepanjang perjalanan menemukan boingkahan-bongkahan batu mulai di ketinggian 900 meter. Namun batu-batu yang tersusun seperti struktur mulai terdapat di ketinggian 1150 meter. 

"Di puncak gunung terdapat dua batu tegak atau menhir yang salah satunya terdapat relief naga. Menhir merupakan ciri khas peninggalan megalitik dari periode prasejarah. Berdasarkan hasil survei ini, maka terdapat kemungkinan dua batu tegak tersebut merupakan puncak dari suatu struktur besar. Struktur besar tersebut memiliki ketinggian minimal 150 meter," urai dia.

Menurut Ali, penemuan ini tergolong mencengangkan karena pada penelitian sebelumnya, di puncak gunung diperkirakan hanya terdapat 2 batu tegak itu saja. 

"Susunan atau struktur batu yang ditemukan selama jalur pendakian diduga mengelilingi gunung. Jika itu terbukti, maka Situs Batu Naga kemungkinan merupakan bangunan monumental dengan puncak yang dihiasi relief naga," jelas dia.

Berdasarkan penelitian pada awal tahun 2013 yang dilakukan MARI di situs Batu Naga terdapat dua batu tegak atau menhir yang permukaannya dipahat dengan motif naga. Batu yang pertama terdapat goresan yang sepertinya menggambarkan profil kepala naga. Sementara itu batu yang kedua di seluruh permukaan batunya terdapat relief.



Sumber:
http://news.detik.com/read/2015/01/31/173732/2820078/10/

Minggu, 18 Januari 2015

Balai Arkeologi Jayapura temukan gelang prasejarah

Balai Arkeologi Jayapura temukan gelang prasejarah

Senin, 12 Januari 2015 14:20 WIB
Balai Arkeologi Jayapura temukan gelang prasejarah
Gelang zaman prasejarah. (Foto: Istimewa)
"Gelang kerang ini banyak ditemukan di lereng bukit yang tergerus air Danau Sentani," kata salah satu peneliti Balai Arkeologi Jayapura Hari Suroto.

Jayapura (Antara Papua) - Balai Arkeologi Jayapura, Papua menemukan perhiasan prasejarah, berupa gelang berbahan kerang laut di Kampung Puay, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura.

"Gelang kerang ini banyak ditemukan di lereng bukit yang tergerus air Danau Sentani," kata salah satu peneliti Balai Arkeologi Jayapura Hari Suroto di Kota Jayapura, Senin. 

Temuan gelang itu, selain berupa gelang utuh, ada juga temuan maupun fragmen, di mana bahan gelangnya dari cangkang kerang laut famili Conidae. 

"Jenis kerang ini banyak terdapat di pesisir Samudera Pasifik. Gelang kerang berwarna putih dengan pengerjaan yang halus dan rapi," katanyaa.

Hari mengemukakan secara geografis, Kampung Puay merupakan pertemuan antara muara Danau Sentani dan hulu Sungai Jaifuri.

Menurut informasi warga setempat, gelang kerang itu pada masa prasejarah berfungsi sebagai perhiasan dan mas kawin. 

"Sangat menarik, temuan gelang kerang laut di Danau Sentani yang berair tawar," katanya.

Keberadaan gelang kerang laut itu, kata alumnus Universitas Udayana Bali itu, membuktikan bahwa pada masa lalu, warga sekitar pesisir Danau Sentani telah melakukan kontak dengan penduduk pesisir Samudera Pasifik yang terletak di wilayah timur, yaitu dengan menyusuri Sungai Jaifuri yang bermuara di Samudera Pasifik. 

"Temuan gelang kerang laut ini juga membuktikan cerita rakyat suku Sentani yang menyatakan nenek moyang mereka bermigrasi dari wilayah timur yaitu Vanimo, Papua Nugini, menuju Danau Sentani pada 2590 tahun silam," katanya. (*)
Editor: Anwar Maga
COPYRIGHT © 2015

Sumber:
http://www.antarapapua.com/berita/448703/balai-arkeologi-jayapura-temukan-gelang-prasejarah

Balai Arkeologi Temukan Perhiasan Prasejarah

Balai Arkeologi Temukan Perhiasan Prasejarah


Balai Arkeologi Temukan Perhiasan Prasejarah

















Ilustrasi. Peta Papua (Dok Okezone)

JAYAPURA - Balai Arkeologi Jayapura, Papua, menemukan perhiasan prasejarah, berupa gelang berbahan kerang laut di Kampung Puay, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura.
"Gelang kerang ini banyak ditemukan di lereng bukit yang tergerus air Danau Sentani," kata salah satu peneliti Balai Arkeologi Jayapura Hari Suroto di Kota Jayapura, Senin (12/1/2015).
Temuan gelang itu, selain berupa gelang utuh, ada juga temuan maupun fragmen, di mana bahan gelangnya dari cangkang kerang laut famili Conidae. "Jenis kerang ini banyak terdapat di pesisir Samudera Pasifik. Gelang kerang berwarna putih dengan pengerjaan yang halus dan rapi," katanyaa.
Hari mengemukakan secara geografis, Kampung Puay merupakan pertemuan antara muara Danau Sentani dan hulu Sungai Jaifuri. Menurut informasi warga setempat, gelang kerang itu pada masa prasejarah berfungsi sebagai perhiasan dan mas kawin. "Sangat menarik, temuan gelang kerang laut di Danau Sentani yang berair tawar," katanya.
Keberadaan gelang kerang laut itu, kata alumnus Universitas Udayana Bali itu, membuktikan bahwa pada masa lalu, warga sekitar pesisir Danau Sentani telah melakukan kontak dengan penduduk pesisir Samudera Pasifik yang terletak di wilayah timur, yaitu dengan menyusuri Sungai Jaifuri yang bermuara di Samudera Pasifik.
"Temuan gelang kerang laut ini juga membuktikan cerita rakyat suku Sentani yang menyatakan nenek moyang mereka bermigrasi dari wilayah timur yaitu Vanimo, Papua Nugini, menuju Danau Sentani pada 2590 tahun yang lalu," katanya.
(ful)


Sumber:
http://news.okezone.com/read/2015/01/12/340/1091226/balai-arkeologi-temukan-perhiasan-prasejarah





Gambar Mirip Alien di Papua Barat Disebut Matotuo Makhluk Mitologi

Kamis, 04/12/2014 10:56 WIB

Gambar Mirip Alien di Papua Barat Disebut Matotuo Makhluk Mitologi

Fajar Pratama - detikNews
Jakarta - Ada temuan menarik di kawasan bebatuan di Tanjung Bicari, Papua Barat. Banyak gambar-gambar yang unik dan misterius peninggalan manusia pra sejarah. Tak heran kalau kemudian Balai Arkeologi Jayapura turun tangan melakukan penyelidikan.

Salah satu gambar yang misterius perwujudan mirip alien. Gamabr itu terpampang di dinding berwarna merah. Kepala Balai Arkeologi Jayapura Muhamad Irfan menyebut gambar itu sebagai makhluk mitologi manusia prasejarah di Kaimana.

"Ini Matotuo, binatang mitologi, perwujudan leluhur," jelas Irfan, Kamis (4/12/2014).

Menurut dia, darimana manusia prasejarah ini bisa menggambarkan wujud seperti itu biasanya berdasarkan abstraksi saja yang bersifat imajiner.

"Pada masa prasejarah, seni dan religi itu imanen, hampir-hampir sulit dipisahkan antara dunia sakral dan profan. Diduga kuat pelukisan dilakukan dalam kaitan ritual tertentu, sebagaimana diindikasikan kehadiran lukisan matotua pada banyak panel dinding," urai Irfan.

Di kawasan bebatuan dengan bentang alam yang indah di Tanjung Bicari itu memang tak hanya satu saja gambar Moatotua. Ada banyak seperti itu di dinding bebatuan.

"Kami masih melakukan riset," jelas dia.



(ndr/mad)


Sumber:

http://news.detik.com/read/2014/12/04/105637/2767471/10/

Temuan Gambar Ajaib Mirip Alien di Papua Barat Diselidiki Arkeolog

Kamis, 04/12/2014 10:15 WIB

Temuan Gambar Ajaib Mirip Alien di Papua Barat Diselidiki Arkeolog

Fajar Pratama - detikNews
foto: Balai Arkeologi Jayapura
Jakarta - Tanah Papua Barat menyimpan misteri yang belum terpecahkan. Salah satunya gambar di bebatuan di Tanjung Bicari. Aneka gambar berserakan di bebatuan, melihat dari dekat pun mesti memanjat dengan medan yang cukup sulit.

Gambar-gambar itu aneka bentuk, mulai dari tumbuhan, hewan, hingga berbagai peralatan keseharian. Gambarnya memang aneh-aneh, bahkan ada yang mirip dengan gambar alien. Tapi apa itu gambar alien?

Kepala Balai Arkeologi Jayapura Muhamad Irfan yang dikonfirmasi memberi penjelasan soal gambar-gambar yang memanjang hingga 1 Km di sepanjang bebatuan itu.

"Itu seni lukis prasejarah, gambar itu gambar mitologi suku-suku di Kaimana pada dinding di tebing kawasan karst,"jelas Irfan, Kamis (4/12/2014).

Lalu darimana suku-suku prasejarah di Kaimana itu mendapatkan penggambaran tentang wujud seperti itu? Apa mungkin suku-suku itu melihat makhluk luar angkasa kemudian melukisnya? Irfan menepis soal dugaan itu.

Menurut dia, gambar wujud seperti itu ada karena daya imajiner dari para suku terdahulu. "Gambar itu makhluk mitologi matutuo yang dianggap perwujudan leluhur. Itu penggambaran saja, semacam abstraksi atau mungkin bersifat imajiner," urai Irfan.

Tim Balai Arkeologi Jayapura Papua tengah berupaya keras mengungkap misteri gambar-gambar di tebing bebatuan di sana. Kawasan Tebing Bicari di Papua Barat ini apalagi memiliki alam dan pemandangan yang indah. Banyak wisatawan yang datang.


(ndr/mad)

Sumber:
http://news.detik.com/read/2014/12/04/101504/2767420/10/temuan-gambar-ajaib-mirip-alien-di-papua-barat-diselidiki-arkeolog

Minggu, 11 Januari 2015

Malaysia Kuasai Peta Genom Orang Indonesia

Malaysia Kuasai Peta Genom Orang Indonesia

"Kami ingin menguji teori yang menyebut, Orang Asli adalah pribumi tertua di dunia".
Sabtu, 31 Desember 2011 00:34
Oleh : Arfi Bambani Amri, Amal Nur Ngazis
Rumah Gadang di Nagari Pariangan, yang diklaim negeri asal mula masyarakat Minangkabau (Antara/ Iggoy el Fitra)


VIVAnews - Peneliti dari Universitas Teknologi Mara (UiTM), Malaysia, berhasil memetakan genom orang Melayu. Chief Executive Officer Malaysian Biotech Corporation (BiotechCorp) Mohd Nazlee Kamal menyatakan peta genom ini bisa menghasilkan "sekitar RM2 miliar per tahun" atau sekitar Rp5,7 triliun per tahun.

Lompatan ilmu pengetahuan ini membuka jalan untuk pengobatan khusus atau pribadi di Asia Tenggara. Warga Malaysia merupakan komposisi yang mewakili sejumlah negara tetangganya seperti Thailand, Indonesia dan Filipina.

"Populasi etnik Melayu berjumlah sekitar 200 juta orang di Asia Tenggara -- Malaysia, Indonesia, Thailand dan Filipina. Wilayah ini terlihat sebagai sebuah pasar menguntungkan karena kondisi rakyatnya yang makin sejahtera," kata Nazlee dilansir New Strait Times.

"Genom Melayu sangat berharga untuk perusahaan obat dalam mengembangkan pengobatan yang dipersonalisasi, yang lebih efektif sehingga bisa ditargetkan untuk orang-orang yang memiliki jejak genetika yang sama." Nazlee menjelaskan, kebanyakan obat yang dikembangkan sekarang sebenarnya tidak cocok dengan populasi lokal karena didesain untuk pasar Eropa. 

Riset ini dilakukan atas tiga generasi keluarga Melayu menggunakan teknik yang sama dengan yang digunakan untuk mengidentifikasi genom orang Kaukasia dan Jepang. Proyek senilai RM150.000 ini sepenuhnya UiTM dengan menggunakan peralatan dan teknologi 
BiotechCorp sejak Juni 2010 dan selesai tujuh bulan kemudian.

Hasil penemuan ini diumumkan Deputi Perdana Menteri Malaysia, Tan Sri Muhyiddin di kampus UiTM pada Selasa 27 Desember lalu. "Penemuan ini mendorong perkembangan, khususnya bioteknologi sebagai industri berpendapatan tinggi yang potensial," kata Muhyiddin.

Dia menyampaikan, BiotechCorp, badan utama negeri itu untuk bioteknologi, telah memfasilitasi 207 perusahaan berstatus BioNexus, dengan nilai investasi RM2,118 miliar, di mana tiga persen di antaranya terdaftar di bursa saham Malaysia, Australia dan Eropa.

Sementara ketua peneliti Prof Mohd Zaki Salleh menyatakan, riset genom Melayu ini akan masuk dalam database Proyek Genom Manusia yang bisa diakses peneliti yang berminat.  Kepala Pharmacogenomics Centre itu juga mengatakan, penemuan tersebut akan membantu para ilmuwan dan peneliti mengembangkan perawatan kesehatan dan obat-obatan yang spesifik dan lebih efektif untuk penduduk  Asia Tenggara.

"Selain membantu menyediakan pengobatan yang lebih baik, pemetaan genome juga membantu para ilmuwan memperdalam pengetahuan teori migrasi dan studi populasi," kata dia.

Dia juga mengungkapkan, Menteri Pendidikan Tinggi telah menyetujui grant RM8 juta untuk penelitian lanjutan atas populasi Orang Asli, suku asli Malaysia. "Bantuan ini untuk pemetaan genome Orang Asli, termasuk membiayai penelitian di universitas negeri dan swasta," kata dia. "Kami ingin menguji teori yang menyebut, Orang Asli adalah pribumi tertua di dunia, setelah suku-suku Afrika."

Siapa Asli Malaysia?

Pemetaan genom lengkap ini merupakan lompatan jauh setelah pada April 2011 ini, sejumlah peneliti Malaysia dan China berhasil memetakan struktur genetika populasi empat etnis Melayu di Malaysia. Mereka meneliti perbandingan genotipe Melayu Kelantan, Melayu Minang, Melayu Jawa dan Melayu Bugis yang hidup di Malaysia.

Data keempat macam Melayu ini, di mana tiga di antaranya adalah keturunan Indonesia, dibandingkan dengan genotipe 11 populasi lain dari Indonesia, China, India, Afrika, dan warga asli semenanjung Malaysia yang disimpan Pan-Asian SNP Database. Hasilnya, mereka menemukan keempatnya terbagi atas tiga klaster berbeda, di mana Melayu Kelantan merupakan kelompok tersendiri.

Dalam hasil riset yang dilansir di Public Library of Science (PLoS), klaster pertama berisi Melayu Minang dan Melayu Bugis. Klaster kedua berisi Melayu Jawa yang ditemukan ternyata memiliki kedekatan dengan China. Sehingga para peneliti yang datang antara lain dari Universiti Sains Malaysia, Universiti Malaya dan Chinese Academy of Sciences ini menyimpulkan, percampuran China dengan Jawa lebih massif dibanding Melayu lainnya yang diperkirakan jauh sebelum orang Jawa bermigrasi ke Malaysia.

Di klaster ketiga, terdapat Melayu Kelantan. Para peneliti menyimpulkan, Melayu yang menempati sebelah timur semenanjung ini agak berbeda dengan Melayu lainnya. Genetika orang Kelantan ini malah ditemukan memiliki unsur India, yang menandakan nenek moyang mereka lebih dulu bercampur dengan pendatang dari sebelah barat semenanjung itu.

Temuan, salah satu Orang Asli --suku pribumi di Malaysia, ternyata ditemukan memiliki kekerabatan dekat dengan populasi Jawa. Para peneliti seperti Wan Isa Hatin, Ab Rajab Nur-Shafawati, Mohd-Khairi Zahri, Shuhua Xu, Li Jin, Soon-Guan Tan, Mohammed Rizman-Idid, dan Bin Alwi Zilfalil ini menyimpulkan, nenek moyang Temuan berasal dari Kalimantan lalu bermigrasi ke semenanjung dan Sumatera.

Sementara Orang Asli Kensui dan Jahai yang juga dikenal sebagai negrito diakui sebagai "orang asli" semenanjung sebenarnya. Variasi DNA mitokondria mereka menunjukkan kedalaman waktu 60 ribu tahun, sehingga diduga kuat mereka ini yang menempati pertama kali semenanjung Malaysia.

Riset Genom di Indonesia

Di Indonesia, penelitian soal genetika terutama dilakukan Eijkman Institute for Molecular Biology. Lembaga yang bertanggung jawab langsung pada Kementerian Riset dan Teknologi ini bergerak di enam program riset utama, salah satunya pemetaan genom manusia.

Ferza Elita, Hubungan Masyarakat Eijkman, menyatakan, lembaga ini satu-satunya yang menangani penelitian genom manusia di Indonesia. Sementara Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, menurut Siti Nur Amaliati Prijono, Kepala Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, hanyalah meneliti genom hewan dan tumbuhan.

Feta, panggilan Ferza Elita, Eijkman telah mengumpulkan sampel genetika sejumlah populasi di Indonesia. Namun, Feta menyatakan, penelitian genetika di Eijkman lebih banyak untuk keperluan praktis seperti untuk identifikasi DNA dan forensik.


Sumber:
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/276165-malaysia-kuasai-peta-genom-orang-indonesia

Nenek Moyang Ayam Berasal dari Asia Tenggara

Senin, 30 Juli 2012 | 16:08
   
Diternakkan

Nenek Moyang Ayam Berasal dari Asia Tenggara

Ilustrasi
Ilustrasi (sumber: Istimewa) 
Mempunyai implikasi terhadap pergerakan manusia
Hasil penelitian arkeologi terbaru menunjukkan semua ayam berasal dari satu nenek moyang, yakni di Asia Tenggara.


Tim penelitian dari University of New England mempelajari sebanyak 48 tulang ayam, yang ditemukan dari penggaalian arkeologi di Eropa, Thailand, Pasifik, Chile, Dominika, dan koloni Spanyol di Florida.



Pemimpin proyek penelitian Dr Alison Storey mengatakan, domestikasi atau menternakan ayam dari hewan liar menjadi peliharaan, dilakukan sejak 5400 tahun lalu. 



Dikatakan bahwa cukup sulit menemukan tulang ayam peninggalan jaman kuno, karena ayam dapat didomestikasikan di semua tempat.



"Apa yang kami temukan adalah tulang ayam yang ditemukan dari penggalian arkeologi di wilayah geografi yang amat luas, menunjukkan kesamaan. Ini menunjukkan bahwa ayam mempunyai nenek moyang yang sama," kata Dr Storey kepada ABC.



"Domestikasi ayam dilakukan di kawasan Asia Tenggara, ribuan tahun lalu."



Laporan yang dipublikasikan jurnal PLos ONE itu mempunyai implikasi terhadap pergerakan manusia.



"Sangat bisa dipahami bahwa perpindahan ayam dari pusat domestikasi, memberikan informasi mengenai migrasi pra sejarah, rute perdagangan dan pertukaran budaya."



laporan itu juga menyebutkan bahwa peta pernyebaran ayam merujuk kepada migrasi manusia.



Karena ayam tidak bisa berjalan jauah, terbang atau berenang.


Penulis:

Sumber:
http://www.beritasatu.com/iptek/63122-nenek-moyang-ayam-berasal-dari-asia-tenggara.html