Lukisan Dinding Purba di Desa Maimai, Kaimana, Papua Barat
Oleh: Nita YohanaBerbagai corak yang masih belum bisa diartikan pasti, terpajang laksana galleri alam di sepanjang satu kilometer di dinding tebing karang Kampung Maimai, Kaimana, Papua Barat. Torehan lukisan merah menyala, tergurat jelas menandai Jejak keberadaan suatu peradaban.
Lukisan dinding purba, begitu biasa masyarakat di daerah ini menyebutnya. Terletak di tebing karang yang sukar dijangkau, tepatnya berada di ketinggian 10 meter diatas permukaan laut, memberi informasi akan usianya yang sangat panjang. Bisa saja, ketika peradaban ini ada, dan mulai menorehkan catatan kehidupan, struktur permukaan bumi tidak seperti yang terlihat hari ini. Tebing karang yang menjadi gallerinya, terangkat naik keatas, sehingga posisi lukisan ini jauh dari permukaan air. Sehingga untuk menikmatinya, harus puas hanya dari speedboat saja.
Lukisan dinding Goa biasanya dimulai pada zaman mezolitik awal. Warna merah pada lukisan purba ini, jika ditelaah ditandai pada Zaman epipaleolitik. Akan tetapi, ada beberapa corak berwarna kuning yang biasanya diukir pada zaman epipaleolitik akhir (awal mezolitik). Namun, hingga saat ini masih dibutuhkan penelitian mendalam untuk mengetahui zaman pembuatannya.
Di Papua Barat, banyak terdapat lukisan dinding purba dengan corak yang hampir sama. Misalnya di Kabupaten Fak-Fak dan Raja Ampat. Yang membedakannya, beberapa gambar tidak terdapat ditempat lain. Contohnya corak Burung Garuda, hanya terdapat di Lukisan dinding Purba di Kampung Maimai saja. Hal ini bisa dihubungan dengan cerita orang tua dahulu, bahwa di Gunung Lobo, tidak jauh dari Maimai, terdapat Legenda Lambang Negara Indonesia itu, hidup dan mendiami gunung tersebut. Karena, setiap gambar yang terukir menjelaskan tentang kondisi daerah yang ditempati.
Di Kampung Maimai sendiri, ada beberapa corak, terlihat dengan jelas dan sudah dilakukan penelitian oleh Tim Gabungan dari Badan perbukalaan yang berkedudukan di Ternate. Corak yang paling banyak ditemukan adalah lukisan tangan. Lukisan tangan ini menggambarkan kekuasaan suatu kelompok pada zaman itu terhadap tempat tersebut. Lukisan tangan tidak hanya menggambarkan tangan kiri saja, ada juga menggambarkan tangan kanan. Lukisan tangan ini, ada yang tergambar dengan utuh lima jari, ada juga yang tidak utuh lima jari.
Di galeri dinding ini juga tergambar lukisan rahim wanita. Hal ini menggambarkan tentang kesuburan dan kemakmuran, layaknya seorang wanita yang dapat melahirkan anak. Yang paling menarik adalah corak ikan Paus dan ikan kecil lainnya. Corak ikan Paus bisa dihubungkan dengan Paus Bryde’s, yang teridentifikasi melakukan migrasi di daerah ini. Sedangkan ikan kecil lainnya merujuk pada keberadaan ikan lumba-lumba, duyung dan ikan lainnya. Corak ikan ini, bisa diartikan bahwa, Kaimana terletak di daerah Segitiga Terumbu Karang Dunia, sehingga kekayaan bawah airnya sangat beragam.
Masih banyak corak seperti, matahari, kadal, cecak, naga, kampak batu, lukisan abstrak dan lainnya. Sedangkan untuk penjabarannya, tentu saja membutuhkan penelitian dari para ahli dibidang tersebut.
Untuk menikmati keindahan lukisan dinding purba, dapat ditempuh kurang lebih 1 jam menggunakan speedboat menuju ke arah Telut Triton, tepatnya di Selat Namatota setelah kampung Maimai.
Lukisan dinding purba ini, menjadi ikon secara tidak langsung untuk kota Kaimana. Selain keindahan senjanya yang terukir manis di lirik lagu Senja di Kaimana dan keindahan alam bawah lautnya yang mempesona , tentu saja Lukisan Dinding Purba masih menjadi primadona.
Sumber:
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/08/17/lukisan-dinding-purba-di-desa-maimai-kaimana-papua-barat-581836.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar