Senin, 21 April 2014

Review Canon SX 160 IS (prosummer) - Review Traveller

Canon mengeluarkan kamera dengan jenis prosummer salah satunya adalah seri ini. 

Kamera ini dikategorikan dalam kamera prosummer karena memang untuk pengaturan manual sudah sangat lengkap dibandingkan dengan kamera pocket, namun untuk sensor masih dibawah DSLR, ohya lensa juga patent tidak bisa di ganti-ganti.


Saya tidak akan mengupas detail secara spesifikasi dan hal-hal rumit lainnya, yang akan saya review adalah seberapa praktis dan seberapa bagus kualitas kamera ini untuk kita bawa travelling. Opening statementnya, bagi yang ingin cari kamera yang oke untuk diajak travelling namun harga terjangkau kamera ini bisa menjadi salah satu pilihan. Saya mengatakan pilihan, bukan rekomendasi. Kenapa demikian? mari kita kupas lebih lanjut.

Sebelum menggunakan kamera ini, sebelumnya saya adalah pengguna Canon pocket A580, kamera prosummer Fujifilm Finepix S2950, kamera DSLR Canon 400D, dan sekarang kembali lagi ke prosummer Canon yang satu ini. 

Menggunakan kamera DSLR lalu harus kembali ke prosummer itu rasanya seperti ada yang hilang. Yang paling saya rasakan adalah "noise". Menggunakan prosummer lalu naik kelas ke DSLR saya merasakan puas, bisa menghandel noise dengan cukup bagus. 


Artinya dalam kondisi pencahayaan yang minim masih bisa mendapatkan gambar yang bersih. Prosummer sebenarnya juga bisa melakukan demikian, dengan syarat objek cenderung statis, iso rendah dibantu bukaan besar dan shutter speed yang lama, kalo perlu di tripod, pasti bagus. Tapi dengan DSLR saya bisa mendapatkan hal itu dengan lebih mudah. Sekarang kembali ke prosummer lagi harus sedikit kerja keras dengan komposisi agar bisa mendapatkan hasil yang cukup bersih. But, this oke dan saya sekarang tidak mempermasalahkan itu lagi karena banyak hal.


posisi zoom full

Saya kembali ke kamera kecil karena mengejar satu hal, praktis. Travelling, touring, trabas, dan lain hal menuntut sebuah kepraktisan. Walaupun saya sangat percaya dengan pengorbanan kita ribet-ribet bawa DSLR ketika travelling akan terbayarkan dengan gambar yang memuaskan. 


Namun sekali lagi, banyak keadaan yang saya temui tidak mengenakkan jika harus membawa DSLR selama travelling. Tidak semua tempat bisa menerima kehadiran orang yang menenteng DSLR di tengah-tengah mereka, masyarakat umum masih beranggapan bahwa kamera DSLR adalah kamera wartawan, entah siapapun dia ketika memegang DSLR akan menarik perhatian. 


Bisa dibayangkan ketika kita berada di tengah tengah lingkungan yang "daerah hitam" dalam arti tempat banyak kriminalitas, atau berada di daerah penambangan liar kita hendak memotret pemandangan pasti akan dapat masalah. 

Pernah ketika saya berada di daerah Kalimantan Barat sedang berjalan-jalan di tengah-tengah perkebunan sawit ada seperti ladang garam yang luas di tepian sungai, dan disana terdapat penambangan Puya. Turun dari mobil saya jalan-jalan di tepi sungai mbawa DSLR, langsung pekerja tambang minggir semua dan yang menemui saya adalah security proyek. 

Dari pengalaman ini saya lalu memutuskan beralih untuk membawa kamera kecil sajalah, memang tidak selalu kondisi seperti itu namun demi kenyamanan dan ke praktisan tetap kamera kecil lebih menyenangkan. Kamera mirrorless sangat menarik hati saat itu, namun anggaran tidak cukup akhirnya prosummer kembali menjadi pilihan.

Canon SX 160 IS menarik minat saya karena seukuran tidak jauh berbeda dengan pocket, namun zoomnya lumayan oke juga 16x optical zoom ditambah beberapa kalo digital zoom. Fitur digital zoom tidak pernah saya aktifkan, selain akan menurunkan kualitas gambar dengan drastis juga bisa diwakili dengan zoom ketika gambar sudah masuk komputer untuk diolah dengan lebih bagus. 

Prosummer kebanyakan berukuran agak besar dengan body mendekati bentuk-bentuk DSLR, dan memang sekarang saya sedang tidak ingin menggunakan bentuk yang seperti itu, cukup fujifilm dulu yang pernah saya pake. Kalo body besar ya mending DSLR sekalian, namun kalo prosummer, body canon sx 160 is ini nyaman untuk diajak jalan kemana-mana. Memang bukan kamera adventure yang tahan banting dan tahan air, namun dari segi ukuran cukup pocketable (gampang masuk kantong).

Pengaturan manual lengkap, sudah seperti DSLR tampilan tombol dan panelnya, tapi jangan ditanyakan apakah sama? ya jelas beda. 

Satu lagi yang seru untuk Solo Travelling, timer yang bisa disesuaikan hinggal 30 detik akan memberikan waktu yang lumayan cukup untuk kita narsis sambil beraksi diatas motor ataupun melakukan akrobatik lain di tempat kita berpetualang. Lensa dengan IS menjadikan sedikit lebih stabil dalam pengambilan gambar, namun semua kembali kepada kehati-hatian kita agar selalu stabil memegang kamera. Mode bawaan juga lumayan banyak, dari fish eye, toy cam, miniatur effect, dsb.

Dari segi baterai, layak untuk diajak travelling karena menggunakan daya dari baterai AA sebanyak 2 biji. Kalo habis tinggal ganti, tergantung kita bawa baterai cadangan berapa. Bayangkan ribetnya ketika di tengah hutan dengan baterai lithium dan drop, kecuali kita punya power bank atau baterai lithium cadangan. Pun demikian saya masih tetap memilih kamera dengan sumber daya baterai AA untuk travelling.

Namun ada 2 hal yang paling saya rasakan sebagai minus dari kamera ini, Videonya HD nya masih 25 fps dan untuk pengambilan gambar di tempat yang minim cahaya dan agak dingin gambar sedikit timbul efek krayon. Jadi ketika gambar kita zoom besar di komputer kelihatan noise dan agak terdapat efek lukisan krayon, hal yang sama juga terjadi pada fuji s2950 saya yang dulu.

Clossing, saya memberikan nilai 8 dari range 0-10 untuk kamera ini sesuai dengan harga, kemampuan dan enak tidaknya di bawa travelling...
Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar