Kamis, 11 Juli 2013

Aplikasi Android Google My Track untuk mendaki

Kali ini saya ingin sedikit mereview tentang salah satu aplikasi andorid yang bisa kita gunakan untuk membantu pendakian, trekking, petualangan atau apalah itu. Aplikasi ini dari Google, yang dikasih nama Google My Track dan tentu saja bisa kita download secara gratis di Play Store.

Review ini berdasarkan pengalaman saya mendaki ke Puncak Lawu kemaren. Karena itu pendakian saya yang pertama maka saya berusaha melakukan prepare dengan sebaik-baiknya, termasuk juga untuk urusan navigasi. 

Ah, mungkin terlalu berlebihan jika disebut prepare navigasi dengan baik, karena yang saya lakukan hanyalah cukup ngajak orang yang sering naik ke Lawu untuk jadi guide dan pasang aplikasi Google My Track ini di ponsel android saya, Samsung Galaxy Young.

Kenapa saya memilih ini? Bukan kenapa-kenapa, tapi karena saya kurang begitu interest mengoprek android dan pasti bisa disimpulkan bahwa Samsung Gayung ini masih dalam kondisi standart, belum pernah root, belum pernah di custom macam-macam karena kabel datanya pun hilang entah kemana. 

Aplikasi gps yang mumpuni dan cukup terkenal di kalangan pengoprek android tentu bisa memberikan layanan yang lebih lagi dibandingkan dengan apa yang saya dapatkan karena pemalas ini. Namun yang ingin saya lakukan dengan aplikasi ini adalah yang paling utama adalah, bisa merekam jejak jalur yang sudah saya lewati, dan nantinya jika dalam keadaan darurat tersesat dan sebagainya bisa menelusuri jejak yang sudah terekam dalam ponsel saya ini.

Sebelum membawanya ke gunung sudah saya uji coba dulu di daratan, saya masukkan kantong celana lalu saya bawa motoran dari Solo- Karanganyar- Sukoharjo- Wonogiri- Solo lagi. Sempurna. Aplikasi ini merekam semua jejak jalur yang sudah saya lewati dengan detail tanpa putus, tanpa koneksi paket data. Hanya mengandalkan gps.


Langkah selanjutnya adalah menyaksikannya dalam google map. File yang dihasilkan dari aplikasi ini berbentuk .kml dan bisa kita sinkronisasi melalui akun google drive kita lalu buka deh hasilnya. Oke sipp berhasil, saatnya dicoba di gunung.

Saya masuk jalur pendakian lawu melalui pintu Cemoro Sewu, Magetan. Sudah jalan beberapa saat baru ingat, ternyata gps belum saya nyalakan. 

Akhirnya dalam perjalanan mulai menyalakan gps. Belum nyampe setengah jalan dari puncak koneksi gps putus, waduhh...tak tau lah ini karena penerimanya lemah atau memang jika tertutup pohon lebat dan tebing langsung hilang. Ya sudahlah, mari di hidupkan lagi. 

Untuk kali kedua ini cukup lama, tapi akhirnya putus lagi. Dan karena tidak selalu saya pantengin layarnya jadi sampe gak tau kalo udah putus. Saat itu saya masukkan saku baju agar lebih terbuka dan berada diatas dibanding dengan saku celana – dalam pikiran saya.

Setelah putus yang kedua kalinya ini akhirnya malas untuk saya lanjutkan lagi, karena saya pikir masih aman ada 2 orang yang sudah paham jalur Lawu dalam barisan saya.

Dari segi baterai, posisi merekam ini juga lumayan menyedot daya walaupun tidak sebanyak jika kita gunakan untuk internetan atau game. Ditambah lagi pendakian kali ini banyak istirahatnya karena ada salah satu teman yang kakinya sakit, sehingga jika diteruskan pun baterai tidak akan cukup untuk merekam sampai puncak dan track back sampai bawah. 

Next perlu dibekali lagi dengan Power Bank agar lebih joss.


Next Insya Alloh setelah lebaran akan saya uji cobakan di Merapi, semoga kesampaian. Amiin..

Selasa, 02 Juli 2013

Pendakian Lawu (Puncak Pertamaku)

salah seorang teman naik
Lawu banyak dikenal para pecinta alam sebagai gunung yang mudah untuk di daki. Disamping ketinggian yang tidak terlalu ekstrim, jalur pendakian sudah ada, tinggal mengikuti jalur yang ada maka akan sampai di puncaknya. 

Ketinggian puncak Lawu berada di 3265 DPL, dan bisa di daki dari 2 pintu pendakian yakni dari Cemoro Kandang, Jawa Tengah atau lewat Cemoro Sewu Jawa Timur.


Kali ini adalah pendakian gunung pertamaku, dari dulu kalo maen ke gunung paling hanya motoran atau pol cuma kamping, jadi baru pertama kalinya ini merasakan naik gunung. 

Alasan kenapa memilih Lawu adalah:
  • Paling dekat dan familier denganku
  • Gunung yang ringan di daki, cocok untuk pemula seperti saya
  • Kesepakatan beberapa teman yang ikut dalam perjalanan ini



Apa saja sih yang perlu disiapkan. Sebenarnya sederrhana saja, logistik, medis, perlengkapan dan peralatan. Dan yang pasti semua di checklist agar kita tidak lupa. Berangkat 5 orang dengan 3 motor menuju loket Cemoro Sewu. 

Setibanya disini tidak langsung jalan, tapi istirahat sejenak agar badan mulai adaptasi dengan cuaca sekitar. Sambil menyesuaikan kondisi badan, disini ada kios penjual peralatan gunung dan suvenir khas Lawu seperti syal, tutup kepala, gantungan kunci, sarung tangan, kompas, jerigen dll.

Tips 1: Untuk suvenir silahkan beli disini, karena memang khas disini. Tapi untuk perlengkapan sejenis sarung tangan dan sejenisnya lebih baik beli dari bawah di toko peralatan gunung. Disamping pilihannya lebih banyak, kita bisa mendapatkan harga yang sesuai dengan kualitas


Setelah dirasa cukup maka perjalanan pun dimulai, dengan masuk pintu Cemoro Sewu dan doa bersama.

Start pukul 22.00 
Perjalanan masih lancar2 saja. Langit sangat cerah malam ini, karena kurang 1 hari lagi bakal ada fenomena Supermoon. Rembulan sangat terang dan langit bersih dari awan maupun mendung. Target di awal bisa sampai puncak menjelang subuh sehingga kebagian mengabadikan sunrise dari puncak gunung.

Pukul 00.00
Salah satu rombongan mulai merasakan kaki bermasalah, lututnya gak kuat dipake jalan menanjak. Akhirnya semua beban yang dibawanya diberikan kepada yang lain. 

Pun begitu, nampaknya memang tak bisa dipaksakan lagi dan harus jalan pelan dengan istirahat yang banyak. Tak apa, target berubah ditengah jalan, yang semula ingin mendapatkan sunrise menjadi jalan sak nyampenya dimana dan ketika subuh mendirikan tenda.

Tips 2: Pastikan sebelum berangkat mendaki fisik sudah dilatih dengan jalan jauh, joging dsb. Karena walaupun sudah berpengalaman naik gunung tapi kemudian vakum 2 tahun tanpa olah raga kaki sama sekali maka hasilnya akan seperti ini


Pukul 04.45
Waktu habis, akhirnya kita menyerah. Gagal mencapai sunrise karena salah satu anggota cedera lutut dan terpaksa sebentar2 berhenti. Tapi tidak ketemunya sunrise bukan berarti akhir dari segalanya. 

Pengalamanlah yang lebih berharga kali ini, pengalaman pendakian pertama kali dan esok kali yang kedua harus lebih baik lagi. Akhirnya kami mendirikan tenda dan sholat subuh bergantian. 


Tenda yang kami gunakan adalah bestway montana, berjenis tenda dome model keong dengan kapasitas 4 orang, namun kali ini dipaksan agar muat 5 orang. Setelah sholat kami masak mie instan lalu sarapan, setelah sarapan kami tidur hingga pukul 08.30


Pukul 08.00
Saya yang tidur paling pinggir sudah gak kuat dinginnya. Ternyata diam istirahat itu dingin menyiksa dibandingkan dengan terus berjalan seperti tadi malam. Ditambah lagi rasa tak nyaman karena kebelet ingin BAB. Oh tidak, kalau jam segini tak ada lagi tempat sembunyi..dimana mana terang. Akhirnya terpaksa ditahan dan di lupakan.


Tips 3: Pastikan jika ingin BAB pada malam hari ketika lebih gelap dan tidak gampang terlihat orang lain
 Tips 4: Posisi diam adalah posisi tubuh tidak menghasilkan kalor tambahan, jadi hangatnya badan hanya mengandalkan panas bawaan tubuh saja. Apalagi ketika tidur dalam tenda, pastikan tubuh hangat maksimal

Karena sudah gak tahan dengan dinginnya saya justru keluar tenda untuk bergerak. Sedikit peregangan dan naik turun bebatuan sekitar tenda menjadikan lebih stabil suhu badan.

Pukul 09.00
4 orang berangkat lagi ke puncak, sementara 1 orang yang kakinya bermasalah lebih memilih tidur di tenda. Ada sesuatu yang luar biasa bagi pendaki gunung pemula seperti saya, karena semakin dekat dengan puncak gunung langit yang kita lihat makin biru bersih. Tepatnya, karena ketinggian sudah diatas awan, maka mendung akan berhenti sebatas ketinggian awan tersebut. Selebihnya diatas itu cerah.

Pukul 10.30
Tiba di puncak Hargo Dumilah. Ternyata inilah yang dicari para pendaki gunung, sebuah kepuasan karena telah berhasil mencapai puncak. Dan memang tidak bisa dipungkiri pemandangan diatas sini sangat luar biasa. 

Seumur hidup baru pertama kali ini saya menemukan pengalaman yang luar biasa seperti yang saya temukan sekarang. Rasa lelah dan kedinginan terobati sudah, padahal saya tak pernah membayangkan bahwa nanti perjalanan turun adalah perjalanan yang lebih berat dan menyakitkan. 


Perjalanan turun stok air minum sudah habis. Sama sekali habis tak bersisa, 2 botol kosong lalu diisi.dengan air dari sendang. Sebuah gagasan survival yang baik, namun ternyata saya sendiri tidak kuat untuk minun air sendang yang agak keruh saat itu. Satu dua teguk untuk uji coba sudah berhasil membuat perut mulas dan pingin BAB, terpaksa diredam dulu dengan permen jahe dan keputusan untuk tidak melanjutkan minum air tersebut. Sudah cukup, jangan ditambah lagi.



Pukul 16.30
Tiba di pos 1, sholat dan beli minuman di warung yang semalam kami lewati dalam kondisi tutup. Selanjutnya jalan lagi menuju loket masuk dengan perkiraan perjalanan 30 menitan lagi. Saat itu jempol kaki sudah cenut-cenut karena sepatu yg kekecilan (ukurannya terlalu ngepres). 

Pelajaran untuk pendakian selanjutnya, jangan gunakan sepatu yg jari kaki mentok pada ujung sepatu. Sebisa mungkin masih ada space, karena ketika jalan turun jari kaki tidak akan di siksa.

Pukul 17.10


Tiba kembali di loket Cemoro Sewu, alhamdulillah tak ada kendala yang berarti dalam pendakian kali ini. Pendakian pertamaku menggapai puncak gunung. Semoga yang akan datang aku bisa menggapai yang lebih dari ini, tidak hanya dalam hal pendakian namun target hidup yang lain yang lebih penting.