Pantai Second Beach yang ada di Port St. John, Provinsi Esatern Cafe, Afrika Selatan, dijuluki sebagai pantai yang paling mematikan di dunia.
Hal ini dikarenakan banyak wisatawan dan peselancar yang mengunjungi pantai ini menjadi korban serangan ikan hiu ganas yang sering muncul mencari mangsa di kawasan tersebut.
Terakhir, seperti dikutip laman Dailymail, seorang peselancar asal Afrika Selatan, Ngidi Msungbana (25), tewas pada hari minggu kemarin (15/1), setelah seekor hiu mencabik-cabik tubuh pria malang ini saat tengah menaikki papan seluncurnya.
Para saksi mengatakan pria tersebut terlihat bergulat dengan hiu tersebut selama lima menit. Selanjutnya air laut berubah menjadi merah.
Kejadian ini menjadi peristiwa keenam yang ditimbulkan oleh serangan fatal ikan hiu selama lima tahun terakhir sejak 2007.
Seorang ahli selancar lokal, Michael Gatcke mengatakan, ìPada 15 Januari 2011, terjadi serangan fatal dan kini terulang lagi di saat yang sama.
Dengan banyaknya rangkaian serangan mematikan ini, kalangan ahli pun menyebut pantai yang cantik ini sebagai pantai paling berbahaya di dunia.
2. Bukit Salib
Situs tersebut memiliki arti penting selama periode 1944-1990, ketika Lithuania dikuasai oleh Uni Soviet. Dengan terus-menerus mengunjungi dan menempatkan salib atau barang yang mereka bawa, Rakyat Lithuania menggunakan Bukit salib untuk mendemonstrasikan kesetiaan mereka pada warisan, agama, dan identitas asli mereka; Bukit Salib menjadi suatu venue dari perlawanan secara damai. Meskipun Soviet berusaha keras menyingkirkan salib-salib baru, dan meratakan situs itu dengan bulldozer sekurang-kurangnya tiga kali (termasuk percobaan yang dilakukan pada tahun 1963 dan 1973).[4] Bahkan beredar desas-desus bahwa para penguasa berencana untuk membangun sebuah bendungan dekat tempat itu di Sungai Kulvė, sebuah anak sungai yang mengalir ke Sungai Mūša, sehingga akan menenggelamkan Bukit Salib.[2]
Pada tanggal 7 September 1993, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Bukit Salib, dan menyatakan situs itu sebagai tempat bagi harapan, damai, kasih, dan pengorbanan. Pada tahun 2000, sebuah biara Pertapaan Fransiskan dibuka di dekat situ. Dekorasi interiornya dihubungkan dengan La Verna, gunung tempat St. Fransiskus menerima stigmata.[4] Bukit itu tetap tidak berpemilik; oleh karenanya orang-orang bebas untuk menegakkan salib-salib di mana saja sesuka hati.[5]
3. Hutan aokigahara
Tingginya angka bunuh diri memicu pemerintah memasang papan imbauan larangan bunuh diri di hutan tersebut. Sejak tahun 1970, dibentuk tim yang terdiri dari polisi, relawan, dan jurnalis yang bertugas menyusur hutan mencari mayat-mayat. Namun, kerja tim tersebut kalah berat ketimbang pekerja hutan. Merekalah yang bertugas membawa mayat dari hutan ke pos penjagaan hutan.
Tubuh mayat yang kadang sudah membusuk diletakkan di kamar khusus untuk para korban bunuh diri. Para pekerja itu kemudian melakukan undian, siapa yang kalah akan diberi tugas khusus yaitu tidur di ruangan bersama jenazah. Sebab jika jenazah ditinggalkan sendirian, diyakini akan berakibat buruk. Arwah penasaran jenazah itu yang disebut yurei akan menjerit-jerit sepanjang malam. Tak hanya itu, jenazah itu akan berpindah dengan sendirinya.
Segala upaya dilakukan untuk menghentikan bunuh diri di Hutan Aokigahara. Salah satunya memasang CCTV dan melacak orang yang akan menuju hutan angker tersebut. “Terutama di Bulan Maret, akhir tahun fiskal. Lebih banyak orang datang ke Aokigahara karena buruknya kondisi ekonomi”. kata pegawai pemerintahan Prefektur Yamanashi, Imasa Watanabe.
Popularitas Hutan Aokigahara kembali mencuat setelah rilis film Jyukai, Lautan pohon di balik Gunung Fuji, karya sutradara Takimoto Tomoyuki. Film itu bercerita tentang empat orang yang memutuskan mengakhiri hidupnya di Aokigahara. Sutradara Takimoto sesumbar menemukan uang US$ 3.760 di sebuah dompet yang diduga milik orang yang bunuh diri.
Pernyataan Takimoto memicu rumor bahwa Aokigahara adalah “surga” bagi para pemulung yang memunguti harta tertinggal milik korban bunuh diri. Apalagi, beberapa orang mengklaim menemukan kartu kredit, tiket kereta api berlangganan, dan surat izin mengemudi milik si mati.
Pada Maret 2009, kantor berita CNN memberitakan Hutan Aokigahara. Dalam berita tersebut, Aokigahara disebut sebagai tujuan bagi orang-orang yang tertekan dan tidak kuat menanggung realita hidup.
Angka kematian akibat bunuh diri di negara matahari terbit ini memang luar biasa, terutama saat kondisi ekonomi mengalami penurunan. Ada 2.645 kasus bunuh diri tercatat pada bulan Januari 2009, naik 15 persen dari 2.305 pada Januari 2008. Paling banyak adalah kelas pekerja.
Barangkali anda berminat menjadi pemulung di hutan Aokigahara?
4. Benteng poenari
Poenari castle atau yang lebih di kenal sebagai benteng Poenari, adalah sebuah benteng yang hancur di Rumania, dibangun pada abad ke-13, namun, kemudian, ditinggalkan hingga termakan oleh waktu. Vlad Tepes telah terpikat oleh potensi kastil ini yang terletak di tebing batu yang curam dan tinggi. Itu sebabnya ia memperbaiki benteng dan menjadi salah satu benteng utama saat melawan musuh dalam abad ke-15. Setelah beberapa saat, Benteng itu ditinggalkan lagi dan sebagian hancur oleh gempa bumi pada tahun 1888. Namun, beberapa bagian dari itu sebagian direnovasi.
Vlad Tepes lahir di 1431, di Sighisoara, sebuah kota di pusat Transylvania. Dia adalah penguasa Walachia dalam waktu yang lama, terkenal karena pertahanan yang berhasil melawan Ottoman. Dia bernama Impaler, karena ia menggunakan penyulaan sebagai metode hukuman dan eksekusi.
Ironisnya, tampaknya bahwa ia telah belajar metode ini dari Ottoman, ketika ia, yang hanya seorang anak, telah ditahan sebagai tahanan oleh mereka. kekejaman-Nya menjadi sangat terkenal dan bahkan penyerbu Utsmani adalah demoralisasi oleh itu. Itu adalah citra kejam bagi siapa pun untuk melihat 20000 tentara Turki yang disula. Vlad Tepes tidak hanya membela Walachia dan Transylvania dari ekspansi Ottoman tetapi juga seluruh Eropa. Jadi, Rumania memiliki banyak rasa hormat padanya, meskipun ia adalah seorang yang kejam. Dia meninggal pada 1476, di dekat tempat untuk Bucharest ada yang mengatakan ia telah dibunuh.
Meskipun benteng ini digunakan selama bertahun-tahun setelah kematian Vlad di tahun 1476, akhirnya ditinggalkan lagi pada paruh pertama abad 16 dan berada di reruntuhan oleh abad ke-17. Namun karena ukuran dan lokasi, pada tahun 1888, tanah longsor meruntuhkan sebagian benteng yang jatuh ke sungai jauh di bawah. Meskipun demikian, Untuk mencapai kastil, pengunjung harus menaiki tangga 1.480.
Selama era Komunis di Rumania, pengunjung asing yang kadang-kadang menghabiskan malam di dalam reruntuhan puri.
Selama era Komunis di Rumania, pengunjung asing yang kadang-kadang menghabiskan malam di dalam reruntuhan puri.
5. Tana Toraja
Berikut ini tempat yg sering di kunjungi wisatawan di Tana Toraja
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar