Aki dibawah jok |
Untuk Trekko Nexus ini berjenis full matic (ini istilah saya sendiri), artinya sudah tidak dilengkapi dengan pedal untuk mengayuh. Ada kelebihan dan kekurangan memang, jika dilihat dari tampilan maka 90% mirip dengan matic yang ada di pasaran jadi jika ditambahi pedal justru mengurangi kesan keren di tampilannya. Namun yang jadi masalah ketika kehabisan baterai maka mau tidak mau harus menuntun, mendorong atau minta tolong sepeda motor untuk menariknya agar bisa pulang sampai kerumah.
Selanjutnya, agar lebih mudah untuk mereviewnya akan saya kupas berdasarkan fitur masing-masing. Harapannya ini bisa menjadi rujukan bagi yang berminat menggunakan sepeda listrik jenis ini atau sharing pengalaman untuk sesama pengguna.
Ohya, harga 1 unit di Jogja adalah 6,5 juta ( + ongkos kirim ke Solo 100 ribu saat itu)
Body dan tampilan
Bentuk 90% matic dengan tanpa menggunakan pedal kayuh dengan tampilan yang cukup keren. Orang akan mengira ini adalah matic seperti pada umumnya jika hanya melihat sepintas, baru kemudian bisa menemukan perbedaannya pada ban yang sedikit agak berbeda, velg yang berbeda serta tidak terdapat mesin samping dan kenalpot seperti layaknya motor matic.
Tampak Depan |
Secara cat, finishing, warna hampir sama dengan motor matic pada umumnya, untuk seri Nexus tahun 2012 ini menurut penilaian pribadi saya sangat halus, hampir imbang dengan motor.
Yang menjadi sedikit masalah adalah agak kurang presisi, artinya di tempat persambungan antara kepingan plastik penyusun body masih terdapat rongga yang seharusnya itu tidak boleh ada. Atau jika kita melihat motor keluaran Jepang maka body bisa dipastikan presisi. Untuk body ini merupakan penilaian yang agak kurang.
Dashboard
Posisi masih terbungkus plastik |
Secara umum pada bagian ini normal dan berfungsi dengan baik, terdapat perbedaan hanya pada kualitas bahan plastik yang digunakan sudah tentu berbeda jika dibandingkan dengan motor matic yang sudah punya nama.
Jok dan bagasi
Untuk jok secara bentuk memang seperti matic pada umumnya, kapasitas duduk untuk 2 orang. Namun konsep awalnya ini bukanlah kendaraan untuk mobilitas seperti motor, namun untuk berkendara jarak dekat, datar dan tidak naik turun. Sebaiknya tidak digunakan untuk berboncengan 2 orang yang dewasa karena tenaganya juga terbatas, kecuali jika yang dibonceng anak-anak maka tidak masalah. Tetapi tetap saja tidak disediakan foot step untuk pembonceng.
Tekan "Seat Push" |
CARA MEMBUKA JOK BERBEDA dibandingkan dengan motor bebek atau matic. Pada saat pertama kali hendak menggunakan kendaraan ini saya sempat bingung dengan system buka tutup jok, jika pada motor biasa dibuka dengan kunci yang lubangnya ada dibawah atau dekat dengan spakbor di kendaraan ini tidak ada lubang kunci sama sekali. Namun setelah dicari-cari akhirnya ketemu juga, cara membuka jok dengan kunci kontak ditekan kebawah pada posisi tepat dengan tulisan Seat Push dengan kuat maka otomatis pengunci jok akan terbuka.
Performa
Berbicara performa, maka yang perlu diingat kembali bahwa ini adalah motor atau sepeda dengan segmen pengguna yang berbeda dengan motor pada umumnya. Jadi jangan heran jika kemampuan yang bisa dilakukan juga berbeda.
Top speed: 35-40 km/jam
(diatas kecepatan ini mesin mati, dan bisa aktif lagi ketika kecepatan sudah turun dibawah 35 kpj.
tapi untuk gambaran saya adalah orang dengan berat badan 60 kg mengendarai sepeda ini naik tanjakan 45 derajat masih kuat (saat baterai full / lebih dari setengah)
Handling: lumayan nyaman, mirip dengan matic pada umumnya
Pengereman: karena top speed hanya segitu maka rem depan belakang hanya mengandalkan teknologi tromol, pertimbangannya adalah ini sudah mencukupi.
Ketahanan Baterai: Berdasarkan penjelasan pihak penjual 2 jam di charge bisa menempuh 40 km
Belum pernah saya uji sampai habis, tetapi saat ini baru pertama kali charge pada km 20. Bukan karena sudah habis tetapi ketika jalan di tanjakan sudah beberapa kali mati namun dijalan datar masih bertenaga.
Penilaian pribadi
+ Untuk harga 6,5 juta dengan yang didapatkan saya pikir seimbang (dengan syarat)
+ Tidak perlu menggunakan SIM dan STNK karena kecepatannya hanya segitu (sudah ada pernyataan resmi dari kepolisian)
+ Tidak perlu pusing BBM naik atau tidak, karena hanya butuh di charge selama 2 jam saja seperti hape
+ Ramah lingkungan
+ Cocok untuk ibu-ibu yang takut untuk mengendarai motor
- Tidak tiap kota terdapat show room, bengkel resmi, ataupun tempat penjualan suku cadang
- Untuk mobilitas harian, orang lebih memilih motor second daripada ini
- Shockbreaker belakang sangat keras, lebih empuk motor
- Jika sewaktu-waktu kehabisan baterai maka siap-siap dorong karena tidak ada pedal untuk mengayuh
- Presisi bodi masih kurang, sehingga ketika melewati jalan berkerikil getar dan ada yang klotak-klotak
Ini adalah review subyektif dari orang yang pernah memakai Trekko Nexus, jadi tidak semua yang saya tulis diatas berlaku ditempat lain atau di Trekko lain walaupun dengan jenis yang sama. Saya yakin kedepan masih akan banyak bermunculan penyempurna dari produk-produk seperti ini.
Semoga tulisan ini memberikan manfaat untuk gambaran kasar tentang sepeda listrik Trekko seri Nexus…