Senin, 27 Februari 2012

SOLO TOURING #9 "Warung Kopi Pemandangan - Ketep"

Perjalanan ini dilatarbelakangi karena siang itu pusing memikirkan konsep yang harus saya temukan tapi molor berhari-hari belum juga sampai pada keputusan final. Akhirnya saya mengambil kesimpulan, bahwa otak ini perlu di refresh sejenak agar bisa berfikir lebih fokus dan lebih jernih lagi.

Siang itu, sama dengan perjalanan saya sebelumnya...dengan tanpa planing sama sekali, begitu ada keinginan maka persiapan sekitar 15 menit untuk ganti pakaian, menyiapkan perkap, memilah peta yang hendak dibawa lalu meluncur ke aspal panas disiang terik. hufft... siang hari pukul 13.30 di tengah kota Solo, bisa dibayangkan panasnya, lalu lintas yang semrawut, bising dan polusi. Tak apa, begitu bisa meninggalkan tengah kota untuk melintas di jalur Boyolali - Semarang sudah bisa memacu motor dengan kecepatan maksimal (80 kpj - motor cc mini). Sekuat tenaga menaikkan kecepatan menjadi 90-100 kpj nampaknya sia-sia saja karena tak pernah kesampaian...ya sudahlah.


Target perjalanan kali ini sebenarnya adalah pingin "ngaspal jalan" dari Selo, Boyolali naik Merapi dan pulangnya turun gunung di Jogja. Namun dijalan ada masalah lain, selain motor yang gak kuat untuk lari kali ini tambah mbrebet tiap pindah gigi. Ampuun ini motor kenapa gak seneng sih liat orang pengin refreshing...


Dengan kondisi seperti ini maka tidak memungkinkan untuk menjelajah sejauh niatan di awal untuk lewat Jogja, sehingga diputuskan bahwa rute itu untuk lain kali. Sedang untuk saat ini cari kopi di Ketep dan menyepi. Dan itu bisa kudapatkan, memang benar-benar menyepi karena tidak ada wisatawan yang sedang berkunjung, beberapa warung sudah tutup atau tidak buka untuk hari itu, tambah lagi hari sudah sore sehingga benar-benar sempurna untuk menikmati kesunyian bersama sepoi angin sore dan ditemani segelas kopi. Ohya, berkaitan dengan kopi dan pemandangan alam yang bagus, masih ada satu lagi lokasi yang pas untuk tujuan itu. Gunung Lawu, tepatnya sudah berada di wilayah Magetan Jawa Timur. Disana juga banyak tersedia warung yang memang didesaian agar bisa menikmati pemandangan dengan leluasa.

Berikut tips untuk memilih warung "Kopi Pemandangan" menurut pengalaman saya:
  • Sebelum menentukan warung yang dipilih, maka lewatilah pinggir jalan dimana warung itu berada dengan berkendara pelan-pelan sambil melihat, warung mana yang punya tempat paling nyaman dengan view paling bagus.
  • Jika diperlukan bolak-balik beberapa kali gak masalah, yang penting bisa dapet yang terbaik saat itu
  • Karena...Hampir semua warung, kecil sekelas pinggir tebing di gunung seperti ini mempunyai menu yang mirip. Secara rasa juga tidak berbeda jauh, sehingga yang menjadi prioritas baiknya adalah lokasi.


Selesai menikmati segelas kopi dan beberapa gorengan panas, maka saatnya pulang. Perjalanan berangkat tadi memang 2 jam dijalan, istirahat di warung kopi hanya setengah jam setelah itu pulang, tampaknya memang konyol. Tapi inilah petualangan, dan bagi saya tak masalah walaupun hanya berhenti 15 menit untuk berfoto dan makan cemilan saja.

Perjalanan pulang tak kalah seru dengan berangkat tadi, karena pada saat pulang inilah banyak kejadian tak terduga yang dengan tiba-tiba saja langsung terjadi tanpa ada tanda-tanda. Mulai dari terjatuh dari motor, terseok-seok karena roda motor diterjang derasnya arus banjir, dan hujan "khas ketep" yang gelap dan pekat serta menyakitkan wajah jika helm dibuka.
Pertama, jatuh dari motor.
Berkendara dalam kecepatan 50 kpj melibas tikungan berpasir dan miring, untuk beberapa tikungan di awal masih bisa sukses melintas dengan aman. Tapi kemudian satu kali terlena, karena salah prediksi, saya kira pasir tipis ternyata pasir cukup tebal dan tidak padat berhasil melemparkan saya dari motor dan dengan kaki tertimpa motor pula. Alhamdulillah tanpa lecet walaupun njarem sudah pasti, karena jaket dan perkap safety lainnya terpasang dengan baik. Dengan kondisi stang sedikit bengkok, spion melengkung dan body motor gores-gores saya masih bisa melanjutkan perjalanan.

Kedua, hujan lebat dengan tiba-tiba.
Tanpa ada permisi dan gerimis permulaan, langsung bres. Saya kelabakan mengenakan jas hujan. Setelah itu bisa dipastikan, seperti sudah menjadi langganan Ketep jika hujan super seram karena langsung gelap, dingin dan berlangsung lama. Makin lama makin deras dan makin tak bisa lihat jalan, penuntun hanya mengandalkan mobil didepan yang menyalakan lampu hazard. Tambah lagi banjir disertai tanah lumpur kecoklatan menerjang ban yang membuatnya terseok-seok namun tidak sampai terjatuh untuk yang kedua kalinya.

Namun alhmadulillah, semua sudah selesai. 
Selamat sampai dirumah bisa istirahat sejenak sebelum kemudian adzan maghrib berkumandang.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar