Aparat Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) akan menutup jalur pendakian ke puncak Gunung Gede yang memiliki ketinggian 2.958 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan puncak Gunung Pangrango 3.019 mdpl.
"Penutupan dilakukan dalam rangka pemulihan ekosistem di kawasan konservasi selama tiga bulan mulai 1 Januari-31 Maret 2010," kata Kepala Balai Besar TNGGP Sumarto Suharno, di Sukabumi, Senin (21/12/2009).
Selain untuk pemulihan ekosistem di dalam kawasan konservasi, juga untuk mengantisipasi musim hujan disertai angin kencang yang akan membahayakan para pendaki.
"Penutupan pendakian gunung tersebut sudah rutin dilaksanakan setiap tahun. Diharapkan dengan adanya penutupan khusus wisata pendakian gunung kawasan dapat pulih dengan sendirinya," ujarnya.
Mengantisipasi adanya pendaki tak berizin, menurut Sumarto, pihaknya menerjunkan sebanyak 134 orang petugas, yang terdiri dari polisi hutan (polhut) sebanyak 42 orang, SAR 30 orang, Forum Interpreter dan Sukarelawan (volunteer) 36 orang, dan Pam Swakarsa sebanyak 26 orang.
"Para petugas akan melakukan pengawasan di setiap jalur pendakian. Bagi pendaki yang membandel akan dikenakan sanksi," tuturnya.
Sanksinya, berdasarkan Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 1990 tentang Kawasan Konservasi, berupa ancaman pidana maksimal lima tahun penjara dan denda Rp 100 juta.
Menurut Sumarto, kawasan konservasi Gede Pangrango merupakan salah satu ekosistem hutan hujan tropis pegunungan terbaik di Pulau Jawa dan merupakan salah satu dari lima taman nasional (TN) tertua di Indonesia.
Salah satu fungsi ekosistem taman nasional ini, kata dia, adalah sebagai sistem penyangga kehidupan, antara lain, sebagai pengatur tata air bagi daerah di sekitar kawasan hingga daerah hilir.
Kelestarian fungsi dari ekosistem mutlak dijaga karena secara langsung ataupun tidak langsung akan sangat berpengaruh bagi kehidupan di kawasan sekitarnya, seperti Jakarta, Bogor, Bekasi, Cianjur, dan Sukabumi.
Untuk kegiatan rekreasi harian dan berkemah di bumi perkemahan (buper) dapat dilakukan sesuai dengan lokasi yang telah ditentukan, antara lain, Resor Cibodas, Resor Gunung Putri, Resor Selabintana, Resor Situgunung, Resor Bodogol, dan Resor Cisarua.
Sumber : Regional.compas.com
Rabu, 30 Desember 2009
Selasa, 08 Desember 2009
Catper Kiriman : Pendakian Gunung Raung

Catper Pendakian Gunung Raung
Oleh : Dipurnama


Jum’at 20 maret 2009


sabtu 21 maret 2009



Minggu 22 maret 2009




Senin, 07 Desember 2009
Catper Kiriman : Camping Ceria Curug Cilember

Parah ya,, masak ke curug cilember aja belom pernah..
Tapi tenang aja, teman saya, mbak Ichaelmago, udah pernah kesana, and good for us, dia rela berbagi cerita perjalanannya buat kita.
So, baca – baca dulu yuk gan…

Setelah itu, kami langsung mendirikan tenda. Ternyata, teman saya membawa tenda yang kecil! Padahal sebelumnya dia menjamin bahwa tenda yang ia bawa cukup untuk kami semua. Kami terdiri dari 3 laki-laki dan 4 perempuan. Dan nyatanya tenda yang ia bawa hanya cukup untuk 2 orang. Kami pun sepakat untuk menyewa tenda disana. Menyewa tenda yang cukup untuk 4 orang hanya dikenakan biaya sekitar Rp. 80.000. Sudah termasuk 4 sleeping bag dan 1 lampion. Sebenarnya hanya disediakan 2 sleeping bag, tapi karena penjaga-nya berbaik hati, maka kami diberikan 4.

Alasan kami memilih lokasi di Curug 7 adalah karena dekat dengan mushalla, toilet, pintu masuk, warung warga, dan air terjun. Di mushalla, tersedia 2 buah mukena dan beberapa sajadah serta Al-Qur’an. Air untuk wudhu bukan dari keran, melainkan langsung terpancar dari dinding yang berupa batu-batuan. Di dekat mushalla, terdapat sekitar 7 toilet (saya agak lupa, antara 7 atau 6).
Setelah selesai mendirikan tenda, kami pun bermain ke Curug 7. Disana kami mendapati sekumpulan orang Arab yang sedang berfoto dan juga ada wanita yang berfoto untuk pre-wedding. Kami pun ikut foto-foto disana. Setelah puas berfoto, kami pulang sambil mengumpulkan kayu bakar untuk api unggun malam harinya.
Saat maghrib tiba, kami pun ke mushalla dan duduk-duduk disana sampai Isya tiba. Setelah itu kami makan-makan dan menghabiskan waktu untuk bermain UNO Langit malam itu sangat cerah sehingga kami bisa melihat bintang-bintang dengan jelas.
Tengah malam, saya terbangun sekitar jam 2 karena perut keroncongan. Ternyata ada teman saya yang terbangun juga. Jadilah kami keluar tenda dan memasak. Udara sangat dingin. Sampai-sampai saya membawa sleeping bag keluar tenda. Saya pun memasak mie rebus sambil menunggu fajar terbit. Kami merasakan sejuknya angin malam sambil sesekali diiringi suara jangkrik dan anjing.
Pagi harinya, setelah melaksanakan ibadah shalat, kami langsung berjalan-jalan sekitar tenda dan menuju ke warung terdekat untuk sekedar minum teh hangat. Kami juga sempat melihat taman kupu-kupu, dimana di dalamnya saya melihat beberapa kupu-kupu yang sedang hinggap di atapnya.
Setelah puas bermain di Curug 7, kami meneruskan perjalanan ke Curug diatasnya. Tidak lupa kami mengunci tenda, lalu membawa sarapan pagi kami. Ya, kami akan makan pagi di Curug. Setelah melalui jalan yang terjal dan licin, sampailah kami di Curug 4, yang tempatnya amat strategis untuk makan-makan. Kami pun menhabiskan sarapan pagi kami, yang walaupun hanya nasi dan secuil ayam, tapi terasa nikmat sekali.
Selesai makan, kami kembali ke tenda dengan menggunakan rute yang berbeda. Ternyata lebih enak rute yang kedua ini, karena sudah diberi batu-batuan sebagai tangga. Rute ini pula yang biasa dipakai warga setempat untuk mencari kayu sampai ke curug 3.

Setelah puas bermain air, kami kembali ke tenda lalu mandi dan membereskan tenda. Kami selesai sekitar pukul 10 lalu pulang ke Jakarta. Rute pulang selalu lebih mudah dari rute berangkat. Sebelumnya kami bertanya rute terdekat menuju jalan raya, dan benar saja, rute itu memang agak lebih dekat disbanding rute yang kami ambil saat berangkat. Pemandangan di sepanjang jalannya pun tidak kalah indah. Maka sampailah kami di jalan raya, dan tidak lama kemudian bis menuju Jakarta datang. Kami naik ke dalam bus, lalu sampailah kami di Jakarta. Liburan yang menyenangkan!
Dan ini foto - fotonya
Spoiler:
Oh ya, kalo mau kenalan sama mbak yang punya catper, maen - maen aja ke blognya..
klik disini
Sabtu, 05 Desember 2009
Napak Tilas Soe Hok Gie 1969-2009

Napak Tilas Soe Hok Gie 1969-2009
Cintailah Kehidupan: Satu pikiran, ucapan, dan perbuatan.
Kami komunitas pencinta alam se-Malang dan Mapala UI mengundang rekan-rekan sekalian untuk turut berpartisipasi dalam peringatan Napak Tilas Soe Hok Gie 1969-2009 'Cintailah kehidupan: Satu pikiran, ucapan, dan perbuatan'.
Napak Tilas Soe Hok Gie 1969-2009
Start Time: Monday, December 7, 2009 at 8:00am
End Time : Sunday, December 20, 2009 at 1:00pm
Location : Kota Malang dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Prolog:
Dan saat nanti, Desember 2009, tepat 40 tahun meninggalnya Soe Hok
Gie, kami –kelompok dan individu penggiat alam bebas, yang beratensi
terhadap ide dan pemikiran Hok Gie– berniat berkumpul mengenang dan
menyoba memahami lebih dalam ide dan pemikiran Soe Hok Gie.
Momen tersebut penting, karena selain semangat Soe Hok Gie masih
relevan di era sekarang ini, kami menyakini bahwa ada satu pesan dari
semangat Hok Gie tersebut yang saat ini bisa diaplikasi secara bersama
untuk menjadi gerakan sosial (social movement).
Kegiatan ini akan dilaksanakan di wilayah Malang, tepatnya di pinggir
Danau Ranu Regulo, Desa Ranu Pani, di kaki Gunung Semeru. Pemilihan
lokasi yang spesifik ini didasarkan pada karakteristik yang unik dari kota
Malang yang dikelilingi oleh gunung-gunung, sehingga banyak tokoh dan
kelompok penggiat alam bebas yang lahir di Malang.
untuk informasi bisa menghubungi MAPALA UI di (021) 78884872
Langganan:
Postingan (Atom)