Setelah selesai siklus kesibukan di pekerjaan keredaksian, kini saatnya melanjutkan postingan yang sempat tertunda. Kali ini tentang salah satu pantai yang mulai ramai dibicarakan banyak orang karena bisa untuk snorkeling. Yap, mana lagi kalau bukan di Pantai Nglambor, Gunungkidul.
Berbicara tentang pantai di Gunungkidul, saya tiba-tiba membayangkan jalanan yang beraspal halus, panas, lengang, panjaaaaang, di kanan dan kiri banyak pepohonan yang meranggas kering. Perjalanan berkilo-kilo hingga bokong panas namun tak juga ada harapan ketemu pantai. Tapi sebenarnya ini salah satu obat galau, menikmati sebuah perjalanan. Setidaknya memang demikian buatku.
Pantai ini yang terletak di Kecamatan Tepus, Gunungkidul. Berangkat dari Solo pukul 13.45 karena pagi harus kerja dulu. Awalnya ingin berangkat sendirian menikmati kesepian, seperti biasanya. Namun kali ini jadi duet traveling karena satu orang kawan ikut. Ayolah kalo begitu.
Ke Nglambor lewat mana? Au ah..aku juga nggak tau. Hanya mengandalkan gps dari ponsel Galaxy Young lawas dengan aplikasi Sygic Navigator dan hanya menggunakan koneksi satelit, tanpa paket data karena sengaja nggak dipasangi sim card di dalamnya. Lalu bagaimana kinerjanya? Jangan salah, ponsel android lawas ini kalau tepat berada di bawah langit, lock satelitnya sangat cepat. Sejak berangkat dari Stasiun Purwosari sampai Pantai Nglambor nggak pernah kehilangan koneksi satelit. Hanya sekali restart karena ram minim dan sudah nggak stabil. Selamat tinggal nyasar kalau udah ada gps.
Tips penting snorkeling
Kata orang, harus booking alat dulu kalau mau snorkeling di sini. Faktanya? Toh saya masih kebagian alat juga tanpa booking padahal di hari Sabtu.
Hal yang lebih penting lagi untuk saya share di sini adalah soal biaya. Okelah bagi yang berkantong tebal biaya berapa pun tak masalah, tapi kali ini saya sedikit kecewa soal harga.
Pertama kali browsing saya menemukan artikel yang menuliskan bahwa biaya sewa alat snorkeling adalah 35k. Lalu setelah ke sini saya langsung menuju salah satu tempat persewaan dan ternyata biaya sewanya 50k. Krik krik krik..kok beda ya? Karena waktu itu sudah sore dan keburu gelap saya bayar saja agar bisa segera masuk laut. Tidak ada pilihan lain, kecuali saya mau bivak dengan menggunakan mantol dan tanpa bawa bekal apa-apa. Kemudian esok pagi baru snorkeling.
Saya membayangkan snorkeling dengan air yang melimpah seperti waktu di Gili Trawangan Lombok. Segera saya melangkahkan kaki yang terbungkus sepatu karet, lengkap dengan pelampung dan kacamata snorkeling. Byurrr... Masuk air. Ketinggian air hanya kisaran sepinggang orang dewasa, bahkan beberapa tempat ada yang lebih dangkal. Krik krik krik lagi. Hahaha. Lha ini kenapa saya harus pake peralatan segini banyak. Lagi-lagi saya menertawakan diri sendiri. Rada-rada konyol sih. Hahaha.
Setelah di air akan ada petugas dari tim yang menyewakan peralatan snorkeling tadi membawa kamera GoPro untuk memotret kita. Memang salah satu layanan yang diberikan adalah adanya fasilitas foto bawah air dengan kamera bagus. Okey sih, saya mendapatkan 13 jepretan (katanya sih standarnya 5) tapi kemudian belum ada sejam sudah diminta menepi karena sudah gelap, mau maghrib. Lagi-lagi saya merasa krik krik krik. Ah ya sudah lah, salah sendiri tanpa tanya tanpa survey langsung berangkat.
Setelah ganti baju aku bersama kawanku penasaran, kenapa bisa beda. Tarif 35 dan 50k, beda apanya. Itu yang masih menggantung di pikiranku, dan aku nggak mau pulang sebelum ketemu jawabannya.
Tarif yang sebenarnya
Laut sudah gelap, lampu-lampu kios dan warung kecil dinyalakan. Demi menemukan jawaban kami masih berkeliling, melihat ada stand persewaan lain yang ada tulisannya dengan tarif 35k segera saya datangi. Dengan ngobrol akrab kesana kemari akhirnya sampai menyinggung masalah tarif, fasilitas, kepemilikan, pengelolaan dan lainnya.
Ketemu, memang ada yang pasang tarif 35k ada yang 50k dengan fasilitas yang sama (50k yang saya alami langsung dan 35k hasil obrolan panjang saya dengan pengelola yang pasang tarif 35k). Yang akan didapatkan sama. Aneh kan? Bukan masalah punya atau nggak punya duit. Heran aja kenapa lebih mahal ketika yang didapatkan sama. Jadi buat kamu yang ingin trip ke sini saran saya jangan terburu-buru langsung ini itu. Jalan-jalan dulu aja, santai dulu aja. Nikmati pemandangannya, liat-liat dulu fasilitas yang ditawarkan sebelum memutuskan.
Keesokannya, saya mendapatkan kiriman foto via WhatsApp. Lumayan bagus hasilnya, GoPro punya. Secara komposisi menurut saya masih kurang, bisa jadi karena memang tidak bisa lihat display LCD karena nggak ada LCDnya, mungkin juga mereka yang motret bukan pehobi fotografi, jadi hasilnya juga biasa. Berapa ukuran fotonya tebak? 180-200 kb saja, oh tidak. Foto dengan ukuran segitu kalau untuk sebatas pasang foto profil sudah lebih dari cukup. Tapi sebenarnya kali ini saya berharap yang lebih besar dari itu karena untuk kepentingan cetak.
Closing statement
Secara keseluruhan, tempat ini bagus. Saya belum cerita kan kalau ikan di perairan Nglambor itu cantik? Ikan sejenis Nemo ada di sini, warna-warni. Ombaknya juga kecil karena tempat ini semacam ceruk atau laguna yg melindungi area ini dari ganasnya ombak pantai selatan.
Mau bermain air? Sebenarnya tanpa peralatan apa pun kita bisa main air sepuasnya di sini. Kalau mau melihat bawah air ya pake kacamata renang sudah cukup. Takut tenggelam? Tenang airnya nggak dalam, pastikan di tempat aman saja, jangan ke tengah-tengah.
Pastikan mengenakan alas kaki yang nyaman. Sandal gunung yang kuat lebih baik. Hati-hati banyak batuan dan karang yang tajam di perairan ini. Jangan sampai baru main sebentar sudah perih semua ya. Ada bukit juga kalau mau menikmati pemandangan Nglambor dari ketinggian.
Apa lagi? Tempat ini sebenarnya indah jika kondisi agak sepi. Saya membayangkan ada di tepi pantai ini saat golden hours, ketika beberapa saat ketika matahari mulai naik, ketika langit mulai membiru dengan sangat. Ah, suatu saat harus kembali ke sini. Pasang tenda dan ngecamp. Semoga.[]