Selasa, 30 Juni 2015

ORANG TOBA: Bukan Keturunan Si Borudeak Parujar

ORANG TOBA
Bukan Keturunan Si Borudeak Parujar

Oleh: Edward Simanungkalit *



Di dalam mitologi penciptaan menurut buku: “PUSTAHA BATAK: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak”, yang ditulis oleh W.M. Hutagalung (1926), diceritakan bahwa para penghuni langit ketujuh suatu kali secara beramai-ramai turun melalui puncak Pusuk Buhit ke Sianjurmulamula. Setelah misi mereka selesai, maka di bawah pimpinan Mulajadi Nabolon berangkatlah mereka kembali naik ke langit ketujuh melalui Pusuk Buhit disertai Raja Odapodap dan si Borudeak Parujar, penghuni langit ketujuh yang lebih dulu turun ke  bumi. Sedang Debata Asiasi dan Raja Inggotpaung tinggal di Sianjurmulamula untuk mengurus Raja Ihatmanisia dan Boru Itammanisia. Singkat ceritanya, mereka pun memiliki keturunan hingga ke Si Raja Batak di Sianjurmulamula, dan Sianjurmulamula menjadi pusat awal persebaran manusia, karena dari sanalah manusia menyebar seluruh penjuru bumi.

                                                                            Pusuk Buhit


Orang Negrito di Humbang
          Orang Negrito adalah ras Australomelanesoid, yang merupakan pendukung budaya Hoabinh, telah lebih dulu datang ke Humbang di Negeri Toba. Peter Belwood (2000:339) menulis bahwa 6.500 tahun lalu telah ada aktivitas manusia di Pea Sim-sim sebelah barat Nagasaribu. Belwood sebenarnya merujuk kepada hasil penelitian paleoekologi yang dilakukan oleh Bernard Kevin Maloney di Pea Sim-sim tadi. Selain di Pea Sim-sim,  penelitian Maloney masih dilanjutkan  di Tao Sipinggan dekat Silaban Rura, di Pea Sijajap daerah Simamora Nabolak, dan di Pea Bullock dekat Silangit, Siborong-borong. Pendukung budaya Hoabinh itu datang melalui pesisir timur Sumatera bagian Utara dari dataran Hoabinh di dekat Teluk Tonkin, Vietnam.
          Orang Negrito ini memiliki ciri-ciri: berkulit gelap, berambut hitam dan keriting, bermata bundar, berhidung lebar, berbibir penuh, serta berbadan relatif kecil dan pendek. Berdasarkan kedekatan genetik yang ditemukan, maka diketahui bahwa mereka bermigrasi dari Afrika Timur melalui Asia Selatan terus Asia Tenggara hingga Papua. Mereka merupakan bangsa setengah menetap, pemburu, bercocok-tanam sederhana, dan bertempat tinggal di gua. Mereka juga menggunakan kapak genggam dari batu, kapak dari tulang dan tanduk, gerabah berbentuk sederhana dari serpihan batu, batu giling, dan mayat yang dikubur dengan kaki terlipat/jongkok dengan ditaburi zat warna merah, mata panah dan flakes. Makanannya berupa tumbuhan, buah-buahan, binatang buruan atau kerang-kerangan. Kebudayaan Hoabinh berasal dari zaman batu tengah di masa Mesolitik sekitar 10.000 - 6.000 tahun lalu.
                                                                      Tao Sipinggan

Orang Taiwan di Sianjurmulamula
          Orang Taiwan sampai ke Sianjurmula-mula di sekitar 800 tahun lalu (+/- 200 tahun) berdasarkan hasil penelitian arkeologi yang dilakukan Balai Arkeologi Medan di Kabupaten Samosir pada Juli 2013. Dengan melakukan kegiatan ekskavasi dan survey arkeologi, maka disimpulkan bahwa para pendukung budaya Dong Son ini telah datang dari China Selatan melalui Taiwan, terus ke Filipina dan dilanjutkan lagi ke Sulawesi. Kemudian terus ke Sumatera hingga sampai di Sianjurmulamula (Wiradnyana & Setiawan, 2013:7). Penulis lebih condong berpendapat bahwa mereka masuk dari Barus ke Sianjurmulamula mengingat Barus merupakan pelabuhan niaga internasional pada masa itu dan jaraknya  lebih dekat daripada pantai Timur.
          Budaya Dong Son ini merupakan hasil karya kelompok bangsa Austronesia dari ras Mongoloid, dan bangsa Austroasiatik juga umumnya dari ras Mongoloid. Kebudayaan Dong Son ini merupakan kebudayaan zaman perunggu di mana mereka  telah mengenal teknologi pengolahan logam, pertanian, berternak, menangkap ikan, bertenun, membuat rumah, dll. Masyarakat Dong Son adalah masyarakat petani dan peternak yang handal dan terampil menanam padi, memelihara kerbau dan babi, serta memancing. Mereka  juga dikenal sebagai masyarakat pelaut, bukan hanya nelayan, tetapi juga pelaut yang melayari seluruh Laut Cina dan sebagian laut-laut selatan dengan perahu yang panjang bercadik dua.

                                                                       Sianjur Mula-mula


Studi Genetik Orang Toba
          Mark Lipson (2014:87) meneliti bahwa DNA Orang Toba terdiri dari: Austronesia 55%, Austroasitik 25%, dan Negrito 20%. Orang Taiwan yang datang ke Sianjurmulamula adalah suku Ami dan suku Atayal yang merupakan suku asli Taiwan. Mereka merupakan keturunan suku H’Tin dari Thailand yang termasuk  bangsa Austroasiatik. Diperkirakan suku H’Tin datang ke China Selatan, karena lahan di sana memang subur dan di sana mengalami percampuran dengan pendukung budaya Dong Son dari bangsa Austronesia. Oleh karena ledakan penduduk, maka sebagian mereka bermigrasi ke Taiwan. Keturunan suku H’Tin yang sudah bercampur tadi inipun ikut bermigrasi ke Taiwan membentuk suku Ami dan Atayal, sehingga kedua suku ini merupakan campuran Austronesia dan Austroasiatik. Mereka ini juga bermigrasi sampai ke Sianjurmulamula dan bercampur lagi dengan Orang Negrito yang lebih dulu tiba di Humbang, terbukti dari DNA Orang Toba yang memiliki unsur Negrito  (Lipson, 2014:83-90).



          Akhirnya, Orang Toba ternyata bukan keturunan Si Borudeak Parujar yang turun dari langit ketujuh. Penghuni awal Sianjurmulamula bukan keturunan penghuni langit ketujuh yang naik-turun melalui puncak Pusuk Buhit, tetapi datang dari Taiwan. Orang Negrito lebih dulu datang ke Humbang daripada orang Taiwan datang ke Sianjurmulamula, sehingga terbukti bahwa bukan dari Sianjurmulamula awal persebaran manusia.***


Catatan Kaki:

*** ORANG TOBA: Asal-usul, Budaya, Negeri, dan DNA-nya; dan, ORANG TOBA: Austronesia, Austroasiatik, dan Negrito; oleh: Edward Simanungkalit.



Tulisan ini telah dimuat di:

APA KABAR SIDIMPUAN, 25 Juni 2015
http://apakabarsidimpuan.com/2015/06/orang-toba-bukan-keturunan-si-borudeak-parujar/

LINTAS GAYO, 27 Juni 2015
http://www.lintasgayo.com/55030/orang-toba-bukan-keturunan-si-borudeak-parujar.html

BORSAK MANGATASI NABABAN, 29 Juni 2015
www.tuannahoda.co.nr




Lagi-Lagi NASA Sebut Ada Penampakan UFO di Luar Angkasa

Lagi-Lagi NASA Sebut Ada Penampakan UFO di Luar Angkasa

29 Jun 2015
Dari rekaman video, tampak dua objek itu bergerak meninggalkan atmosfer bumi.

UFO itu terlihat dari rekaman video melalui kamera yang terpasang di International Space Station oleh NASA. Ketika UFO itu terlihat, NASA segera memotong live feed dengan mengalihkan (switch) kamera atau memang terjadi gangguan sinyal antara ISS dengan Bumi. 

Video penampakan UFO berdurasi 4 menit 17 detik itu telah beredar di YouTube. Dari video ini bisa terlihat bahwa objek misterius itu muncul dari balik cakrawala Bumi. 

Walau belum diketahui jenis identitasnya, namun kemungkinan objek tersebut merupakan satelit di luar angkasa. Sebagian netter juga hanya menganggapnya sebagai video rekaman palsu. (wk/dn)


Read more: http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00078027.html#ixzz3eWsni3Os

Jumat, 26 Juni 2015

Pesona Senja Waduk Lalung



Apa yang terlintas dalam benak kita saat disebut kata senja?
Sebuah perjalanan pulang? Keluarga yang sedang menanti di rumah? Pekerjaan hari ini yang melelahkan, ingin segera merebahkan badan, atau jawaban yang serupa lainnya? Apa pun itu, senja tetap lah senja. Yang dengan lembut cahayanya mampu menenteramkan tubuh lelah setelah seharian bekerja.
Berbicara tentang senja, kita tentu ingat indahnya matahari yang terbenam di garis horison barat dengan damai. Bagiku, tiap senja selalu punya cerita, tiap senja selalu ada cinta. Begitu pula yang kurasakan sore ini, di sini, di sebuah waduk kecil di Karanganyar, Jawa Tengah.

Postingan ini diikutkan Lomba Blog Visit Jawa Tengah
Bisa dibilang aku seorang pecinta senja, dan caraku mencintainya kali ini dengan duduk sendirian di tepi air waduk yang tenang, menghadap ke arah barat, menyaksikan sang mentari yang perlahan tenggelam. Menit-menit yang indah itu terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja.

Beberapa tempat telah kujelajahi, baik itu di ketinggian maupun di dataran rendah. Namun ternyata tempat ini yang paling simpel, tidak jauh dari rumah namun pemandangannya sungguh indah. Waduk Lalung, Karanganyar, Jawa Tengah.

Mungkin banyak yang akan bertanya di mana kah Lalung itu? Tempat ini memang tidak begitu terkenal, bagi penggemar Landscapemasih lebih familier dengan Waduk Cengklik di Boyolali atau Gajah Mungkur di Wonogiri. Namun di sini, semua menjadi lebih sederhana. Kita hanya perlu datang dengan motor, menyusuri jalanan berpaving yang ditumbuhi rerumputan di sekitarnya, kemudian setelah dekat dengan lapangan kecil turun dan mendekat lah ke air. Maka, padang rumput ini akan bercerita, sepoi angin ini akan bercerita, ini adalah sejengkal keindahan yang sederhana namun sarat makna.

Secara koordinat Waduk Lalung berada di titik -7.616974, 110.936855. Bisa dicari dengan aplikasi GPS baik offlinemaupun online. Atau yang paling simpel dengan tanya ke penduduk Karanganyar, pasti dikasih tau. Tempat ini tidak jauh dari Kota Karanganyar, cukup mengambil rute dari Taman Pancasila ke selatan lurus maka kita akan menemukannya di kanan jalan.

Di tempat ini aku bertemu banyak orang. Mereka para pencari ikan, pehobi memancing, seorang ayah yang mengajari anaknya keindahan alam dan menangkap ikan, orang-orang yang menumpahkan keluh kesahnya dalam diam, orang-orang yang duduk berduaan, terakhir aku sempat banyak berbincang dengan seorang anggota TNI tentang kehidupan, tentang arti perjuangan, tentang agama, tentang keluarga, dan yang lainnya.

Kami menikmatinya. Suasananya sangat tenang, ritme kehidupan seolah melambat di sini. Dari kejauhan kami masih bisa melihat hiruk-pikuk lalu lintas sore hari, dari kejauhan. Selepas itu kami menghadap ke barat lagi, menikmati senja.

"Dunia tak pernah habis kita kejar mas," tutur Pak Wahyudi kepadaku.
"Benar, pak," jawabku tenang. 

Bapak TNI dua anak ini kemudian banyak bercerita semasa tugasnya di Papua. Bercerita tentang perjuangan hidup mati seorang prajurit, bercerita tentang kehidupan yang kadang berlaku tidak adil namun kita harus menghadapinya. Aku mendengarkannya dengan seksama.

Niatanku memotret banyak pemandangan aku tunda. Senja esok akan kembali, langit berwarna syahdu itu pasti akan datang lagi, tapi kisah kehidupan sore ini tak mungkin terulang lagi esok hari. Kami berbincang hingga matahari tepat hampir tenggelam. Langit sudah sangat berwarna orange, jingga atau mungkin warna lainnya? Entah lah, aku seorang parsial yang tak mampu menangkap banyak warna.

"Maaf mas, kalau mau motret silakan lho," mengingatkanku.
"Terima kasih Pak, saya permisi sebentar," pamitku sambil berdiri.

Pemandangan masih indah, beberapa nelayan berhasil menangkap ikan. Tidak banyak, sekadar cukup dibawa pulang untuk lauk makan esok hari. Tapi ada kebahagiaan lain yang dia dapatkan di sini, tidak semata-mata tentang tangkapan ikannya. Tempat ini memberikan kebahagiaan bagi banyak orang, nelayan itu, tentara itu, dan juga aku.

Sore ini aku tak bawa tripod, karena sebenarnya aku selalu dadakan ketika hendak mengabadikan senja. Saat langit siang itu berwarna sangat biru dan cuaca panas, saat di mana siang hari kita merasa silau walaupun sekadar menatap pekarangan di luar rumah, saat itu lah pertanda bahwa senja sore nanti begitu indah. Tentu ini bukan sebuah rumus pasti, karena ini adalah tentang rasa, maka kita akan bisa menangkapnya dengan perasaan pula.


Karena senja selalu punya cerita. Karena senja selalu punya cinta. Aku mencintainya sore ini, esok hari, lusa, mungkin selamanya.



Kamis, 25 Juni 2015

Setelah Mars, NASA Lihat Piramida di Planet Ceres

Setelah Mars, NASA Lihat Piramida di Planet Ceres

Willy Haryono - 24 Juni 2015 14:28 WIB
Sebuah objek berbentuk piramida terlihat di permukaan planet berukuran kerdil bernama Ceres. Mirror / NASA
Sebuah objek berbentuk piramida terlihat di permukaan planet berukuran kerdil bernama Ceres. Mirror / NASA
Metrotvnews.com, Pasadena: Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA menyelidiki objek misterius berbentuk seperti piramida di permukaan planet berukuran kerdil bernama Ceres.

Penampakan ini menyeruak setelah kendaraan NASA, Curiosity Rover, mengambil gambar objek mirip piramida di planet Mars. Piramida di Ceres terlihat dari pengamatan pesawat luar angkasa Dawn milik NASA. 

Piramida di Ceres diperkirakan memiliki tinggi separuh gunung Everest. Ceres adalah planet terbesar di sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter. 

Dawn juga melihat sedikitnya delapan "titik terang misterius" di dalam sebuah kawah besar. Ilmuwan menduga titik terang itu sebagai pantulan dari es dan garam. 

"Permukaan Ceres memperlihatkan banyak fitur unik dan menarik," tutur Carol Raymond, wakil investigator untuk misi Dawn di laboratorium NASA di Pasadena, California, AS. 

"Sebagai contohnya, permukaan beberapa planet atau bulan di luar sistem Tata Surya memiliki sejumlah kawah dengan lubang di tengahnya. Namun di Ceres, lubang-lubang itu lebih banyak ditemukan di kawah berukuran besar," sambung dia, seperti dikutip Mirror.co.uk, Selasa (23/6/2015). 

Dawn, pesawat yang dibuat untuk mengunjungi planet-planet kerdil, tiba di Ceres pada 6 Maret. Dawn akan tetap berada di ketinggiannya saat ini hingga 30 Juni, dan akan mulai turun secara perlahan pada Agustus. 

Sejumlah orang meyakini penampakan piramida yang ditangkap NASA, termasuk di Mars, sebagai formasi batu yang terbentuk alami. 

Namun penyuka konspirasi menyebutnya sebagai bukti peradaban alien yang memiliki teknologi tinggi.  
WIL


Sumber:
http://internasional.metrotvnews.com/read/2015/06/24/407261/setelah-mars-nasa-lihat-piramida-di-planet-ceres



Penemuan Piramida di Mars Munculkan Perdebatan

Penemuan Piramida di Mars Munculkan Perdebatan

CNN Indonesia
Penemuan Piramida di Mars Munculkan PerdebatanCuriousty Rover mengambil gambar penampakan Piramida di Planet Mars (Dok. NASA)
JakartaCNN Indonesia -- Semakin banyak temuan menarik di Planet Mars. Informasi terbaru menyebutkan robot penjelajah Curiousity Rover berhasil mencitrakan gambar kondisi terkini dari planet merah tersebut. Foto yang dikirimkan ke Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) ini cukup mengejutkan.

Sebab, di gambar tersebut robot penjelajah ini mengangkap gambar dari bentuk Piramida yang tampak sempurna di salah satu dataran di Mars. Bagi orang yang percaya pada kehidupan lain ini bisa menjadi alat bukti teori konspirasi peradaban alien.

Dikutip dari Mirror, Rabu (24/6) Piramida yang terekam oleh Curiousity Rover ini dianggap mempunyai ukuran sebesar mobil, dan kebanyakan orang percaya itu tidak lebih dari sebuah formasi batuan semata.

Namun, saluran YouTube bernama ParanormalCrucible yang menayangkan video soal piramida di Mars ini bersikeras bahwa desain piramida ini terlalu sempurna untuk dibuat sebagai kebetulan semata. Sebab ini seperti hasil reancangan cerdas dan tentu saja tidak ada trik cahaya dan bayangan. 

Teori aneh lain menunjukkan piramida hanya ada tampak di ujung dari struktur yang lebih besar terkubur di bawah tanah. Sementara itu tidak ada konfirmasi resmi dari NASA mengenai kehadiran bebatuan berbentuk piramida yang menimbulkan perdebatan tersebut.

Akhir tahun lalu, robot penjelajah, Curiosity Rover, mendapatkan beberapa temuan yang diperkirakan planet merah ini pernah memiliki sebuah danau besar di atas permukaan tanah.

Hal ini disimpulkan berdasarkan temuan dari Pegunungan Sharp di Mars. Pegunungan dengan tinggi hampir 5.000 meter ini berada di sekitar Kawah Gale yang ada di planet Mars.
Penampakan Piramida di Mars (Dok. NASA)

Gunung ini ternyata terbuat dari berbagai jenis dan lapisan sedimen, di mana lapisan ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya kandungan air berupa danau atau sungai. (tyo/adt)


Sumber:
http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20150624105109-199-62033/penemuan-piramida-di-mars-munculkan-perdebatan/



Foto Planet Mars: Tampak Piramida & Wajah, Ada Kehidupan?

Foto Planet Mars: Tampak Piramida & Wajah, Ada Kehidupan?

RABU, 24 JUNI 2015 | 06:41 WIB
Foto Planet Mars: Tampak  Piramida & Wajah, Ada Kehidupan?
Robot milik NASA mengabadikan gambar piramida di permukaan Planet Mars. mirror.co.uk
TEMPO.COJakarta -Curiosity, robot seukuran mobil milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang menjelajah planet Mars, mengirim gambar ke Bumi yang menunjukkan sebuah piramida berada di Mars. Para penggemar teori konspirasi mengklaim bahwa foto itu sebagai bukti adanya peradaban mahluk luar angkasa.

Foto yang mirip dengan Piramida Besar di Mesir itu dipotret kamera Curiosity pada 7 Mei 2015. Piramida itu diperkirakan sebesar sebuah mobil. Tapi, banyak orang menduga itu cuma formasi batu-batuan Mars yang tak sengaja membentuk piramida.

Namun, kanal YouTube ParanormalCrucible menekankan bahwa tujuan dari 'rancangan dan bentuk nyaris sempurna itu sebagai 'hasil dari rancangan intelijen dan pastilah bukan permainan cahaya dan bayangan'. Foto ini membuat kehebohan di Internet dan disiarkan berbagai media online. Demikian disiarkan Mirror pada Selasa 23 Juni 2015.

Piramida Raksasa

Sebetulnya bukan sekali ini misi NASA ke Mars mendapat foto piramida. Sebuah piramida raksasa di wilayah yang dinamai Cydonia pernah ditemukan dalam misi Viking pada 1976.

Piramida itu panjangnya hampir 3 kilometer dan tingginya 1 kilometer. Piramida menghebohkan ini dinamai 'D&M Pyramid', mengacu pada nama dua penelitinya, DiPietro dan Molenaar.

Wajah di Mars






Yang lebih heboh lagi dari misi Viking pada 1976 itu adalah bahwa dia juga mengirim gambar sebuah bukit berbentuk wajah manusia yang terletak di dekat D&M Pyramid, seperti terlihat di atas.


Penjelasan Ilmiah



Tapi, tampaknya citra 'piramida' dan 'wajah' itu terjadi karena kekurangjelasan foto yang didapat pertama kali. Karena, dalam kasus bukit wajah itu, pemotretan misi NASA berikutnya (1998 dan 2001), yang makin jelas dan tajam, menunjukkan bahwa 'Wajah di Mars' tak lain dari sebuah mesa, sebuah bukit berbentuk meja dengan permukaan atasnya rata. Mesa banyak ditemukan di Amerika dan Afrika.

Jadi, 'Wajah di Mars' jelas hanya sebuah bukit biasa. Bagaimana dengan piramida? meskipun terkesan rumit, ternyata formasi geologis seperti itu dapat ditemukan juga di Bumi. Mereka biasanya terbentuk karena tertutup glasier atau beku karena cuaca. Beberapa contohnya adalah Gunung Assiniboine di Kanada dan Matterhorn di Swiss.

Sayangnya, semua itu barulah tafsir atas citra fotografi. Salah satu cara untuk menyelesaikan perdebatan soal apakah piramida dan wajah itu bikinan alien atau alamiah adalah dengan  mengirim geolog ke sana.

"Mars adalah tempat khusus, dia mengingatkan kami pada rumah... suatu hari kami akan ke sana," kata Jim Garvin, kepala peneliti Mars Exploration Program NASA yang meneliti 'Wajah di Mars'.

MIRROR | UNIVERSE TODAY | SCIENCE@NASA | IWANK


Sumber:
http://tekno.tempo.co/read/news/2015/06/24/061677848/foto-planet-mars-tampak-piramida-wajah-ada-kehidupan/1



Penampakan Peradaban di Planet Mars, Benarkah Itu Nenek Moyang Kita?

Rabu, 24 Juni 2015 , 06:21:00

Beberapa ahli menyebur piramida di Mars dibangun oleh peradaban kuno. Foto: YouTube
Beberapa ahli menyebur piramida di Mars dibangun oleh peradaban kuno. Foto: YouTube

TEMUAN NASA’s Curiosity Rover terkait penampakan piramida di planet Mars, Mei lalu, masih menjadi perdebatan.
Para penggemar teori-teori baru menghubungkannya dengan adanya peradaban atau kehidupan di Planet Merah tersebut.
Penampakan piramida itu sebesar mobil kecil. Strukturnya tampak serupa dengan piramida yang ada di bumi. Penjelasan yang sangat masuk akal tentu saja bahwa temuan Nasa Curiosity Rover adalah formasi batuan yang telah berbentuk piramida secara kebetulan.
Namun banyak juga yang mengambil kesimpulan berbeda. Teori konspirasi memunculkan, bentuk seperti piramida di Mars itu adalah benar adanya, diciptakan atau dibangun oleh makhkuk cerdas di peradaban Mars kuno.
Sebagian teori bahkan lebih jauh. Temuan itu dianggap semakin membuktikan bahwa makhluk di Bumi adalah keturunan dari peradaban Mars.
Sejumlah astrofisikawan dan komentator ilmiah beranggapan, jika memang ada kehidupan di Mars, maka bukan tidak mungkin bahwa kehidupan manusia berasal dari sana.(exopolitics/metro/adk/jpnn)


Sumber:
http://www.jpnn.com/read/2015/06/24/311363/Penampakan-Peradaban-di-Planet-Mars,-Benarkah-Itu-Nenek-Moyang-Kita?ref=yfp

Terungkap Bahwa Bumi Pernah Kiamat Enam Kali

Terungkap Bahwa Bumi Pernah Kiamat Enam Kali


Terungkap Bahwa Bumi Pernah Kiamat Enam Kali

Terungkap, Bahwa Bumi Pernah Kiamat Enam Kali, Apa Buktinya?
Sebuah penelitian telah dilakukan oleh David Bond dari University of Hull dan tentu ia tidak sendirian, ada tim yang membantunya untuk melakukan riset ilmiah ini yang tepatnya di Spitsbergen. Spitsbergen sendiri adalah sebuah pulau yang dari pulau utama Norwegia yang memiliki jarak 890 kilometer. Dari tempat inilah segala bukti diupayakan untuk dikumpulkan mengenai “kiamat” keenam tersebut.

- Kapp Starosin Formation adalah hal pertama yang diteliti oleh Bond dan timnya. Lapisan batuan yang memiliki ketebalan hingga 400m tersebut ada ditemukan di area Spitsbergen dan dengan itulah kondisi 27 juta tahun masa Permian Tengah akhirnya tercerahkan alias tim Bond mendapatkan petunjuk sehingga peristiwa Capitanian dapat dianalisis lebih jauh.

- Bumi pernah kiamat enam kali dan peristiwa Capitanian menjadi salah satu yang perlu untuk dipelajari lebih dalam. Ada kesamaan yang ditunjukkan oleh data dari lapisan batuan yang diteliti oleh Bond dengan data tentang peristiwa Capitanian yang pengambilannya dari daerah tropis. Telah dikonfirmasi bahwa ada korelasi ditunjukkan oleh lapisan batuan itu dengan lapisan batuan di area tropis yang merupakan hasil dari analisis rasio isotop karbon dan stronsium berikut polaritas magnetik dan aneka macam logam.

- Analisis berlanjut karena Bond ingin membuktikan bahwa kepunahan massal itu menjadi dampak pada penurunan populasi satwa tertentu maka populasi moluska jenis bivalvia dan brachiopoda ditelitinya. Bumi kiamat enam kali dan memang peristiwa Capitania ditunjukkan oleh populasi brachiopoda yang menurun sampai 87 persen yang cukup besar.

- Disimpulkan oleh Bond dan timnya bahwa erupsi Emeishan Trapslah yang menyebabkan kepunahan massal yang lokasinya ada di provinsi Sichuan, Tiongkok. Ada banyak karbon dioksida yang dilepaskan dan kandungan oksigen dalam laut pun berkurang serta pengasamannya.

- Ada lagi Kiamat Permian Akhir di mana korbannya adalah 96 persen spesies musnah dan merupakan kematian massal berikutnya, 12 juta tahun setelah peristiwa Capitanian dan memang lebih dahsyat. Dengan jarak waktu yang agak dekat, maka Permian Akhir dan Capitanian sering dianggap satu.

Kiamat bumi karena Capitanian kadang juga dianggap sebagai kiamat regional karena bukti dan dampak yang ditemukan pun hanya sedikit dan tidak banyak penelitian yang menganalisis hal ini. Yang jelas mengenai Permian Akhir dan Capitanian, Bond telah yakin bahwa keduanya bukan satu melainkan terpisah dan bisa dikategorikan sebagai kematian massal global. Terlepas dari penelitian dan kesimpulan yang dinyatakan oleh Bond, tentu selalu ada yang setuju dan ada pihak yang tidak dapat menerimanya sehingga hal ini tetaplah menjadi kontroversi.

Matthew Clapham yang berasal dari University of California menyatakan bahwa Capitanian seharusnya tidak dimasukkan ke dalam kategori kiamat global karena kematian massal bukanlah ditentukan oleh beberapa lusin spesies yang hilang di wilayah tertentu. Itulah yang dikutip oleh BBC tentang apa yang di pikiran Clapham soal hasil riset Bond di mana telah terungkap, bahwa bumi pernah kiamat enam kali.


Sumber:
http://log.viva.co.id/frame/read/aHR0cDovL3d3dy5rdW1wdWxhbm1pc3RlcmkuY29tLzIwMTUvMDYvdGVydW5na2FwLWJhaHdhLWJ1bWktcGVybmFoLWtpYW1hdC1lbmFtLmh0bWw=


Ancaman Kiamat, Dihantam Asteroid: Diam-diam NASA Beraksi?

Ancaman Kiamat, Dihantam Asteroid: Diam-diam NASA Beraksi?

KAMIS, 25 JUNI 2015 | 06:52 WIB
Ancaman Kiamat, Dihantam Asteroid: Diam-diam NASA Beraksi?
www.aeronoticias.com.pe
TEMPO.COJakarta - Mungkin masih segar dalam ingatan kita saat ilmuwan Profesor Brian Cox pernah  mengatakan bahwa kita tengah menghadapi risiko berhadapan dengan asteroid, tapi kita tidak menganggapnya secara serius.

“Ada asteroid dengan nama kita terpancang di sana yang akan menghantam kita,” kata Cox, 46 tahun, kepada MailOnline

Kenyataannya, bumi yang nyaris kiamat itu hampir terjadi beberapa bulan lalu. “Kita tidak melihatnya,” ujar Cox. “Kita melihat jalan keluarnya, tapi jika kita meleset sedikit saja, asteroid itu akan melenyapkan kita. Hal-hal seperti ini bisa saja terjadi.”



Baru-baru ini, pada Maret lalu, diketahui ada sebuah asteroid yang dinamakan 2014 EC berjarak sekitar 61.637 kilometer dari bumi, atau sekitar seperenam jarak antara bulan dan bumi. Dan itu bukan satu-satunya asteroid yang mengancam bumi. The National Aeronautics and Space Administration (NASA) baru-baru ini tengah melacak keberadaan 1.400 asteroid yang berpotensi membahayakan bumi dan diperkirakan ke depan akan mencapai bumi serta memberikan dampak terhadap planet ini. 


Ancaman serius asteroid ini juga digambarkan mantan astronot Ed Lu. Dia menggambarkan asteroid itu sebagai cosmic roulette, dan yang membuat manusia bisa selamat dari dampak serius hanyalah satu “kedipan kemujuran”.

Para ahli mempercayai ada sekitar 1 juta asteroid yang berada di dekat bumi, yang bisa saja mengancam planet bumi. Namun, sejauh ini, hanya sebagian kecil yang sudah berhasil dideteksi.

Bukti dramatik yang bisa disebutkan di sini adalah saat obyek tak dikenal meledak di atas Chelyabinsk, Rusia, dengan kekuatan 20-30 kali dari bom atom Hiroshima. Ini merupakan kejadian yang mengejutkan setelah sebelumnya terjadi peristiwa Tunguska pada 1908. Tunguska adalah kerusakan hutan yang luas di Siberia setelah obyek tak dikenal memasuki atmosfer bumi.



Selama sekitar dua dekade, The National Aeronautics and Space Administration (NASA) terus-menerus melakukan pencarian asteroid berbahaya yang bisa mengancam bumi dengan ukuran lebih dari 1 kilometer. NASA mengklaim telah berhasil 98 persen di antaranya.

Namun perusahaan yang bermitra dengan NASA, Planetary Resources, menyebutkan alat pendeteksi asteroid itu baru bisa mendeteksi 1 persen obyek-obyek yang mengitari matahari.

DAILY MAIL | GRACE S GANDHI


Sumber:
http://tekno.tempo.co/read/news/2015/06/25/061678144/Ancaman-Kiamat-Dihantam-Asteroid-Diam-diam-NASA-Beraksi?ref=yfp